Harta Karun Baru RI & Malaysia: Ladang Uang Masa Depan yang Menggoda!

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Siapa bilang “harta karun” itu cuma emas, perak, atau permata yang tersembunyi? Di era modern ini, harta karun bisa berarti banyak hal, terutama sumber daya strategis yang punya nilai ekonomi luar biasa. Nah, dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia, ternyata sama-sama punya banyak “harta karun” semacam ini, dan mereka siap menjadikannya ladang uang yang menguntungkan sampai puluhan tahun ke depan!

Harta Karun Baru RI & Malaysia: Ladang Uang Masa Depan yang Menggoda!

Penasaran apa saja harta karun ini dan bagaimana bisa jadi sumber cuan? Yuk, simak penjelasannya sampai habis agar Anda tidak ketinggalan informasi penting ini!

Blok Ambalat: Sengketa Berubah Jadi Ladang Kerja Sama Migas Raksasa

Blok Ambalat, area perairan seluas 15.235 kilometer persegi di Laut Sulawesi atau Selat Makassar, sudah puluhan tahun jadi objek sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia. Tapi, jangan salah, di balik sengketa itu tersimpan “harta karun” berupa cadangan minyak bumi dan gas (migas) yang luar biasa besar. Konon, potensi migas di Ambalat ini bisa dimanfaatkan hingga 30 tahun ke depan!

Kabar baiknya, belum lama ini ada titik terang. Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim telah sepakat untuk mengelola Blok Ambalat ini bersama-sama. Ini adalah langkah maju yang besar!

“Sambil kita saling menyelesaikan masalah hukum, kita sudah ingin mulai dengan kerja sama ekonomi yang kita sebut joint development,” kata Presiden Jokowi, dikutip dari siaran langsung Youtube Sekretariat Presiden. “Apapun yang kita ketemu di laut itu kita akan bersama-sama mengeksploitasi-nya. Jadi kita sepakat bahwa kita ini harus bekerja untuk kepentingan bangsa dan rakyat kita masing-masing.”

Kerja sama ini penting banget karena potensi migas di Ambalat tidak main-main. Di satu titik tambang saja, Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas! Padahal, Ambalat punya setidaknya sembilan titik tambang. Bayangkan betapa besarnya potensi pendapatan yang bisa diraup kedua negara dari “harta karun” migas ini.

Data Center: ‘Harta Karun’ Digital Penarik Investasi Triliunan

Di era kecerdasan buatan (AI) yang makin canggih, ada “harta karun” baru yang nilainya triliunan rupiah, yaitu pusat data atau data center. Apa itu data center? Gampangnya, ini adalah “otak” dan “gudang” raksasa tempat semua data AI disimpan, diolah, dan dilatih. Untuk membangunnya butuh biaya besar, listrik melimpah, dan air yang banyak.

Pasar data center global diprediksi akan bernilai US$ 301 miliar (sekitar Rp 4.683 triliun) tahun ini, dan bisa melonjak dua kali lipat jadi US$ 622,4 miliar (sekitar Rp 9.685 triliun) pada 2030. Wajar saja banyak negara berlomba-lomba menarik investasi di sektor ini.

Salah satu negara yang paling gesit memanfaatkan peluang ini adalah Malaysia, khususnya di wilayah Johor. Kenapa Johor? Karena punya lahan luas, air melimpah, kapasitas listrik memadai, dan lokasinya dekat dengan Singapura yang jadi jalur kabel internet bawah laut tersibuk di dunia. Banyak perusahaan raksasa teknologi sudah “menyerbu” Johor:

  • ByteDance: Menggelontorkan US$ 350 juta.
  • Microsoft: Membeli lahan 49 hektar senilai US$ 95 juta.
  • Google: Berinvestasi US$ 2 miliar untuk pusat data dan wilayah cloud pertamanya.
  • Blackstone: Membayar US$ 16 miliar untuk operator data center AirTrunk yang salah satu lokasinya di Johor.
  • Oracle: Mengumumkan investasi US$ 6,5 miliar.

Total investasi data center di Johor saja diperkirakan mencapai US$ 3,8 miliar tahun ini!

Bagaimana dengan Indonesia? Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengakui, Malaysia memang lebih agresif dalam memberikan insentif.

Aspek Malaysia (Johor) Indonesia (Tantangan)
Perizinan Simpel (cukup high level design) Rumit (perlu detail engineering design)
Harga Listrik Insentif 8 sen dolar/kWh
Pajak Impor Bebas pajak (CPU, GPU)
Insentif Green Tech Ada tambahan insentif Belum maksimal (menunggu RUU EBT)

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi optimistis Indonesia bisa bersaing. Pemerintah sudah melakukan empat langkah:

  1. Evaluasi Regulasi: Mencari tahu apa saja hambatan investasi data center di RI.
  2. Ketersediaan Sumber Daya: Memastikan lahan, air, dan listrik (terutama energi hijau) cukup.
  3. Insentif Pajak: Mengkaji insentif yang menarik seperti yang ditawarkan Malaysia.
  4. Penyederhanaan Izin: Memangkas birokrasi agar perizinan lebih mudah.

Indonesia punya modal besar, yaitu listrik yang melimpah dan potensi energi terbarukan yang sangat besar. Tinggal bagaimana mengelolanya dengan baik.

Logam Tanah Jarang (LTJ): Mineral Langka yang Makin Diburu Dunia

Selain migas dan data center, ada satu lagi “harta karun” yang makin diburu dunia: Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth. Mineral ini sangat penting untuk teknologi canggih seperti chip semikonduktor, kendaraan listrik (EV), hingga peralatan militer.

Malaysia berencana melarang ekspor bahan mentah LTJ. Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan ini untuk memastikan keuntungan maksimal bagi negara dan mendukung pengembangan industri hilir di dalam negeri. Meskipun cadangan LTJ Malaysia relatif kecil (sekitar 30.000 metrik ton), industri ini diperkirakan bisa menyumbang 9,5 miliar ringgit (sekitar Rp 30 triliun) ke PDB Malaysia pada 2025 dan menciptakan hampir 7.000 lapangan kerja.

Nah, ini dia bagian menariknya untuk Indonesia: Berbeda dengan Malaysia, Indonesia justru punya cadangan LTJ yang berlimpah ruah! Data Kementerian ESDM 2015 mencatat, potensi total cadangan LTJ di Indonesia mencapai 1,5 miliar ton! Lokasinya tersebar di Pulau Sumatera (terutama Bangka Belitung), Kalimantan (Kalimantan Barat dan Tengah), Sulawesi, dan Papua.

Dari 17 unsur LTJ, enam di antaranya sangat dibutuhkan untuk pengembangan kendaraan listrik:

  • Untuk Baterai: Lanthanum (La), Cerium (Ce), Neodymium (Nd).
  • Untuk Generator dan Motor Listrik: Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy).

Ini adalah potensi “harta karun” yang luar biasa besar untuk masa depan industri teknologi dan energi hijau di Indonesia.

Menghindari ‘Kutukan Sumber Daya’: Kunci Kekayaan Berkelanjutan

Meskipun punya “harta karun” melimpah, ada satu hal yang perlu diwaspadai: “kutukan sumber daya” atau resource curse. Ini adalah fenomena di mana negara-negara yang kaya sumber daya alam justru pertumbuhan ekonominya lambat, rakyatnya miskin, dan sering dilanda konflik.

Di Indonesia sendiri, kita bisa lihat contohnya. Beberapa daerah yang kaya sumber daya seperti Riau (minyak), Aceh (gas), dan Papua (tambang emas-tembaga) justru masih punya tingkat kemiskinan dan buta huruf yang tinggi. Kenapa bisa begitu?

Salah satu penyebab utamanya adalah pengelolaan yang serampangan, kurangnya transparansi, dan rentannya praktik korupsi. Jika pendapatan dari sumber daya alam tidak dikelola dengan baik dan transparan, uangnya tidak akan sampai ke masyarakat atau digunakan untuk pembangunan yang merata.

Maka dari itu, untuk bisa benar-benar mengubah “harta karun” ini jadi ladang uang yang menyejahterakan rakyat, baik Indonesia maupun Malaysia harus mengedepankan tata kelola yang baik (good governance) dan transparansi. Ini artinya, semua proses mulai dari perizinan, eksplorasi, hingga pembagian keuntungan harus jelas dan bisa diawasi publik.

Kesimpulan

Indonesia dan Malaysia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dari “harta karun” mereka, baik itu migas di Blok Ambalat yang kini dikelola bersama, industri data center yang sedang naik daun, maupun cadangan logam tanah jarang yang melimpah.

Masa depan ekonomi kedua negara terlihat cerah, asalkan semua potensi ini dikelola dengan bijak, transparan, dan berkelanjutan. Dengan kerja sama yang erat dan komitmen pada tata kelola yang baik, “harta karun” ini benar-benar bisa menjadi ladang uang yang membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir pihak.

FAQ

Tentu, ini dia bagian FAQ yang relevan, humanis, informatif, dan optimal untuk Google Snippet (’People Also Ask’) berdasarkan artikel Anda:

Tanya: Apa yang dimaksud dengan “harta karun baru” Indonesia dan Malaysia?
Jawab: Harta karun baru merujuk pada sumber daya strategis bernilai ekonomi tinggi, seperti cadangan minyak dan gas yang tersimpan di Blok Ambalat. Potensi ini diharapkan menjadi ladang uang yang menguntungkan bagi kedua negara di masa depan.

Tanya: Mengapa Blok Ambalat disebut sebagai “harta karun”?
Jawab: Blok Ambalat disebut harta karun karena menyimpan cadangan minyak bumi dan gas (migas) dalam jumlah besar yang diperkirakan dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun ke depan. Lokasinya yang strategis menjadikannya sumber daya yang sangat berharga.

Tanya: Bagaimana Indonesia dan Malaysia akan mengelola Blok Ambalat?
Jawab: Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mengelola Blok Ambalat bersama-sama melalui kerja sama ekonomi yang disebut “joint development”. Langkah ini diambil sambil menyelesaikan masalah hukum terkait batas wilayah.

Tanya: Apa manfaat kerja sama pengelolaan Blok Ambalat bagi Indonesia dan Malaysia?
Jawab: Kerja sama ini memungkinkan kedua negara untuk memanfaatkan potensi migas Blok Ambalat secara bersama-sama, yang berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomi signifikan. Ini juga menjadi simbol kemajuan dalam penyelesaian sengketa melalui kolaborasi.