Yogyakarta, zekriansyah.com – Penyelidikan independen terkait penanganan pandemi Covid-19 di Inggris akhirnya memasuki babak penting. Mulai Senin ini, inkuiri tersebut akan secara khusus mengkaji bagaimana pandemi berdampak pada layanan perawatan bagi para lansia dan penyandang disabilitas. Bagi keluarga yang kehilangan orang tercinta, momen ini adalah penantian bertahun-tahun untuk mendapatkan jawaban dan keadilan.
Ilustrasi: Keadilan dinanti keluarga korban saat inkuiri Covid-19 mengungkap sisi kelam dampak pandemi pada perawatan lansia dan disabilitas.
Artikel ini akan membahas secara tuntas apa saja yang diselidiki, mengapa hal ini sangat penting, dan bagaimana dampaknya dirasakan oleh ribuan keluarga dan petugas layanan perawatan. Dengan memahami apa yang terjadi, kita bisa bersama-sama belajar agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
Fokus Utama Inkuiri: Panti Jompo dan Layanan Perawatan
Penyelidikan Covid-19 di Inggris (UK Covid-19 Inquiry) adalah upaya besar untuk memahami respons dan dampak pandemi, serta menarik pelajaran berharga untuk masa depan. Bagian yang kini disoroti adalah Modul 6, yang secara spesifik menyelidiki dampak pandemi pada sektor perawatan sosial dewasa, baik yang didanai publik maupun swasta, di seluruh Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Salah satu fakta paling memilukan adalah bagaimana virus Covid-19 dengan cepat menyebar di panti jompo. Antara Maret 2020 hingga Januari 2022, hampir 46.000 penghuni panti jompo di Inggris dan Wales meninggal dunia karena Covid-19, banyak di antaranya terjadi pada minggu-minggu awal pandemi.
Inkuiri ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci yang telah lama menghantui keluarga dan staf perawatan, termasuk:
- Mengapa keputusan cepat diambil pada Maret 2020 untuk memulangkan pasien rumah sakit ke panti jompo?
- Apa peran kebijakan “Do Not Resuscitate” (DNR) atau “jangan resusitasi” yang secara menyeluruh diterapkan pada beberapa penghuni panti jompo?
- Bagaimana kebijakan pembatasan kunjungan yang melarang keluarga bertemu orang yang mereka cintai selama berbulan-bulan memengaruhi mereka?
Kelompok-kelompok kampanye seperti John’s Campaign, Care Rights UK, Patients Association, dan Covid-19 Bereaved Families for Justice UK menjadi “Core Participants” dalam inkuiri ini, memastikan suara mereka yang terdampak didengar secara penuh.
Keputusan Krusial yang Dipertanyakan: Pasien Pulang dan Kebijakan DNR
Dua kebijakan di awal pandemi menjadi sorotan tajam dalam inkuiri ini, yang dianggap berkontribusi besar pada penyebaran virus dan penderitaan di panti jompo:
-
Pemulangan Pasien dari Rumah Sakit Tanpa Tes Covid-19:
- Pada 17 Maret 2020, NHS (Layanan Kesehatan Nasional Inggris) mengirim surat ke semua rumah sakit untuk mengosongkan tempat tidur.
- Dalam empat minggu berikutnya, sekitar 25.000 pasien dipulangkan ke panti jompo. Mirisnya, banyak dari mereka tidak diuji Covid-19.
- Pada 2 April 2020, pemerintah bahkan menyarankan “tes [Covid] negatif tidak diperlukan” sebelum pasien dipulangkan ke panti jompo. Pedoman ini baru diubah pada 15 April 2020, hari yang sama ketika ayah Jean Adamson, Aldrick, meninggal dunia karena Covid-19.
- Jean Adamson, seorang anggota aktif kelompok kampanye Covid-19 Bereaved Families for Justice UK, sangat yakin bahwa pasien yang tiba di panti jompo ayahnya dari rumah sakit bisa jadi adalah sumber penyebaran virus.
- > “Itu adalah keputusan yang sembrono,” kata Jean Adamson. “Cara ayah saya dan puluhan ribu penghuni panti jompo lainnya dikorbankan. Ini benar-benar membuat saya marah karena menurut saya ini berbau diskriminasi usia dan disabilitas.”
-
Kebijakan “Do Not Resuscitate” (DNR) yang Menyeluruh:
- Inkuiri juga akan menelisik mengapa beberapa penghuni panti jompo “secara rutin ditempatkan pada perintah DNR” tanpa diskusi atau penilaian yang memadai dengan kerabat mereka.
- Jean Adamson menuntut jawaban atas praktik ini.
- > “Ada penyalahgunaan kebijakan jangan resusitasi. Kita perlu memahami bagaimana hal itu bisa terjadi,” ujarnya.
Jeritan Hati Keluarga dan Petugas Perawatan
Pandemi Covid-19 meninggalkan luka mendalam bagi banyak pihak, terutama mereka yang berada di garis depan layanan perawatan dan keluarga pasien.
-
Pengalaman Panti Jompo di Garda Terdepan:
- Maureen Lewis, manajer panti jompo St Ives Lodge di London timur laut, mengenang masa-masa awal pandemi sebagai “masa yang mengerikan.” Panti jomponya kehilangan enam penghuni dalam seminggu di awal pandemi.
- Maureen menceritakan bagaimana dokter dan perawat distrik menolak masuk ke panti jompo, bagaimana panti jompo kesulitan mendapatkan alat pelindung diri (APD), dan tidak ada panduan yang membantu dari pemerintah.
- > “Kami seperti rumah sakit mini,” katanya kepada BBC News, “menangani perawatan akhir hayat… Mencari tahu apa yang harus dilakukan di Google.”
- Ia merasa pemerintah dan NHS menelantarkan mereka. Maureen masih marah dengan Matt Hancock, mantan Menteri Kesehatan dan Perawatan Sosial, atas pernyataannya pada 15 Mei 2020 bahwa pemerintah telah “membentengi panti jompo.”
- > “Tidak ada benteng perlindungan sama sekali untuk panti jompo,” tegasnya. “Dia perlu bertanggung jawab atas keputusan yang dia buat.” Matt Hancock sendiri dijadwalkan akan memberikan kesaksian dalam beberapa hari ke depan.
-
Pembatasan Kunjungan yang Menyakitkan:
- Salah satu aspek paling menyakitkan adalah kebijakan pembatasan kunjungan yang melarang keluarga bertemu orang yang mereka cintai selama berbulan-bulan.
- Jean Adamson tidak bisa berada di sisi ayahnya saat terakhir. Ia hanya bisa melihat ayahnya dari jendela panti jompo beberapa hari sebelum meninggal.
- > “Kami tidak diizinkan mengucapkan selamat tinggal kepadanya, untuk memegang tangannya,” katanya. “Ini adalah pengalaman yang akan tetap bersama saya selamanya. Tidak ada kesedihan seperti itu.”
- Dampak pembatasan ini sangat besar, menyebabkan trauma dan memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental penghuni serta pengasuh.
-
Kesulitan Pekerja Perawatan Rumahan:
- Inkuiri juga akan memeriksa kesulitan yang dihadapi oleh pekerja perawatan yang mendukung orang-orang di rumah mereka sendiri.
Belajar dari Masa Lalu untuk Masa Depan
Penyelidikan ini, yang diperkirakan akan berlangsung selama lima minggu dengan laporan akhir yang belum akan keluar hingga tahun depan, sangat vital untuk memahami kebenaran dan mencegah terulangnya kesalahan.
-
Pentingnya Akuntabilitas dan Pembelajaran:
- Baik Maureen Lewis maupun Jean Adamson sepakat bahwa kebenaran adalah yang utama.
- > “Kita perlu memahami agar kita bisa belajar pelajaran ke depan untuk pandemi berikutnya dan apa yang terjadi di sini tidak akan pernah terjadi lagi,” kata Jean Adamson.
- Maureen Lewis berharap ada pengakuan lebih atas bagaimana layanan perawatan bertahan tanpa banyak bantuan. Di masa depan, ia menekankan perlunya “lebih banyak investasi” dan perencanaan darurat yang lebih baik.
-
Dampak Luas pada Sistem Kesehatan:
- Inkuiri Covid-19 tidak hanya berfokus pada layanan perawatan, tetapi juga dampak pandemi pada sistem kesehatan secara keseluruhan, termasuk kekurangan staf, kesesuaian APD, dan kesehatan mental tenaga medis.
- Modul lain dari inkuiri ini bahkan menginvestigasi dampak pandemi pada anak-anak dan remaja, termasuk pendidikan, kesehatan mental, dan perkembangan mereka.
Penyelidikan ini adalah kesempatan untuk memastikan bahwa suara-suara yang terdampak didengar, kesalahan diakui, dan langkah-langkah konkret diambil untuk membangun sistem perawatan yang lebih tangguh dan manusiawi di masa depan.
FAQ
Tanya: Apa fokus utama dari bagian baru inkuiri Covid-19 ini?
Jawab: Fokus utama inkuiri ini adalah Modul 6, yang secara spesifik mengkaji dampak pandemi Covid-19 pada layanan perawatan sosial dewasa, termasuk panti jompo, di seluruh Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Tanya: Mengapa inkuiri ini sangat penting bagi keluarga yang kehilangan orang tercinta?
Jawab: Inkuiri ini penting karena memberikan kesempatan bagi keluarga yang kehilangan orang tercinta untuk mendapatkan jawaban dan keadilan atas dampak pandemi pada layanan perawatan lansia dan disabilitas. Ini juga bertujuan untuk belajar dari tragedi agar tidak terulang di masa depan.
Tanya: Berapa jumlah penghuni panti jompo di Inggris dan Wales yang meninggal karena Covid-19 selama periode yang diselidiki?
Jawab: Antara Maret 2020 hingga Januari 2022, hampir 46.000 penghuni panti jompo di Inggris dan Wales meninggal dunia karena Covid-19. Banyak dari kematian ini terjadi pada minggu-minggu awal pandemi.