Iran Tolak Berunding Lagi dengan AS, Sebut Washington Khianati Diplomasi

Dipublikasikan 27 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Ketegangan di panggung dunia kembali memanas. Iran dengan tegas menolak tawaran Amerika Serikat (AS) untuk memulai kembali perundingan. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, bahkan menyebut tindakan Washington sebagai “pengkhianatan terhadap diplomasi”.

Kabar ini tentu penting untuk kita pahami, terutama bagi Anda yang ingin tahu lebih dalam dinamika hubungan internasional dan dampaknya terhadap stabilitas global. Artikel ini akan menjelaskan duduk perkara penolakan Iran ini dengan bahasa yang mudah dicerna.

Mengapa Iran Menolak Berunding?

Penolakan Iran ini bukan tanpa alasan. Menurut Menlu Iran Abbas Araqchi, ada beberapa poin penting yang mendasari keputusan ini:

  • Pengkhianatan Diplomasi: Araqchi secara lugas mengecam keterlibatan AS dalam “perang agresi rezim Israel terhadap Iran”. Ia menilai, meski Iran sebelumnya berupaya melindungi hak-hak rakyatnya dalam perundingan nuklir tidak langsung dengan AS, Washington justru memilih “metode lain” setelah kecewa dengan hasil perundingan tersebut. Serangan militer AS terhadap Iran dianggap sebagai pengkhianatan terhadap upaya diplomasi.
  • Serangan Terhadap Fasilitas Nuklir: Setelah agresi Israel, AS juga disebut melakukan serangan militer terhadap tiga lokasi nuklir Iran, yaitu di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Araqchi menyatakan kerusakan akibat serangan ini “tidak kecil” dan Iran masih mengevaluasi tingkat kerusakannya.
  • Belum Ada Landasan: Dengan kondisi tersebut, Araqchi menegaskan bahwa “Masih terlalu dini untuk melihat bahwa landasan sudah siap untuk negosiasi.”

Iran juga punya sejarah panjang dengan AS terkait kesepakatan nuklir. Pada tahun 2015, Iran dan beberapa kekuatan dunia (termasuk AS) mencapai kesepakatan nuklir yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun, pada Mei 2018, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu, yang kemudian diikuti dengan pemberlakuan kembali sanksi terhadap Iran. Ini menjadi salah satu poin yang selalu disoroti Iran terkait niat AS.

Klaim Trump yang Dibantah Iran: Tidak Ada Pembicaraan

Sebelum penolakan tegas dari Iran, Presiden AS Donald Trump sempat mengklaim bahwa perundingan nuklir dengan Iran akan diadakan “pekan depan”. Namun, klaim ini langsung dibantah mentah-mentah oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi.

“Tidak ada kesepakatan yang dibuat mengenai dimulainya kembali perundingan. Bahkan belum ada pembicaraan tentang perundingan. Subjek perundingan tidak perlu dipertanyakan lagi saat ini,” tegas Araqchi dalam wawancara televisi pada Kamis malam (26/6/2025).

Araqchi menambahkan bahwa pernyataan dari pihak AS “penuh dengan kontradiksi”, menunjukkan adanya perbedaan pandangan yang sangat tajam antara kedua negara.

Latar Belakang Konflik: Agresi dan Gencatan Senjata

Penolakan Iran ini tak bisa dilepaskan dari eskalasi konflik yang baru saja terjadi di Timur Tengah. Berikut garis besar kejadiannya:

  • 13 Juni 2025: Konflik 12 hari antara Israel dan Iran meletus setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap sasaran militer, nuklir, dan sipil di Iran.
  • 22 Juni 2025: AS turun tangan dan melakukan serangan militer terhadap tiga lokasi nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
  • Serangan Balik Iran: Pasukan militer Iran melakukan serangan balik yang kuat. Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam bahkan melancarkan 22 gelombang serangan rudal balasan terhadap Israel sebagai bagian dari Operasi True Promise III.
  • 24 Juni 2025: Gencatan senjata yang disponsori oleh AS mulai berlaku dan menghentikan pertempuran.

Meskipun demikian, insiden-insiden ini jelas membekas dalam ingatan Iran dan memengaruhi keputusan mereka untuk menolak perundingan. Araqchi sebelumnya menyatakan bahwa Iran “tidak dapat melakukan negosiasi dengan AS ketika rakyat kami sedang dibombardir.”

Komitmen Iran pada Diplomasi, Namun…

Meski menolak perundingan langsung dengan AS saat ini, Menlu Araqchi menjelaskan bahwa Iran tetap berkomitmen pada jalur diplomasi. Ia bahkan menyatakan masih berkomunikasi dengan beberapa menteri luar negeri dari negara lain.

Namun, keputusan apakah akan melanjutkan perundingan dengan AS atau tidak, perlu dinilai secara cermat oleh Teheran. Pengalaman “pengkhianatan diplomasi” yang mereka rasakan akan menjadi faktor penentu. Iran juga menekankan bahwa program nuklir mereka adalah untuk tujuan damai, meskipun stok uranium yang diperkaya terus dipantau oleh Badan Energi Atom Internasional.

Perbandingan Sikap Diplomasi

Pihak Sikap Terkini Alasan/Klaim
Iran Menolak perundingan dengan AS Washington “khianati diplomasi”, terlibat agresi Israel, serang fasilitas nuklir Iran, belum ada landasan yang siap untuk negosiasi. Tetap berkomitmen pada diplomasi secara umum, tapi perlu menilai keputusan berunding dengan AS.
Amerika Serikat Mengklaim akan ada perundingan nuklir Presiden Trump sempat menyatakan perundingan akan diadakan “pekan depan”, meski kemudian dibantah Iran. AS ingin merundingkan perjanjian baru yang lebih komprehensif.

Kesimpulan

Penolakan tegas Iran untuk berunding lagi dengan Amerika Serikat menunjukkan betapa dalamnya luka dan ketidakpercayaan yang terbentuk akibat serangkaian peristiwa, terutama serangan militer terbaru dan anggapan “pengkhianatan diplomasi”. Klaim Presiden Trump tentang akan adanya perundingan langsung dibantah Iran, menandakan jurang perbedaan yang masih lebar.

Meski demikian, Iran menegaskan komitmennya pada diplomasi secara umum, namun dengan syarat dan evaluasi yang ketat. Dinamika ini akan terus menjadi sorotan global, mengingat pentingnya stabilitas di Timur Tengah dan implikasinya terhadap program nuklir Iran. Kita perlu terus mengikuti perkembangan ini untuk memahami arah hubungan internasional ke depan.