Siapa sangka, di balik dinginnya jeruji besi Rumah Tahanan (Rutan) KPK, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto punya cerita menarik tentang ritual spiritualnya. Bukan cuma merenung, Hasto mengaku melakukan tradisi ‘melarung baju’ sambil berdoa.
Mungkin Anda penasaran, apa itu ‘melarung baju’ di dalam tahanan? Bagaimana Hasto menjalani hari-harinya di sana, dan apa makna di balik semua itu? Artikel ini akan mengungkap lebih dalam kisah unik Hasto, bagaimana ia beradaptasi dengan kondisi rutan, dan bahkan menjadi inspirasi bagi tahanan lain. Mari kita simak!
Tradisi ‘Melarung Baju’ ala Hasto di Rutan KPK
Hasto Kristiyanto, yang kini menjadi terdakwa kasus dugaan merintangi penyidikan kasus Harun Masiku, mengaku masih menjalankan tradisi melarung pakaian saat berada di Rutan KPK. Tentu saja, ia tidak bisa melarung ke sungai seperti tradisi umum. Hasto punya cara uniknya sendiri.
“Jadi cerita lucunya, kita ini kan bangsa spiritual. Jadi di dalam Rutan Merah Putih, saya juga berdoa dan tetap melarung. Maka baju rompi, suatu saat itu saya puasa, dan kemudian saya larung. Cuma karena sedang di dalam tahanan kan nggak bisa kemana-mana. Maka akhirnya saya cuci itu, sambil berdoa,” kata Hasto Kristiyanto usai sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat.
Ia menjelaskan bahwa tradisi melarung ini adalah bagian dari spiritualitas yang ia yakini. Biasanya, melarung dilakukan untuk membuang kesialan atau memurnikan diri. Di dalam rutan, mencuci pakaian sambil berdoa menjadi pengganti ritual tersebut.
Makna Doa dan Puasa di Balik Jeruji Besi
Ritual ‘melarung baju’ yang dilakukan Hasto ini tidak lepas dari doa dan puasa. Hasto mengaku berdoa agar dijauhkan dari kriminalisasi hukum yang menurutnya memberikan dampak tidak baik. Ia juga sempat menjalani puasa ekstrem selama tiga hari tiga malam, sebuah praktik yang menurut Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, tidak semua orang bisa melakukannya.
Kardinal Suharyo yang sempat membesuk Hasto di Rutan KPK menyebut bahwa Hasto menganggap masa penahanannya sebagai sebuah “retret” atau waktu untuk memurnikan diri.
“Mas Hasto merasa bahwa ini adalah masa untuk retret. Kata retret dipakai untuk memurnikan diri,” ungkap Kardinal Suharyo.
Hasto mengisi hari-harinya dengan berbagai kegiatan spiritual dan intelektual, seperti berdoa, membaca Kitab Suci, berolahraga, menulis, dan berdiskusi dengan sesama tahanan.
Hasto Jadi ‘Trendsetter’ Spiritual di Rutan KPK
Menariknya, ritual yang dilakukan Hasto ini ternyata menular ke tahanan lain. Setelah Hasto bercerita tentang kebiasaannya mencuci baju sambil berdoa, rupanya banyak tahanan lain yang ikut-ikutan melakukan hal serupa.
“Nah habis itu saya cerita ke teman-teman, rupanya yang lain pada ikut-ikutan. Ikut nyuci dan kemudian juga ikut berdoa. Jadi saya setidaknya menciptakan setidaknya trendsetter di dalam Rutan Merah Putih,” ujar Hasto.
Ia merasa senang karena dinamika dan semangat di dalam rutan menjadi semakin tinggi. Hasto memang suka memberikan semangat kepada teman-teman sesama tahanan, mengingat status tersangka atau terdakwa masih mengedepankan asas praduga tak bersalah.
Selain itu, Hasto juga menjadi semacam “pelayan” bagi tahanan lain. Ia sering diminta menuliskan surat motivasi untuk anak-anak para tahanan agar tetap semangat sekolah.
“Bahkan kemudian saya juga menjadi, diminta oleh teman-teman saya, untuk membuat surat. ‘Ini anak saya ini, tolong buatin surat dari Pak Sekjen supaya semangat sekolahnya’. Jadi di situlah saya melayani, membuat surat kepada teman-teman untuk dikirimkan kepada anak-anaknya agar semua di dalam menghadapi berbagai persoalan ini juga percaya kepada hukum yang berkeadilan,” tambahnya.
Budaya Melarung dalam Lingkaran PDIP
Tradisi melarung yang dilakukan Hasto ini sebenarnya bukan hal baru dalam lingkaran PDIP. Dalam persidangan, jaksa KPK sempat menanyakan Hasto soal ritual yang dilakukan kader PDIP agar menang dalam kontestasi politik. Hasto menjelaskan bahwa melarung dan melukat adalah budaya yang dibangun di PDIP.
Hasto bahkan mengungkapkan kebiasaannya naik gunung selama sembilan tahun berturut-turut setiap malam tahun baru untuk mendoakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, serta bangsa dan negara.
“Mohon izin, Yang Mulia, bahwa yang dimaksudkan tadi melarung bukan adalah yang dimaksudkan dalam persidangan ini adalah ketika Kusnadi menenggelamkan pakaiannya. Tapi kalau larung memang itu menjadi bagian dari kultur yang kami bangun,” jelas Hasto.
Ia menambahkan bahwa tradisi seperti melarung atau berendam (melukat) sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Staf Hasto, Kusnadi, juga pernah menjelaskan bahwa kader PDIP sering melakukan kegiatan melarung untuk meminta doa agar mendapatkan rezeki, seperti menjadi anggota DPR atau bupati.
Tradisi melarung ini juga sempat menjadi perdebatan dalam kasus Hasto. Kusnadi pernah membantah perintah untuk “menenggelamkan HP” yang ditemukan dari percakapan WhatsApp, melainkan ia berkelit bahwa itu adalah perintah untuk “melarung baju” sebagai bentuk buang sial.
Hasto di Pusaran Kasus Harun Masiku
Perlu diingat, Hasto Kristiyanto saat ini menghadapi dakwaan dalam kasus dugaan merintangi penyidikan kasus suap dengan tersangka Harun Masiku. Hasto disebut menghalangi KPK menangkap Harun Masiku yang buron sejak 2020. Ia didakwa memerintahkan Harun Masiku merendam handphone agar tidak terlacak KPK saat operasi tangkap tangan (OTT) pada Januari 2020. Hasto juga disebut memerintahkan anak buahnya untuk menenggelamkan ponselnya menjelang diperiksa KPK. Selain itu, Hasto juga didakwa menyuap mantan komisioner KPU Wahyu Setiawan senilai Rp 600 juta.
Kesimpulan
Kisah Hasto Kristiyanto di Rutan KPK ini menunjukkan sisi lain dari seorang tokoh politik yang menghadapi cobaan hukum. Di tengah tekanan, ia memilih jalan spiritual dan bahkan menjadi inspirasi bagi sesama tahanan. Ritual ‘melarung baju’ dan doa yang ia lakukan bukan hanya cerminan keyakinan pribadinya, tetapi juga bagian dari budaya yang ia yakini dapat memberikan kekuatan dan harapan. Terlepas dari kasus hukum yang menjeratnya, cerita ini memberikan gambaran bagaimana seseorang mencari ketenangan dan semangat di masa sulit.