Japfa Comfeed Buka Suara Soal Oplosan Mafia Beras: Komitmen Mutu di Tengah Sorotan Satgas Pangan

Dipublikasikan 12 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Belakangan ini, isu oplosan beras dan dugaan keberadaan mafia pangan kembali mencuat, membuat banyak masyarakat bertanya-tanya tentang kualitas beras yang mereka konsumsi sehari-hari. Di tengah sorotan tajam ini, nama besar seperti Japfa Comfeed turut disebut. Lalu, bagaimana respons mereka? PT Santosa Utama Lestari (SUL), anak cabang dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, akhirnya buka suara soal oplosan mafia beras yang menjadi temuan Satgas Pangan Polri. Mari kita kupas tuntas agar Anda memahami duduk perkaranya.

Japfa Comfeed Buka Suara Soal Oplosan Mafia Beras: Komitmen Mutu di Tengah Sorotan Satgas Pangan

Berikut adalah beberapa pilihan caption yang bisa Anda gunakan, dengan gaya bahasa berita: **Pilihan 1 (Fokus pada respons perusahaan):** > Japfa Comfeed buka suara soal oplosan mafia beras, tegaskan komitmen mutu di tengah sorotan Satgas Pangan terkait temuan beras substandard. **Pilihan 2 (Lebih ringkas, menekankan sorotan):** > Menjawab sorotan Satgas Pangan terkait dugaan oplosan mafia beras, Japfa Comfeed tegaskan komitmen mutu di tengah investigasi kualitas pangan. **Pilihan 3 (Menekankan investigasi dan komitmen):** > Di tengah investigasi Satgas Pangan atas dugaan oplosan mafia beras, Japfa Comfeed angkat bicara mengenai komitmen mutu produknya. Pilih salah satu yang paling sesuai dengan penekanan yang ingin Anda berikan pada gambar ilustrasi artikel tersebut.

Mengapa Japfa Comfeed Jadi Sorotan?

Kisah ini berawal dari temuan mengejutkan Kementerian Pertanian (Kementan) yang menemukan fakta bahwa ada 212 merek beras di 10 provinsi yang disinyalir tidak memenuhi standar mutu. Temuan ini tentu saja memicu kekhawatiran publik dan membuat Satgas Pangan Polri bergerak cepat.

Tak butuh waktu lama, Satgas Pangan lantas memanggil dan memeriksa empat produsen beras besar yang diduga terlibat dalam pelanggaran mutu dan takaran. Siapa saja mereka?

  • Wilmar Group (dengan produk Sania, Sovia, dan Fortune)
  • PT Food Station Tjipinang Jaya (produsen merek seperti Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan lainnya)
  • PT Belitang Panen Raya (pemilik merek Raja Platinum dan Raja Ultima)
  • Dan terakhir, PT Sentosa Utama Lestari (SUL) yang merupakan bagian dari Japfa Group.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah tim penyidik mengambil sampel dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Jabodetabek, Kalimantan Selatan, hingga Jawa Barat. Semua ini dilakukan untuk memastikan kebenaran dugaan pelanggaran yang merugikan konsumen.

Respons Resmi PT Santosa Utama Lestari (SUL)

Menanggapi kabar yang beredar, PT Santosa Utama Lestari (SUL), melalui Kepala Divisi Unit Beratnya, Bapak Carmen Carlo Ongko, memberikan klarifikasi. Beliau menegaskan bahwa perusahaan mereka selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip produksi yang ketat.

Dalam keterangannya, Carmen Carlo Ongko mengklaim:

“Pengawasan internal kami dilakukan secara berkala dan ketat, termasuk dalam aspek takaran, kebersihan, serta pelabelan produk. Kami memastikan bahwa seluruh proses produksi dan distribusi beras dijalankan sesuai dengan standar mutu dan regulasi yang berlaku.”

Pernyataan ini menunjukkan komitmen SUL terhadap kualitas produk yang mereka hasilkan. Meskipun demikian, SUL juga menyatakan bahwa mereka belum menerima hasil akhir dari proses pemeriksaan yang sedang berlangsung oleh Satgas Pangan. Ini berarti investigasi masih berjalan dan hasilnya belum final.

Yang menarik, SUL juga menunjukkan sikap proaktif. Mereka menyatakan terbuka terhadap evaluasi dan secara rutin melakukan langkah-langkah perbaikan. Ini adalah sinyal positif bahwa perusahaan siap berbenah jika memang ada kekurangan yang ditemukan.

Menjaga Kepercayaan Publik dan Dukungan terhadap Penegakan Hukum

Dalam menghadapi situasi ini, Japfa Comfeed melalui anak perusahaannya, SUL, memilih jalur kooperatif. Carmen Carlo Ongko menegaskan bahwa PT SUL sangat menghormati dan mendukung penuh proses yang sedang dilakukan oleh pihak berwenang.

Mengapa sikap ini penting? Karena proses ini dinilai krusial untuk menjaga kepercayaan publik terhadap seluruh rantai pasok pangan nasional. Jika ada dugaan kecurangan, maka harus diusut tuntas agar konsumen tidak ragu lagi.

PT Santosa Utama Lestari juga menyatakan menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan kepatuhan hukum. Mereka siap untuk terus bersikap kooperatif dalam memberikan informasi dan data yang dibutuhkan oleh tim Satgas Pangan Nasional. Ini menunjukkan keseriusan mereka untuk membantu mengungkap kebenaran di balik isu oplosan beras ini.

Kesimpulan

Kasus oplosan mafia beras yang menyeret beberapa produsen besar, termasuk anak cabang Japfa Comfeed, PT Santosa Utama Lestari (SUL), adalah pengingat penting akan perlunya pengawasan ketat dalam industri pangan. Respons dari SUL yang menekankan komitmen pada standar mutu, pengawasan internal, dan dukungan penuh terhadap investigasi Satgas Pangan menunjukkan upaya mereka untuk menjaga reputasi dan kepercayaan konsumen.

Meskipun hasil akhir pemeriksaan belum keluar, sikap kooperatif SUL patut diapresiasi. Kita semua berharap agar proses hukum berjalan transparan dan adil, sehingga mafia pangan yang merugikan masyarakat bisa diberantas tuntas. Mari kita terus mendukung upaya-upaya menjaga kualitas pangan di Indonesia demi kesehatan dan kesejahteraan bersama.

FAQ

Tanya: Mengapa PT Sentosa Utama Lestari (SUL) yang merupakan bagian dari Japfa Group disebut dalam kasus oplosan beras?
Jawab: PT Sentosa Utama Lestari (SUL) disebut karena diduga terlibat dalam pelanggaran mutu dan takaran beras yang ditemukan oleh Satgas Pangan Polri.

Tanya: Apa temuan Satgas Pangan Polri terkait isu oplosan beras?
Jawab: Satgas Pangan Polri menemukan bahwa ada 212 merek beras di 10 provinsi yang disinyalir tidak memenuhi standar mutu.

Tanya: Siapa saja produsen beras besar yang diperiksa oleh Satgas Pangan Polri selain Japfa Group?
Jawab: Produsen beras besar lain yang diperiksa adalah Wilmar Group, PT Food Station Tjipinang Jaya, dan PT Belitang Panen Raya.