Begini Kondisi Nuklir Iran Setelah Diserang Israel dan AS

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Konflik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS) sempat memanas hingga memicu kekhawatiran global. Serangan militer yang dilancarkan Israel dan AS ke fasilitas nuklir Iran menjadi sorotan utama. Kini, setelah gencatan senjata diberlakukan, banyak yang bertanya-tanya: bagaimana sebenarnya kondisi program nuklir Iran setelah gempuran tersebut?

Begini Kondisi Nuklir Iran Setelah Diserang Israel dan AS

Artikel ini akan mengupas tuntas kondisi terkini program nuklir Iran, dampak serangan, serta klaim dari berbagai pihak. Dengan memahami informasi ini, Anda akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi geopolitik di Timur Tengah dan dampaknya terhadap keamanan global.

Dampak Serangan di Fasilitas Nuklir Utama

Serangan yang dilancarkan Israel dan AS menargetkan sejumlah fasilitas nuklir vital Iran. Beberapa lokasi kunci yang menjadi sasaran antara lain:

  • Natanz: Fasilitas pengayaan uranium terbesar Iran, sebagian besar berada di bawah tanah. Israel mengklaim telah menyebabkan “kerusakan signifikan” di sini.
  • Fordo: Fasilitas pengayaan uranium yang tersembunyi jauh di dalam gunung dekat Qom. Presiden AS Donald Trump bahkan mengklaim Fordo “hancur lebur” setelah serangan bom penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrators (MOP) yang dijatuhkan AS.
  • Isfahan: Pusat Teknologi Nuklir yang berfokus pada konversi uranium menjadi bahan bakar reaktor dan pengayaan. Lokasi ini juga menjadi target serangan rudal Tomahawk dari kapal selam AS.

Kementerian Luar Negeri Iran sendiri mengakui bahwa fasilitas nuklir mereka “rusak parah” akibat serangan berulang kali. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyatakan:

“Itu pasti karena (fasilitas nuklir) telah diserang berulang kali. Saya tidak perlu menambahkan apa pun mengenai masalah ini karena ini masalah teknis.”

Bagaimana Kondisi Program Nuklir Iran Saat Ini?

Untuk memahami dampak serangan, penting untuk mengetahui langkah-langkah utama dalam membangun bom atom dan bagaimana status Iran di setiap langkah tersebut pasca-serangan:

  • Kemampuan Riset dan Peneliti: Israel mengklaim telah menewaskan sedikitnya 14 pakar nuklir terkemuka Iran. Namun, Iran memiliki banyak ilmuwan lain yang berbagi pengetahuan, dan di masa lalu, pembunuhan serupa tidak menghentikan pekerjaan mereka.
  • Tambang Uranium: Tambang bijih uranium Iran, bahan dasar senjata nuklir, tampaknya tidak menjadi sasaran. Salah satu tambang, Narigan, diperkirakan memiliki cukup material untuk lebih dari 50 senjata.
  • Pengayaan Uranium: Ini adalah bagian tersulit. Iran memiliki lebih dari 18.000 alat sentrifugasi. Israel kemungkinan menghancurkan semua sentrifus di Natanz. Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan sentrifus di Fordo “tidak lagi beroperasi.” Pabrik pembuat sentrifus Iran juga hancur. Namun, Iran mengklaim memiliki fasilitas pengayaan rahasia lainnya.
  • Penyimpanan Uranium yang Sudah Diperkaya: Intelijen internasional memperkirakan Iran memiliki kurang dari 400 kg uranium yang mendekati mutu bom atom. Laporan rahasia AS menyebut sebagian besar persediaan uranium yang diperkaya milik Iran telah dipindahkan sebelum serangan. Gedung Putih bersikeras persediaan itu hancur, namun IAEA dan intelijen Eropa yakin Iran kemungkinan telah menyebar persediaan tersebut ke seluruh negeri. Uranium yang paling mengkhawatirkan telah diperkaya hingga kemurnian 60%, yang sangat mempercepat waktu untuk mencapai 90% (mutu senjata).
  • Mengubah Uranium yang Diperkaya Menjadi Logam: Proses ini penting sebelum uranium bisa digunakan dalam senjata. Israel menghancurkan fasilitas produksi logam uranium Iran di Isfahan. Tanpa kemampuan ini, Iran tidak bisa membuat bom atom. Namun, ada kekhawatiran Iran mungkin memiliki lokasi rahasia lain untuk pekerjaan ini.
  • Membuat Bom Atom: Para ahli yakin Iran telah membuat beberapa kemajuan dalam mengecilkan komponen penting dan bereksperimen dengan perangkat pemicu. Intelijen AS menyimpulkan Iran mengerjakan pendekatan “lebih cepat dan lebih kasar” untuk membuat senjata. Israel menghancurkan beberapa bangunan di fasilitas manufaktur Sanjarian yang terkait pengembangan detonasi, namun Iran mungkin punya fasilitas serupa lainnya.
  • Melakukan Serangan: Iran memiliki ribuan rudal yang banyak di antaranya dapat membawa senjata atom. Meski Israel mengklaim telah menghancurkan ratusan peluncur rudal Iran, kemampuan Iran untuk menembakkan rudal berkemampuan nuklir tidak mungkin sepenuhnya hilang.

Tingkat Kerusakan dan Klaim Para Pihak

Setelah serangan, muncul berbagai klaim mengenai tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap program nuklir Iran:

  • Pernyataan Iran: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, secara terbuka mengakui “kerusakan parah” pada fasilitas nuklir mereka.
  • Klaim AS: Presiden Donald Trump berulang kali menegaskan bahwa serangan AS telah “menghancurkan” fasilitas dan kemampuan nuklir Iran. Ia bahkan menulis di Truth Social, “Fordo sudah lenyap.”
  • Penilaian Intelijen AS: Laporan awal dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS menyebut bahwa serangan militer AS hanya menunda program nuklir Iran “beberapa bulan”, paling lama. Namun, Direktur CIA mengatakan serangan itu menundanya “bertahun-tahun”. Gedung Putih membantah temuan awal ini, menyebutnya “jelas-jelas salah”.
  • Klaim Israel: Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengklaim serangan Israel berhasil menghambat program nuklir Iran setidaknya selama “dua hingga tiga tahun”.
  • Pandangan IAEA: Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menggarisbawahi adanya “kerusakan fisik yang signifikan” di Natanz, Isfahan, dan Fordo. Ia juga menyatakan sentrifus di Fordo “tidak lagi beroperasi” dan kerusakannya “pasti total”. Namun, IAEA juga mencatat ada fasilitas nuklir lain yang tidak terkena.

Secara keseluruhan, serangan Israel dan AS kemungkinan besar merusak atau menghancurkan beberapa bagian program nuklir Iran, mempersulit produksi bahan bakar nuklir tambahan atau mengubahnya menjadi senjata. Namun, tingkat kemunduran program ini masih menjadi perdebatan.

Reaksi Internasional dan Kekhawatiran

Dampak serangan terhadap program nuklir Iran tidak hanya menjadi perhatian pihak yang bertikai, tetapi juga komunitas internasional:

  • Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan serangan ini sebagai “eskalasi berbahaya” dan menekankan tidak ada solusi militer, melainkan hanya diplomasi.
  • Indonesia: Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menegaskan bahwa instalasi nuklir di Iran “tidak dapat diserang dalam keadaan apa pun” karena berpotensi membahayakan keselamatan manusia, merusak lingkungan, dan mengancam rezim non-proliferasi senjata nuklir.
  • IAEA: Meski tingkat radiasi di luar instalasi Natanz tampak normal, Direktur Jenderal IAEA Grossi memperingatkan bahwa eskalasi militer “meningkatkan kemungkinan pelepasan radiologi.” IAEA juga menyatakan bahwa serangan tersebut menghambat upaya pengawasan mereka terhadap cadangan uranium Iran.
  • Pasar Keuangan: Menariknya, bursa saham Israel mencatatkan rekor tertinggi setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, mencerminkan optimisme pasar terhadap peningkatan stabilitas keamanan regional dalam jangka pendek.

Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, ketidakpastian masih menyelimuti masa depan program nuklir Iran. Ada indikasi Iran mungkin telah mempertahankan sebagian persediaan uranium yang mendekati mutu bom dan sentrifus yang belum terpasang. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemunduran, Iran mungkin masih memiliki kemampuan untuk memulai kembali upaya nuklirnya.

Singkatnya, program nuklir Iran memang mengalami kerusakan signifikan akibat serangan Israel dan AS, namun seberapa parah dan berapa lama penundaannya masih menjadi tanda tanya. Klaim dari berbagai pihak berbeda-beda, dan ada kekhawatiran Iran mungkin memiliki fasilitas rahasia yang tidak tersentuh. Situasi ini menggarisbawahi pentingnya pengawasan internasional dan upaya diplomatik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut yang bisa membahayakan keamanan global.