Kelaparan di Gaza Merenggut Nyawa Anak-anak: Peran Blokade Israel yang Mengkhawatirkan

Dipublikasikan 13 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Hati siapa yang tak teriris mendengar kabar anak-anak tak berdosa meninggal dunia? Di Jalur Gaza, sebuah tragedi kemanusiaan yang memilukan sedang terjadi. Puluhan anak Gaza mati kelaparan akibat ulah Israel yang memblokade jalur bantuan. Ini bukan sekadar berita, tapi jeritan hati yang harus kita dengar dan pahami. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa situasi ini terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan anak-anak di Gaza.

Kelaparan di Gaza Merenggut Nyawa Anak-anak: Peran Blokade Israel yang Mengkhawatirkan

Berikut adalah satu kalimat caption yang menarik, relevan, dan informatif dalam Bahasa Indonesia untuk gambar ilustrasi artikel tersebut, dengan gaya bahasa caption berita pada umumnya: **Kelaparan akibat blokade Israel di Gaza telah merenggut nyawa puluhan anak, memicu krisis kemanusiaan yang mengkhawatirkan dan membahayakan jutaan jiwa.**

Angka Memilukan: Puluhan Anak Tak Berdaya

Sejak Oktober 2023, ketika blokade total diberlakukan oleh Israel, setidaknya 67 anak di Gaza telah meninggal dunia akibat kelaparan. Angka ini, yang dilaporkan Kantor Media Pemerintah di Gaza pada Juli 2025, sungguh menyesakkan. Bayangkan, puluhan nyawa mungil harus berakhir bukan karena bom, melainkan karena perut yang kosong.

Bahkan, dalam tiga hari terakhir saja, puluhan kematian tambahan telah tercatat. Ini menunjukkan betapa cepatnya situasi memburuk. Kantor media tersebut dengan tegas menyatakan, “Kelaparan kini membunuh apa yang tidak dibunuh oleh bom.”

  • Jumlah Kematian Anak Akibat Kelaparan (per Juli 2025): Setidaknya 67 anak.
  • Anak Balita Berisiko: Lebih dari 650.000 anak di bawah usia 5 tahun di Gaza menghadapi malnutrisi parah.
  • Populasi Terdampak: Sekitar 1,25 juta orang di Gaza menderita kelaparan parah, dengan 96% populasi, termasuk lebih dari 1 juta anak-anak, menderita kerawanan pangan akut.

Blokade Israel: Penyebab Utama Krisis Pangan

Krisis kelaparan di Gaza ini bukan fenomena alamiah, melainkan dampak langsung dari tindakan manusia. Militer Israel dituduh sengaja memblokir masuknya pasokan vital seperti tepung, susu formula bayi, serta persediaan nutrisi dan medis penting. Ini yang disebut sebagai “kampanye kelaparan yang sistematis dan terorganisir.”

PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan berulang kali mengecam Israel yang diduga menjadikan pangan sebagai senjata perang. Akibat blokade ini, seluruh toko roti di Gaza lumpuh, membuat warga sipil kesulitan mendapatkan makanan pokok. Bayangkan, bagaimana bisa bertahan hidup tanpa akses ke makanan dasar?

Peringatan Lembaga Internasional dan Kondisi Memburuk

Berbagai lembaga internasional telah membunyikan alarm bahaya. UNICEF, Badan PBB untuk Anak-anak, memperingatkan bahwa jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Gaza melonjak drastis. Pada Mei 2025 saja, setidaknya 5.119 anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun dirawat intensif karena gizi buruk akut. Angka ini meningkat hampir 50% dari April, dan 150% dari Februari. Total, 16.736 anak telah dirawat karena gizi buruk dari awal tahun hingga akhir Mei.

Edouard Beigbeder, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menegaskan:

“Setiap kasus ini dapat dicegah. Makanan, air, dan pengobatan gizi yang sangat mereka butuhkan diblokir sehingga tidak sampai kepada mereka. Keputusan buatan manusia yang menelan korban jiwa. Israel harus segera mengizinkan pengiriman bantuan penyelamat nyawa secara besar-besaran melalui semua pos perbatasan.”

Selain kekurangan pangan, kondisi sanitasi juga sangat buruk. UNRWA melaporkan tidak adanya sabun dan air bersih, membuat anak-anak tidak bisa dimandikan dengan benar. Hal ini, ditambah dengan tempat penampungan yang penuh sesak dan panasnya musim panas, dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang mengerikan, termasuk penyebaran penyakit seperti diare yang mempercepat malnutrisi.

Tanggung Jawab dan Seruan Dunia

Kantor Media Pemerintah Gaza secara terang-terangan menyatakan bahwa Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas “kampanye kelaparan sistematis dan terorganisir” ini. Mereka juga mengecam keras sikap internasional yang diam seribu bahasa atas penderitaan ini, menuding para pendukung Israel bertanggung jawab secara hukum dan moral.

Situasi di Gaza adalah “vonis mati massal yang terbentang di depan mata dunia.” Oleh karena itu, seruan untuk intervensi internasional segera bukan lagi pilihan, melainkan keharusan mutlak. Berbagai pihak mendesak PBB dan komunitas internasional untuk menekan Israel agar membuka semua jalur bantuan kemanusiaan Gaza tanpa syarat.

Kesimpulan

Tragedi anak Gaza mati kelaparan akibat ulah Israel adalah noda hitam dalam sejarah kemanusiaan modern. Ini adalah krisis yang dibuat oleh manusia, di mana anak-anak tak berdosa menjadi korban paling rentan. Kita tidak bisa berpaling dari kenyataan pahit ini.

Melihat fakta bahwa puluhan anak telah meninggal dan ratusan ribu lainnya terancam, intervensi global yang kuat dan segera sangatlah diperlukan. Mari kita terus menyuarakan keadilan dan kemanusiaan, berharap blokade segera diakhiri, dan krisis pangan Gaza dapat teratasi agar anak-anak di sana bisa kembali memiliki harapan untuk hidup.