Yogyakarta, zekriansyah.com – DAMASKUS – Dunia internasional kembali menyorot Suriah. Pada Sabtu, 5 Juli 2025, Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, melakukan kunjungan bersejarah ke Ibu Kota Damaskus. Kunjungan ini bukan sekadar agenda diplomatik biasa, melainkan menandai pulihnya hubungan diplomatik antara Inggris dan Suriah setelah terputus selama 14 tahun.
Ilustrasi: Menghidupkan kembali hubungan, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy disambut di Damaskus setelah 14 tahun pembekuan diplomatik.
Bagi Anda yang penasaran mengapa Inggris mengambil langkah besar ini setelah lebih dari satu dekade hubungan yang beku, apa saja komitmen yang dibawa Lammy untuk Suriah, serta tantangan apa yang masih harus dihadapi negara di Timur Tengah ini pasca-runtuhnya rezim Bashar al-Assad, artikel ini akan merangkumnya secara lengkap dan mudah dipahami. Mari kita selami lebih dalam fakta-fakta penting di balik peristiwa ini.
Kunjungan Bersejarah yang Buka Lembaran Baru
David Lammy tiba di Damaskus delapan bulan setelah tumbangnya rezim Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu. Selama kunjungannya, Lammy bertemu langsung dengan Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, dan Menteri Luar Negeri Asaad al-Shaibani. Pertemuan ini menjadi simbol dimulainya kembali dialog dan kerja sama antara kedua negara yang sempat terputus sejak pecahnya perang saudara di Suriah.
“Ada harapan baru bagi rakyat Suriah,” kata Lammy dalam sebuah pernyataan. “Merupakan kepentingan kami untuk mendukung pemerintah baru agar dapat mewujudkan komitmen mereka dalam membangun masa depan yang stabil, lebih aman, dan makmur bagi seluruh warga Suriah.”
Sebelumnya, Inggris adalah salah satu negara yang paling keras menentang rezim Assad. London bahkan menutup kedutaan besarnya di Damaskus pada pertengahan 2012 dan ikut menjatuhkan sanksi. Namun, dengan perubahan kepemimpinan di Suriah, pendekatan negara-negara Barat, termasuk Inggris, pun mulai bergeser.
Mengapa Inggris Kembali Jalin Hubungan dengan Suriah?
Keputusan Inggris untuk memulihkan hubungan diplomatik tidak lepas dari kepentingan strategis yang ingin dicapai. David Lammy menegaskan bahwa Suriah yang stabil adalah kepentingan Inggris. Beberapa alasannya antara lain:
- Mengurangi Risiko Migrasi Ireguler: Suriah yang stabil diharapkan dapat menekan angka migrasi tidak teratur ke Eropa, serta mencegah eksploitasi oleh para penyelundup manusia.
- Penghancuran Senjata Kimia: Kunjungan ini juga bertujuan memastikan program senjata kimia peninggalan rezim Assad dideklarasikan sepenuhnya dan dihancurkan. Inggris bahkan berkomitmen tambahan £2 juta untuk Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) guna mendukung tugas vital ini.
- Penanganan Ancaman Terorisme: Inggris ingin memastikan kekalahan kelompok teroris seperti Daesh (ISIS) tetap bertahan dan mereka tidak bangkit kembali. Kerja sama dengan pemerintah baru Suriah diharapkan dapat mengatasi ancaman ini.
- Mendukung Transisi Politik Inklusif: Lammy juga menekankan pentingnya transisi politik yang inklusif dan representatif di Suriah, serta menawarkan dukungan berkelanjutan dari Inggris untuk rakyat Suriah.
Pergeseran kebijakan ini sejalan dengan langkah Amerika Serikat yang juga baru saja mencabut program sanksi terhadap Suriah pada akhir Juni, mengakhiri isolasinya dari sistem keuangan internasional. Inggris sendiri telah melonggarkan sanksinya pada April lalu, mencairkan aset bank sentral Suriah dan 23 entitas lainnya, termasuk bank dan perusahaan minyak.
Paket Bantuan dan Komitmen Inggris untuk Suriah
Sebagai bentuk komitmen terhadap pemulihan Suriah, Inggris mengumumkan paket dukungan finansial yang cukup besar, yaitu sebesar £94,5 juta (sekitar 129 juta dolar AS). Dana ini akan dialokasikan untuk:
- Bantuan Kemanusiaan Mendesak: Memberikan bantuan segera kepada warga Suriah yang membutuhkan.
- Pemulihan Jangka Panjang: Mendukung pembangunan kembali Suriah melalui sektor pendidikan dan mata pencarian.
- Dukungan Negara Penampung Pengungsi: Membantu negara-negara di kawasan yang menampung pengungsi Suriah.
Selama di Suriah, Lammy juga menyempatkan diri bertemu dengan relawan Pertahanan Sipil Suriah, yang dikenal sebagai White Helmets, untuk mempelajari pekerjaan vital mereka, termasuk penyingkiran bahan peledak yang belum meledak dan bantuan medis darurat. Ia juga bertemu dengan pengusaha wanita yang didukung program pemulihan ekonomi Inggris, menunjukkan komitmen Inggris terhadap pembangunan berkelanjutan di Suriah.
Tantangan di Tengah Transisi Suriah
Meski ada harapan baru, situasi di Suriah tetap rapuh. Pemerintah baru yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa, banyak anggotanya berasal dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) – kelompok yang masih masuk daftar organisasi teroris di Inggris, PBB, dan AS. Saat ditanya mengenai hal ini, Lammy menyatakan Inggris “melihat ke masa depan” dan akan terlibat dengan pemerintah baru.
Beberapa kekhawatiran juga muncul terkait transisi ini:
- Serangan Terhadap Minoritas: Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi berbagai serangan kekerasan terhadap kelompok minoritas seperti Alawite dan Druze, serta serangan di sebuah gereja di Damaskus, menimbulkan kekhawatiran internasional.
- Pembatasan Kebebasan Sosial: Ada kekhawatiran pemerintah baru cenderung ke arah kediktatoran baru, dengan pembatasan kebebasan sosial, marginalisasi peran wanita dalam pemerintahan, dan penegakan praktik Islam yang lebih ketat dibandingkan kode sipil yang mewakili seluruh masyarakat.
- Pembentukan Pemerintahan: Banyak penunjukan dalam pemerintahan yang dilaporkan berdasarkan koneksi, bukan kualifikasi, serta agenda Islam radikal dari sebagian besar pimpinan, menimbulkan kekhawatiran tentang representasi dan inklusivitas.
Lammy menegaskan bahwa Inggris ingin Suriah “bergerak ke arah perdamaian, kemakmuran, stabilitas, dan menjadi negara yang inklusif,” dan akan menggunakan bantuan kemanusiaan untuk membantu hal tersebut. Inggris juga akan terus memantau situasi untuk memastikan pemerintahan baru memerintah penduduk secara inklusif.
Perjalanan Lanjutan dan Implikasi Regional
Setelah Suriah, David Lammy dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Kuwait. Di sana, ia akan membahas keamanan regional, penguatan hubungan bilateral, dan mengumumkan kemitraan baru dengan monarki Teluk untuk menangani krisis kemanusiaan di Sudan, termasuk bantuan nutrisi dan pasokan air bersih.
Kunjungan David Lammy ke Suriah ini menandai perubahan signifikan dalam hubungan internasional dan memberikan harapan bagi Suriah untuk memulai babak baru setelah lebih dari satu dekade konflik. Namun, jalan menuju stabilitas dan pembangunan yang berkelanjutan masih panjang dan penuh tantangan.
Kesimpulan
Kunjungan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy ke Suriah dan pemulihan hubungan diplomatik adalah tonggak penting yang menunjukkan pergeseran pendekatan Barat terhadap Suriah pasca-rezim Assad. Inggris berkomitmen untuk membantu pemulihan Suriah melalui bantuan signifikan dan dukungan transisi politik yang inklusif.
Meski demikian, tantangan besar seperti kekhawatiran tentang hak minoritas, karakter pemerintahan baru, dan situasi keamanan yang masih rapuh tetap membayangi. Langkah ini diharapkan dapat membawa Suriah ke arah stabilitas dan kemakmuran, sekaligus mengatasi isu-isu global seperti migrasi dan terorisme. Mari kita terus ikuti perkembangan selanjutnya untuk melihat bagaimana Suriah dapat membangun masa depannya yang lebih baik.