Israel Makin Brutal: Rudal Sasar Anak-anak Gaza di Pusat Bantuan Medis

Dipublikasikan 11 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Kabar memilukan kembali datang dari Jalur Gaza. Serangan yang dilancarkan Israel makin brutal, kali ini menyasar langsung warga sipil, termasuk anak-anak Gaza, yang sedang mengantre di sebuah pusat kesehatan. Kejadian ini bukan hanya mengguncang, tetapi juga menyoroti betapa parahnya krisis kemanusiaan yang terus melanda wilayah tersebut. Mari kita selami lebih dalam insiden mengerikan ini, dampaknya, serta gambaran umum situasi di Gaza yang tak kunjung membaik.

Israel Makin Brutal: Rudal Sasar Anak-anak Gaza di Pusat Bantuan Medis

Ilustrasi untuk artikel tentang Israel Makin Brutal: Rudal Sasar Anak-anak Gaza di Pusat Bantuan Medis

Serangan Mematikan di Pusat Kesehatan Anak

Pada Kamis (10/7), sebuah insiden tragis terjadi di Kota Deir Al Balah, Gaza tengah. Serangan udara Israel menyasar warga yang sedang antre untuk imunisasi dan pasokan nutrisi di sebuah pusat kesehatan. Akibatnya, setidaknya 15 orang tewas, di mana delapan di antaranya adalah anak-anak dengan usia termuda dua tahun dan tertua 14 tahun.

Rekaman yang beredar menunjukkan pemandangan yang memilukan: anak-anak tergeletak tak bergerak atau terluka parah di tengah jeritan kepanikan. Project HOPE, sebuah organisasi bantuan asal Amerika Serikat, menegaskan bahwa serangan itu terjadi “tepat di depan” salah satu klinik mereka. Padahal, lokasi klinik tersebut sudah dikoordinasikan dengan militer Israel agar tidak diserang, karena berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga yang membutuhkan pengobatan, terutama untuk malnutrisi dan layanan kehamilan.

Militer Israel berdalih bahwa serangan itu menargetkan seorang milisi Hamas. Namun, insiden ini menambah panjang daftar kasus di mana fasilitas kesehatan menjadi sasaran, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti yang diungkapkan oleh Médecins Sans Frontières (MSF).

Korban Berjatuhan di Antrean Bantuan dan Fasilitas Publik

Tragedi ini bukan kejadian tunggal. Sepanjang konflik, warga Gaza seringkali menjadi korban saat berjuang mendapatkan kebutuhan dasar. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan, pada Jumat (11/7), sedikitnya 30 orang tewas akibat serangan Israel, termasuk 10 orang yang sedang antre bantuan di selatan wilayah tersebut.

PBB mencatat hampir 800 orang tewas saat mencoba mengakses makanan di Gaza sejak akhir Mei 2025. Kondisi ini diperparah dengan blokade yang menyebabkan kelangkaan makanan. Dr. Mohammed Abu Mughaisib dari MSF mengungkapkan bahwa penduduk Gaza kini “benar-benar kelelahan, hancur, dan lelah,” dengan harapan yang “sangat rapuh.”

Fasilitas Kesehatan Tak Luput dari Sasaran

Kondisi fasilitas kesehatan di Gaza juga sangat kritis. Rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, justru menjadi sasaran atau terpengaruh langsung oleh serangan. Contohnya, Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara pernah diserbu pasukan Israel, menyebabkan pasien anak dalam ventilator meninggal karena mesinnya terkena ledakan.

Bahkan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara juga menjadi sasaran Operasi Kereta Perang Gideon yang dilancarkan Israel. Rumah sakit ini sempat tidak beroperasi setelah dikepung dan dibom, membahayakan ribuan pasien yang membutuhkan perawatan medis mendesak. Tindakan sistematis Israel terhadap rumah sakit ini dikecam keras, karena secara sengaja membunuh orang yang terluka dan menargetkan staf medis.

Dampak Mendalam pada Anak-anak Gaza

Dari puluhan ribu korban tewas di Gaza, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Angka ini terus bertambah seiring dengan intensitas serangan. Namun, dampak perang pada anak-anak Gaza jauh melampaui sekadar korban jiwa dan luka fisik. Mereka juga menanggung beban trauma psikologis yang mendalam, kehilangan orang tua dan sanak keluarga, serta masa depan yang tidak pasti.

Momen-momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, seperti Idulfitri, pun berubah menjadi kelam. Pakaian baru anak-anak berlumuran darah setelah terkena pecahan rudal Israel yang menyerang tenda pengungsi. Takbir Idulfitri nyaris tak terdengar, digantikan oleh jeritan kesakitan dan ketakutan akan serangan mendadak.

Krisis Kemanusiaan yang Terus Memburuk

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin parah akibat blokade total dan terhentinya distribusi bantuan. Warga kesulitan mendapatkan makanan pokok, air bersih, dan obat-obatan. Jutaan warga Gaza mengalami kelaparan ekstrem. Meskipun ada seruan internasional untuk meningkatkan bantuan, aksesnya masih sangat terbatas.

PBB bahkan telah melayangkan permohonan dana sebesar US$2,8 miliar untuk Gaza, namun masalah akses masih menjadi kendala utama. Ini seperti “tarian di mana kita mengambil satu langkah maju, kemudian dua langkah mundur,” ujar seorang pejabat kemanusiaan PBB.

Seruan Internasional yang Terabaikan

Berbagai pihak internasional telah menyerukan gencatan senjata dan menghentikan agresi Israel. Mahkamah Internasional bahkan sedang mengadili Israel atas tuduhan genosida. Faksi-faksi Palestina pun menyerukan pemogokan umum untuk meningkatkan tekanan agar perang diakhiri.

Namun, upaya mediasi internasional masih terhambat. Israel bersikeras tidak akan berhenti memerangi Hamas sampai kelompok itu benar-benar tereliminasi, sementara Hamas menolak melepas sandera tanpa pembicaraan untuk menghentikan perang.

Harapan di Tengah Reruntuhan

Situasi di Gaza saat ini memang sangat memprihatinkan. Dengan Israel makin brutal dalam serangannya, terutama yang rudalnya menyasar langsung anak-anak Gaza yang tak berdosa, dunia seakan dihadapkan pada krisis kemanusiaan yang terus memburuk. Penting bagi kita untuk terus menyuarakan dan mendukung upaya-upaya kemanusiaan, serta mendorong solusi damai agar penderitaan ini bisa segera berakhir. Semoga secercah harapan bisa segera menyinari Jalur Gaza, membawa kedamaian dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di sana.