Terobosan Baru Inggris-Prancis: Skema ‘Satu Masuk, Satu Keluar’ Atasi Imigran Perahu Kecil

Dipublikasikan 10 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Isu imigran yang menyeberang Selat Inggris dengan perahu kecil sudah lama jadi sorotan dan sakit kepala bagi pemerintah Inggris. Ribuan orang nekat menempuh perjalanan berbahaya ini setiap tahunnya, seringkali dengan bantuan penyelundup manusia. Untuk mengatasi masalah yang tak kunjung usai ini, Inggris dan Prancis baru saja mengumumkan sebuah rencana baru yang cukup unik: skema “satu masuk, satu keluar”.

Terobosan Baru Inggris-Prancis: Skema 'Satu Masuk, Satu Keluar' Atasi Imigran Perahu Kecil

Ilustrasi: Perahu kecil berdesakan di tengah laut, simbol harapan dan tantangan dalam skema baru Inggris-Prancis untuk mengendalikan arus migran.

Artikel ini akan mengupas tuntas apa sebenarnya skema baru ini, kenapa para imigran nekat menyeberang, serta tantangan apa saja yang mungkin dihadapi kebijakan ini. Dengan membaca artikel ini, Anda akan mendapatkan gambaran jelas tentang upaya terbaru dalam mengatasi krisis migrasi di Selat Inggris dan memahami seluk-beluk di baliknya.

Apa Itu Skema ‘Satu Masuk, Satu Keluar’?

Pemerintah Inggris, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, sepakat meluncurkan skema percontohan yang diberi nama “satu masuk, satu keluar” (one-in-one-out). Perjanjian ini diumumkan dalam kunjungan kenegaraan Macron ke Inggris.

Mekanismenya cukup sederhana, namun penuh tantangan:

  • Pengembalian Imigran: Untuk setiap imigran yang berhasil menyeberang ke Inggris dengan perahu kecil dan tidak memiliki alasan kuat untuk tinggal, Inggris akan mengirim mereka kembali ke Prancis.
  • Penerimaan Imigran Suaka: Sebagai gantinya, Inggris akan menerima satu imigran pencari suaka dari Prancis yang memiliki hubungan keluarga kuat di Inggris.

Tujuan utama dari skema ini adalah untuk memberikan efek jera bagi para imigran ilegal dan menghancurkan model bisnis kelompok penyelundup manusia yang mengambil untung dari penderitaan orang lain. Meskipun skala awalnya masih kecil, dengan perkiraan pengembalian sekitar 50 orang per minggu dalam tahap percontohan, Inggris berharap skema ini bisa diperluas jika terbukti efektif.

“Tidak ada solusi ajaib di sini, tetapi dengan upaya bersatu, taktik baru, dan tingkat niat baru, kita akhirnya bisa membalikkan keadaan,” ujar PM Starmer. Ia menambahkan, “Untuk pertama kalinya, imigran yang tiba melalui perahu kecil akan ditahan dan dikembalikan ke Prancis dalam waktu singkat.”

Presiden Macron juga menyambut baik skema ini, sekaligus menyalahkan Brexit sebagai salah satu penyebab peningkatan penyeberangan ilegal, karena Inggris tidak lagi memiliki perjanjian migrasi dengan Uni Eropa.

Mengapa Imigran Nekat Menyeberang dengan Perahu Kecil?

Setiap tahun, puluhan ribu orang nekat mempertaruhkan nyawa menyeberangi Selat Inggris dengan perahu karet yang rapuh. Data menunjukkan, hingga 6 Juli tahun ini, lebih dari 21.117 orang sudah menyeberang, angka ini naik 56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada tahun 2024 saja, total hampir 37.000 orang telah menyeberang, dengan rata-rata 700 kedatangan per minggu.

Ada beberapa alasan kuat mengapa mereka memilih Inggris sebagai tujuan akhir:

  • Jaringan Keluarga dan Komunitas: Banyak imigran memiliki keluarga, teman, atau komunitas yang sudah tinggal di Inggris. Ini memberikan harapan dan dukungan awal di negara baru.
  • Kemampuan Berbahasa Inggris: Bagi banyak orang, bahasa Inggris adalah bahasa yang mereka kuasai, sehingga merasa lebih mudah beradaptasi di Inggris daripada di negara Eropa lain.
  • Celah Hukum Pasca-Brexit: Setelah Brexit, Inggris tidak lagi memiliki akses ke database sidik jari suaka Uni Eropa (Eurodac) atau sistem Dublin. Ini berarti otoritas Inggris tidak bisa dengan mudah mengetahui apakah seseorang sudah mengajukan suaka di negara Uni Eropa lain, dan tidak bisa mengembalikan mereka ke sana. Celah ini dimanfaatkan oleh para penyelundup.
  • Tingkat Penerimaan Suaka yang Relatif Tinggi: Tingkat penerimaan permohonan suaka di Inggris bagi mereka yang tiba dengan perahu kecil adalah 68% antara 2018-2024, lebih tinggi dari rata-rata 57% secara umum. Ini menjadi daya tarik tersendiri.
  • Peran Penyelundup Manusia: Geng kriminal yang mengorganisir penyeberangan ini sangat canggih dan terus-menerus mengubah taktik mereka, memanfaatkan kerentanan dan harapan para imigran.

Tantangan dan Kritik terhadap Kebijakan Baru

Meski digembar-gemborkan sebagai terobosan, skema “satu masuk, satu keluar” ini tidak luput dari berbagai tantangan dan kritik:

  • Skala yang Terlalu Kecil: Dengan target awal pengembalian 50 orang per minggu, sementara rata-rata penyeberangan mencapai 700 orang per minggu, para kritikus berpendapat skema ini terlalu kecil untuk memberikan efek jera yang signifikan.
    > “Kesepakatan ini berarti 94 persen imigran ilegal yang menyeberang Selat akan tetap tinggal. Itu menyedihkan dan tidak akan menghalangi siapa pun,” kata Chris Philp dari Partai Konservatif.
  • Hambatan Hukum: Secara prinsip, Konvensi Pengungsi PBB tidak mengizinkan pencari suaka memilih negara tujuan, sehingga mengembalikan mereka ke Prancis tidak serta-merta melanggar hukum. Namun, tantangan hukum kemungkinan akan muncul seputar detail prosesnya, seperti keadilan sistem seleksi dan nasib mereka saat tiba di Prancis.
  • Hambatan Politik: Salah satu kekhawatiran utama adalah meyakinkan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya bahwa imigran yang dikembalikan ke Prancis tidak akan berakhir di wilayah mereka. Prancis sendiri juga khawatir akan menjadi “pusat penampungan” bagi imigran yang ditolak Inggris.
  • Kritik dari Organisasi Internasional: Amy Pope, Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB, berpendapat bahwa sudah terlambat untuk menghentikan perahu kecil begitu orang-orang tiba di Calais. Ia menyarankan intervensi yang lebih awal, seperti menyediakan jalur migrasi yang tertib dan teratur, serta dukungan di negara tujuan pertama mereka, agar tidak merasa terpaksa untuk terus bergerak lebih jauh.
    > “Kita harus membuat migrasi menjadi membosankan lagi,” kata Pope, menyerukan agar narasi anti-migran yang toksik dihindari.

Sejarah Upaya Inggris dan Prospek ke Depan

Upaya “menghentikan perahu” bukan hal baru bagi Inggris. Slogan “Stop the Boats” sendiri populer di Australia yang berhasil menurunkan angka kedatangan perahu secara drastis melalui kebijakan seperti Operasi Sovereign Borders. Di Inggris, slogan ini pernah diusung oleh mantan PM Rishi Sunak dengan kebijakan kontroversial “Rencana Rwanda”, yang bertujuan mendeportasi pencari suaka ke Rwanda. Namun, rencana ini sebagian besar gagal dan sangat mahal, dengan hanya satu orang yang berhasil dideportasi.

Pemerintah Inggris juga telah menjalin kerja sama dengan Prancis, termasuk membayar £480 juta untuk patroli dan pengawasan perbatasan yang lebih ketat, yang diklaim berhasil mencegah 33.000 penyeberangan tahun lalu. Selain itu, kesepakatan dengan Albania berhasil menurunkan kedatangan imigran Albania sebesar 90%.

PM Starmer menekankan bahwa perjanjian “satu masuk, satu keluar” ini adalah langkah penting yang menunjukkan komitmen Inggris untuk bekerja sama dengan sekutu internasional. Ia meyakini bahwa masalah migrasi tidak bisa diselesaikan sendiri.

Meskipun skema baru ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal skala dan implementasi, ini menunjukkan pergeseran pendekatan dari kebijakan unilateral yang keras (seperti Rwanda) menjadi upaya kolaboratif dengan negara tetangga. Keberhasilan jangka panjangnya akan sangat bergantung pada detail operasional, dukungan dari negara-negara Uni Eropa lainnya, dan kemampuan untuk mengatasi jaringan penyelundup manusia secara efektif di hulu.

Kesimpulan

Skema “satu masuk, satu keluar” antara Inggris dan Prancis adalah langkah terbaru dalam serangkaian panjang upaya untuk mengatasi krisis penyeberangan imigran ilegal di Selat Inggris. Ini menunjukkan keseriusan kedua negara dalam mencari solusi, dengan fokus pada kerja sama dan efek jera bagi penyelundup.

Namun, kebijakan ini bukan tanpa hambatan. Skala percontohan yang terbatas, tantangan hukum, dan kompleksitas politik memerlukan implementasi yang cermat. Keberhasilan sejati tidak hanya diukur dari angka pengembalian, tetapi juga dari kemampuan untuk menciptakan jalur migrasi yang lebih aman dan tertib, serta menghancurkan akar masalah penyelundupan manusia. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan humanis, masalah imigran perahu kecil ini dapat diatasi secara berkelanjutan.

FAQ

Tanya: Apa tujuan utama dari skema ‘Satu Masuk, Satu Keluar’?
Jawab: Skema ini bertujuan untuk mengurangi jumlah imigran yang menyeberang Selat Inggris dengan perahu kecil dan memberikan solusi bagi imigran yang memiliki hubungan keluarga di Inggris.

Tanya: Siapa saja yang akan dikembalikan ke Prancis dalam skema ini?
Jawab: Imigran yang berhasil menyeberang ke Inggris dengan perahu kecil dan tidak memiliki alasan kuat untuk tinggal akan dikembalikan ke Prancis.

Tanya: Siapa yang akan diterima Inggris sebagai gantinya?
Jawab: Inggris akan menerima imigran pencari suaka dari Prancis yang memiliki hubungan keluarga kuat di Inggris sebagai bagian dari skema ini.

Tanya: Apakah skema ini sudah berlaku secara permanen?
Jawab: Skema ini saat ini merupakan program percontohan yang baru saja diumumkan oleh Inggris dan Prancis.