Hamas Tuding Netanyahu Sengaja Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Dipublikasikan 12 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Perang di Jalur Gaza terus berlanjut, membawa dampak kemanusiaan yang mendalam. Di tengah upaya perundingan yang tak kunjung mencapai titik terang, kelompok Palestina Hamas melontarkan tudingan serius. Mereka menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, adalah batu sandungan utama yang sengaja menghalangi tercapainya kesepakatan gencatan senjata permanen dan pembebasan tawanan. Tudingan ini mencuat setelah Netanyahu berulang kali menyatakan tidak mungkin mencapai kesepakatan komprehensif, memicu kekecewaan dan pertanyaan besar dari berbagai pihak.

Hamas Tuding Netanyahu Sengaja Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Ilustrasi untuk artikel tentang Hamas Tuding Netanyahu Sengaja Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengapa Hamas menuding Netanyahu menghalangi kesepakatan hentikan serangan di Gaza, apa saja poin-poin yang menjadi perselisihan, serta bagaimana situasi ini memengaruhi harapan akan perdamaian. Mari kita selami lebih jauh dinamika kompleks di balik layar perundingan ini.

Mengapa Hamas Menuding Netanyahu?

Hamas mengklaim bahwa PM Netanyahu menunjukkan “niat jahat dan buruk” dalam negosiasi. Tudingan ini diperkuat oleh komentar Netanyahu kepada keluarga tawanan Israel yang menyebutkan bahwa kesepakatan komprehensif tidak mungkin dicapai. Padahal, menurut Hamas, mereka telah mengajukan proposal yang cukup jelas.

Proposal Hamas meliputi:

  • Gencatan senjata permanen
  • Penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza
  • Masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan
  • Pembebasan semua tawanan dari kedua belah pihak dalam satu tahap

Hamas menegaskan bahwa Netanyahu menolak proposal ini dan terus menunda serta menempatkan hambatan baru dalam perundingan. Mereka bahkan memperingatkan agar tidak terjebak dalam “perangkap Netanyahu” yang disebutnya menggunakan negosiasi untuk memperpanjang agresi.

Poin-Poin Krusial yang Menjadi Ganjalan

Salah satu ganjalan terbesar dalam perundingan adalah tuntutan Hamas untuk penarikan penuh pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk area strategis seperti Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir dan rute Netzarim yang membelah Gaza.

Namun, Netanyahu bersikeras bahwa Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia untuk mencegah penyelundupan senjata ke Hamas. Ia juga menegaskan bahwa tujuan utama Israel adalah melucuti senjata dan menetralkan Hamas sebagai kekuatan militer dan pemerintahan. Jika ini tidak bisa dicapai melalui negosiasi, Netanyahu mengancam akan mencapainya melalui kekuatan militer.

Di sisi lain, Hamas menginginkan jaminan keamanan dari Amerika Serikat agar Israel menarik pasukannya dan mengakhiri blokade pengiriman bantuan kemanusiaan. Mereka juga menuntut pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera.

Peran Mediator dan Situasi Kebuntuan

Perundingan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat ini telah berulang kali terhenti. Washington, melalui juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, mengatakan bahwa “ada cara untuk mengatasi” kebuntuan ini dan AS diperkirakan akan mengajukan proposal baru.

Meskipun ada upaya dari para mediator, baik Israel maupun Hamas kerap saling tuding menghalangi kemajuan. Pejabat senior Hamas, Bassem Naim, menyatakan bahwa Hamas tidak akan melanjutkan negosiasi jika agresi, pengepungan, kelaparan, dan genosida terhadap rakyat mereka terus berlanjut. Ini menunjukkan bahwa Hamas siap untuk kesepakatan penuh jika Israel menghentikan perang dan agresinya.

Situasi di lapangan pun semakin memburuk. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kondisi di Gaza sebagai yang terburuk sejak perang dimulai, dengan seluruh penduduk menghadapi risiko kelaparan. Bantuan kemanusiaan yang masuk masih jauh dari cukup, sementara agresi Israel terus menghancurkan bangunan dan menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil.

Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Tudingan Hamas kepada Netanyahu yang menghalangi kesepakatan hentikan serangan di Gaza menyoroti kompleksitas dan tantangan besar dalam mencapai perdamaian. Kedua belah pihak memiliki tuntutan yang sulit dipertemukan, dan kepentingan politik serta keamanan menjadi prioritas masing-masing.

Meskipun negosiasi terus berjalan, kebuntuan ini berdampak langsung pada penderitaan jutaan warga di Jalur Gaza. Harapan untuk gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan yang memadai tetap menjadi dambaan. Kita semua tentu berharap para pihak yang berunding bisa menemukan titik temu demi mengakhiri konflik dan mengembalikan martabat kehidupan di Gaza.