Kekuatan Angkatan Laut Iran di Selat Hormuz: Mampukah Iran Blokade Jalur Minyak Dunia?

Dipublikasikan 26 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Selat Hormuz, jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia, kembali menjadi sorotan dunia. Di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang juga melibatkan Amerika Serikat, muncul ancaman dari Iran untuk memblokade selat vital ini. Tentu saja, hal ini menimbulkan kekhawatiran global.

Kekuatan Angkatan Laut Iran di Selat Hormuz: Mampukah Iran Blokade Jalur Minyak Dunia?

Mengapa Selat Hormuz begitu penting? Dan seberapa besar kekuatan Angkatan Laut Iran sehingga mereka berani melontarkan ancaman tersebut? Mari kita bedah bersama kekuatan maritim Iran dan dampaknya terhadap salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia ini. Dengan memahami artikel ini, Anda akan tahu apa saja “kartu As” yang dimiliki Iran di laut dan sejauh mana ancaman blokade ini bisa benar-benar terjadi.

Mengapa Selat Hormuz Sangat Penting?

Selat Hormuz adalah urat nadi perdagangan minyak dunia. Bayangkan, sekitar 20 hingga 30 persen pasokan minyak mentah global, atau sekitar 17 hingga 20 juta barel per hari, diangkut melalui selat ini. Selain minyak, lebih dari seperlima pasokan gas alam cair (LNG) dunia juga melewati jalur ini, terutama dari Qatar.

Secara geografis, selat ini memang sempit. Lebarnya hanya sekitar 34 kilometer di titik terlebar, dan di bagian tersempitnya, jalur pelayaran untuk kapal hanya selebar 3 kilometer per arah. Lokasinya yang strategis, dengan Iran di utara dan Uni Emirat Arab serta Oman di selatan, membuat selat ini menjadi “kartu As” bagi Iran dalam setiap manuver politik atau militer di kawasan.

Jika Selat Hormuz ditutup, dampaknya akan sangat besar. Krisis energi dan lonjakan harga minyak dunia tidak akan terhindarkan, yang bisa memicu guncangan ekonomi global. Negara-negara di Eropa, Amerika, dan Asia, yang sangat bergantung pada pasokan energi ini, akan terkena imbasnya secara langsung.

Struktur dan Kekuatan Angkatan Laut Iran

Angkatan Laut Iran memiliki struktur yang unik, dibagi menjadi dua kekuatan utama:

  1. Angkatan Laut Reguler Republik Islam Iran (IRIN): Ini adalah angkatan laut konvensional Iran yang mengoperasikan kapal perang besar, kapal selam, dan bertugas menjaga perairan nasional serta jalur pelayaran.
  2. Angkatan Laut Garda Revolusi Islam (IRGCN): Cabang pasukan elite ini berfokus pada perang asimetris, menggunakan taktik gerilya laut dengan kapal-kapal kecil dan cepat untuk mengganggu musuh.

Secara keseluruhan, Angkatan Laut Iran memiliki lebih dari 18.500 personel dan mengoperasikan lebih dari 100 kapal serta kapal selam. Meski tidak sebanding dengan kekuatan angkatan laut adidaya seperti Amerika Serikat, Iran menduduki peringkat ke-37 dari 145 angkatan laut terkuat di dunia menurut laporan Global Firepower 2024. Ini menunjukkan kemampuan Iran untuk mendominasi laut dalam skala regional, terutama di perairan sempit seperti Selat Hormuz.

Armada Kapal dan Senjata Andalan Iran

Iran telah mengembangkan berbagai aset militer laut yang dirancang khusus untuk menghadapi ancaman di perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz:

  • Kapal Penyerang Cepat (FAC):
    Iran diperkirakan memiliki sekitar 2.000 kapal penyerang cepat (FAC) yang dapat beroperasi dalam formasi “kawanan”.

    “Iran memiliki sekitar 2.000 kapal penyerang cepat (FAC) yang akan digunakan dalam formasi kawanan. Kapal cepat ini dapat muncul di mana saja di selat dalam beberapa menit. Berbekal senapan mesin berat dan peluncur roket, mereka dapat membawa rudal anti-kapal berpemandu radar yang mampu menenggelamkan target 1.500 ton,” kata Phil Diacon, Direktur Pelaksana Pakar Keamanan Maritim Dryad Global.

    Kapal-kapal ini dikenal sangat lincah dan sulit dihindari, bahkan oleh kapal tanker besar.

  • Rudal Jelajah Jarak Jauh:
    Pada tahun 2023, Angkatan Laut Iran menerima rudal jelajah jarak jauh bernama Abu Mahdi yang dilengkapi sistem kecerdasan buatan. Rudal ini memiliki jangkauan lebih dari 1.000 kilometer (621 mil) dan hulu ledak yang kuat, mampu menghantam kapal perang sekelas fregat dan kapal perusak dari berbagai arah. Rudal ini telah ditempatkan pada kapal perusak Moudge Class.

  • Kapal Perusak dan Frigat:
    Iran memiliki beberapa kapal perusak modern seperti Sahand dan Zulfiqar, serta frigat Moj-class dan Alphand. Kapal-kapal ini dirancang untuk meluncurkan rudal presisi dan mendukung operasi intelijen.

  • Armada Kapal Selam:
    Iran mengoperasikan sekitar 19 hingga 27 unit kapal selam, meskipun belum memiliki kapal selam bertenaga nuklir. Beberapa jenis kapal selam andalannya meliputi:

    • Kelas Tareq (Kilo): Buatan Rusia, mampu meluncurkan rudal dan menyebar ranjau.
    • Kelas Fateh: Produksi dalam negeri, dilengkapi torpedo dan rudal, cocok untuk perairan dangkal.
    • Kelas Ghadir: Kapal selam mini yang lincah, ideal untuk serangan mendadak dan misi khusus di perairan dangkal.
    • Kelas Nahang: Satu-satunya unit yang digunakan untuk operasi pasukan khusus.
      Iran juga mengembangkan sistem Air Independent Propulsion (AIP) untuk memungkinkan kapal selamnya beroperasi lebih lama di bawah air.
  • Drone dan Ranjau Laut:
    Iran telah memperkuat armadanya dengan ribuan sistem rudal dan pesawat nirawak (drone) canggih. Drone ini mampu menyerang kapal tanker. Selain itu, Iran memiliki kemampuan untuk memasang ranjau laut di selat, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1988 ketika fregat Angkatan Laut AS, USS Samuel B. Roberts, menabrak ranjau yang diduga dipasang Iran.

Pangkalan Militer Strategis Iran

Iran membangun jaringan pangkalan militer yang tersebar di sepanjang garis pantainya untuk mengamankan wilayah maritimnya:

  • Bandar Abbas: Pusat utama armada laut dan galangan kapal terbesar Iran.
  • Jask: Basis pertahanan penting di Teluk Oman, melindungi jalur ekonomi strategis.
  • Chabahar: Pangkalan penting yang menghadap Samudra Hindia, berfungsi sebagai gerbang Iran menuju Asia Tengah.
  • Abu Musa: Pulau yang disengketakan dengan UEA, telah diperkuat dengan sistem rudal pertahanan dan bunker bawah tanah.

Penyebaran pangkalan ini memberikan Iran berbagai opsi, mulai dari mengganggu kapal dengan kapal patroli kecil hingga melancarkan serangan rudal dan drone.

Apakah Iran Benar-benar Akan Memblokade Selat Hormuz?

Meskipun Iran berulang kali mengancam akan menutup Selat Hormuz, termasuk laporan parlemen Iran yang menyetujui rencana tersebut, namun keputusan akhir berada di tangan pemimpin tertinggi Iran. Sepanjang sejarah, ancaman ini belum pernah diwujudkan secara penuh.

Ada beberapa alasan kuat mengapa Iran cenderung menahan diri untuk melakukan blokade total:

  • Kerugian Diri Sendiri: Iran sendiri sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk mengekspor minyak dan gasnya, terutama ke negara-negara Asia seperti China dan India. Menutup selat berarti “bunuh diri ekonomi” bagi Iran, yang ekonominya sudah tertekan sanksi internasional.
  • Perubahan Ketergantungan AS: Efektivitas blokade untuk menyakiti Amerika Serikat kini jauh berkurang. Sejak revolusi energi shale, AS telah menjadi pengekspor bersih minyak dan gas. Bahkan, kenaikan harga minyak justru bisa menguntungkan perusahaan energi AS.
  • Respons Militer Internasional: Penutupan selat akan dianggap sebagai agresi terhadap kepentingan global dan dapat memicu respons militer kuat dari AS dan sekutunya. Amerika Serikat telah menempatkan tiga kapal induk di wilayah tersebut (USS Nimitz, USS Carl Vinson, USS Gerald Ford) untuk mengantisipasi kemungkinan ini, dan negara-negara NATO juga berpotensi ikut campur. Kekuatan Angkatan Laut Iran tidak seimbang jika harus berhadapan langsung dengan gugus tempur kapal induk AS.
  • Tekanan Internasional: Negara-negara mitra Iran seperti China, yang merupakan pembeli minyak terbesar Iran, tidak akan menyambut baik gangguan pasokan energi global. China telah meminta Iran untuk menahan diri.
  • Strategi Gertakan: Iran tampaknya lebih suka menggunakan potensi Selat Hormuz sebagai alat diplomasi tekanan daripada menjadikannya medan konfrontasi langsung. Ancaman seringkali lebih berharga daripada tindakan. Strategi Iran lebih condong ke arah perang asimetris, seperti yang dilakukan milisi Houthi di Laut Merah, yaitu gangguan terbatas dan penargetan kapal tertentu, bukan blokade total.

Kesimpulan

Angkatan Laut Iran memang memiliki kekuatan yang signifikan, terutama dalam taktik asimetris dan penggunaan kapal cepat, rudal canggih, serta kapal selam mini yang cocok untuk perairan sempit seperti Selat Hormuz. Mereka juga didukung oleh pangkalan militer strategis di sepanjang garis pantai.

Namun, ancaman Iran untuk memblokade Selat Hormuz lebih cenderung merupakan sebuah “gertakan” strategis daripada niat untuk menutupnya secara penuh. Kalkulasi strategis Iran menunjukkan bahwa blokade total akan merugikan diri sendiri secara ekonomi, memicu respons militer yang masif dari kekuatan global, dan mengisolasi Iran di mata dunia. Selat Hormuz tetap menjadi “kartu As” bagi Iran, tetapi penggunaannya lebih sebagai alat tawar-menawar diplomatik daripada senjata penghancur ekonomi global. Situasi di Timur Tengah memang sangat dinamis, namun Iran tetap berhitung cermat dalam setiap langkahnya.

FAQ

Berikut adalah bagian FAQ yang relevan dan optimal untuk Google Snippet:

Tanya: Mengapa Selat Hormuz sangat penting bagi dunia?
Jawab: Selat Hormuz adalah jalur krusial untuk perdagangan minyak global, mengangkut sekitar 20-30% pasokan minyak mentah dunia. Lebih dari seperlima pasokan gas alam cair (LNG) dunia juga melewati selat sempit ini.

Tanya: Seberapa besar ancaman Iran untuk memblokade Selat Hormuz?
Jawab: Iran memiliki kekuatan maritim yang signifikan di kawasan tersebut, menjadikan ancaman blokade sebagai “kartu As” dalam manuver politik dan militer. Lokasi strategis Iran di utara selat memberikan keuntungan taktis.

Tanya: Apa dampak jika Selat Hormuz diblokade?
Jawab: Blokade Selat Hormuz akan mengganggu pasokan energi global secara drastis, menyebabkan lonjakan harga minyak dan gas di seluruh dunia. Hal ini dapat memicu krisis ekonomi internasional.