Yogyakarta, zekriansyah.com – Sebagai seorang ibu, momen menyusui adalah salah satu ikatan terindah dengan buah hati. Proses ini tak hanya memberikan nutrisi terbaik, tetapi juga membangun kedekatan emosional yang tak tergantikan. Namun, bayangkan jika di tengah kebahagiaan itu, Anda harus berhadapan dengan diagnosis kanker payudara. Pertanyaan besar pun muncul: bolehkah ibu kanker payudara tetap menyusui bayi? Kekhawatiran akan menularkan penyakit atau efek samping obat tentu menghantui pikiran.
Artikel ini hadir untuk memberikan pencerahan, menjelaskan apa saja yang perlu Anda ketahui agar bisa membuat keputusan terbaik untuk kesehatan Anda dan si kecil. Mari kita telusuri fakta-fakta penting seputar kanker payudara dan menyusui bayi ini.
Kanker Payudara: Bukan Sekadar Benjolan Biasa
Kanker payudara adalah kondisi di mana sel-sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali di jaringan payudara. Ini adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita, meskipun pria juga bisa mengalaminya. Seringkali, muncul kekhawatiran bahwa kanker payudara bisa menular kepada bayi melalui Air Susu Ibu (ASI).
Namun, penting untuk diketahui bahwa kanker payudara bukanlah penyakit menular. Sel-sel kanker tidak akan berpindah atau menulari bayi Anda melalui ASI, bahkan jika Anda didiagnosis saat sedang menyusui atau hamil. Sel kanker juga tidak memiliki kemampuan untuk menembus plasenta bayi. Bahkan, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa menyusui dapat membantu menurunkan risiko kanker payudara pada ibu.
Jadi, Bolehkah Ibu Kanker Payudara Menyusui? Kuncinya Ada pada Pengobatan
Meskipun kanker payudara itu sendiri tidak menular lewat ASI, keputusan untuk tetap menyusui bayi sangat bergantung pada kondisi individu dan jenis pengobatan yang sedang atau akan Anda jalani. Pada umumnya, jika Anda sedang dalam masa pengobatan kanker yang intensif, menyusui tidak disarankan untuk sementara waktu.
Saat Pengobatan Kanker Payudara, Menyusui Tidak Disarankan
Ada beberapa alasan kuat mengapa menyusui perlu dihentikan sementara atau tidak dimulai sama sekali saat Anda menjalani pengobatan kanker payudara:
- Kemoterapi dan Terapi Hormon/Target: Obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi, terapi hormon, atau terapi target sangatlah kuat. Bahan kimia dari obat-obatan ini dapat masuk ke dalam ASI dan berisiko tinggi membahayakan bayi. Contoh obat seperti tamoxifen, palbociclib, ribociclib, dan everolimus dapat bertahan lama di dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan keracunan pada bayi, serta memengaruhi organ atau sistem kekebalan tubuhnya yang masih berkembang. Oleh karena itu, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk segera menghentikan menyusui selama perawatan dan untuk beberapa waktu setelahnya.
- Terapi Radiasi: Proses terapi radiasi pada payudara dapat memengaruhi produktivitas ASI. Payudara yang diradiasi mungkin akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang lebih sedikit, atau bahkan berhenti berproduksi sama sekali. Selain itu, radiasi juga bisa menurunkan elastisitas puting, sehingga menyulitkan bayi untuk melekat dengan benar saat menyusu.
- Operasi (Lumpektomi atau Mastektomi): Tindakan operasi pengangkatan sel kanker, baik lumpektomi (pengangkatan sebagian payudara) maupun mastektomi (pengangkatan seluruh payudara), berpotensi merusak saluran ASI. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah ASI yang bisa Anda berikan dari payudara yang dioperasi. Selain itu, kondisi payudara yang sedang menyusui juga akan lebih sulit untuk diperiksa atau dioperasi.
Bisakah Menyusui Kembali Setelah Pengobatan Selesai?
Kabar baiknya, banyak ibu dengan kanker payudara yang bisa kembali menyusui bayi mereka setelah pengobatan selesai. Namun, ini tetap memerlukan evaluasi dan persetujuan dari dokter.
- Setelah Operasi: Jika Anda hanya menjalani operasi pada satu payudara, payudara yang tidak terkena kanker biasanya masih dapat memproduksi ASI secara memadai untuk memenuhi kebutuhan bayi. Meskipun payudara yang dioperasi mungkin mengalami penurunan produksi, seringkali payudara yang lain bisa mengompensasi.
- Setelah Kemoterapi atau Radiasi: Setelah pengobatan kemoterapi atau radiasi berakhir, tubuh memerlukan waktu untuk membersihkan sisa-sisa bahan kimia dari sistem Anda. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan menentukan kapan waktu yang aman bagi Anda untuk kembali menyusui, memastikan tidak ada lagi risiko bagi bayi.
Alternatif Terbaik untuk Nutrisi dan Ikatan Ibu-Bayi
Jika Anda tidak dapat menyusui secara langsung karena pengobatan kanker payudara, jangan bersedih atau merasa bersalah. Ada banyak cara lain untuk memastikan si kecil mendapatkan nutrisi optimal dan tetap menjalin ikatan yang kuat dengan Anda:
- Susu Formula Khusus Bayi: Ini adalah alternatif nutrisi yang aman dan teruji untuk bayi yang tidak bisa mendapatkan ASI.
- “Pompa dan Buang” (Pump and Dump): Jika Anda berencana untuk kembali menyusui setelah perawatan, Anda bisa memompa ASI secara teratur selama pengobatan, meskipun ASI tersebut harus dibuang. Ini membantu menjaga suplai ASI Anda sehingga tubuh tetap terstimulasi untuk memproduksi ASI. Setelah dokter menyatakan aman, Anda bisa mulai menyusui kembali.
- Fokus pada Bonding yang Berkualitas: Kualitas ikatan antara ibu dan anak tidak hanya ditentukan oleh pemberian ASI. Momen-momen berkualitas seperti bercerita, mengajaknya berbicara, bersenandung, bercanda, atau sekadar tersenyum sambil memeluknya saat memberi susu formula, akan tetap membangun ikatan yang kuat dan penuh kasih sayang.
- Sistem Menyusui Tambahan (Supplemental Nursing System/SNS): Alat ini memungkinkan bayi merangsang payudara Anda sambil menerima ASI perah atau susu formula melalui selang tipis yang ditempelkan di puting. Ini bisa membantu menjaga stimulasi payudara sambil memastikan bayi mendapatkan cukup nutrisi.
Konsultasi Dokter: Langkah Paling Bijak
Setiap kasus kanker payudara adalah unik, dan keputusan mengenai menyusui bayi harus dibuat berdasarkan evaluasi menyeluruh oleh tim medis Anda. Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi dan konselor laktasi sejak awal diagnosis hingga setelah pengobatan selesai. Mereka akan memberikan nasihat terbaik berdasarkan jenis kanker Anda, stadium, jenis pengobatan, dan kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan. Mengutamakan kesehatan dan keamanan ibu serta bayi adalah hal yang paling penting dalam pengambilan keputusan ini.
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara
Meskipun artikel ini membahas tentang menyusui bayi saat menghadapi kanker payudara, tidak dapat dipungkiri bahwa pencegahan dan deteksi dini adalah langkah terbaik dalam menghadapi penyakit ini. Deteksi dini kanker payudara dapat memberikan kesempatan lebih besar untuk pengobatan yang sukses dan penyembuhan yang lebih baik. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin dan jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter jika menemukan benjolan atau perubahan tidak biasa pada payudara Anda.
Mengambil keputusan terbaik untuk kesehatan Anda dan buah hati memang tidak mudah, terutama saat dihadapkan pada diagnosis kanker payudara. Ingatlah bahwa Anda tidak sendiri. Dengan informasi yang tepat dan dukungan dari tim medis, Anda bisa menavigasi perjalanan ini dengan lebih tenang dan percaya diri. Prioritaskan kesehatan Anda, dan percayalah bahwa ikatan cinta Anda dengan si kecil akan tetap kuat, apa pun jalannya.
FAQ
Tanya: Apakah kanker payudara bisa menular ke bayi melalui ASI?
Jawab: Tidak, kanker payudara bukanlah penyakit menular dan sel kanker tidak dapat menular ke bayi melalui ASI.
Tanya: Bolehkah ibu yang didiagnosis kanker payudara tetap menyusui bayinya?
Jawab: Keputusan untuk menyusui harus didiskusikan dengan dokter, karena tergantung pada jenis kanker, pengobatan yang dijalani, dan kondisi spesifik ibu serta bayi.
Tanya: Apa saja risiko jika ibu kanker payudara tetap menyusui?
Jawab: Risiko utama berkaitan dengan efek samping pengobatan kanker yang mungkin masuk ke dalam ASI, bukan penularan kanker itu sendiri.