Semangat Gotong Royong Bedah Rumah di Yogyakarta: Wujudkan Hunian Sehat, Cegah Stunting

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Yogyakarta, kota yang kental dengan budaya dan keramah-tamahan, terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas hidup warganya. Salah satu program unggulan yang kini menjadi sorotan adalah program bedah rumah. Bukan sekadar perbaikan fisik bangunan, program ini adalah wujud nyata semangat gotong royong masyarakat yang membara, sekaligus upaya serius Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menciptakan hunian sehat dan mencegah masalah kesehatan krusial seperti stunting.

Semangat Gotong Royong Bedah Rumah di Yogyakarta: Wujudkan Hunian Sehat, Cegah Stunting

Ilustrasi: Warga Yogyakarta bahu-membahu membangun rumah layak huni demi hunian sehat dan pencegahan stunting.

Artikel ini akan membahas tuntas bagaimana program bedah rumah ini berjalan di Yogyakarta, siapa saja yang terlibat, dan dampak positifnya bagi kehidupan warga. Mari kita selami lebih dalam kisah inspiratif ini!

Gotong Royong: Pilar Utama Bedah Rumah di Yogyakarta

Program bedah rumah di Yogyakarta sangat mengedepankan filosofi “Segoro Amarto” atau Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta (Semangat Gotong Royong Membuat Maju Yogyakarta). Ini bukan program pemerintah semata, melainkan gerakan dari masyarakat untuk masyarakat, dengan pemerintah sebagai fasilitator dan penggerak utama.

Berbagai elemen masyarakat bahu-membahu menyukseskan program ini. Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, secara langsung menegaskan hal tersebut.

“Ini gerakan dari masyarakat untuk masyarakat. Pemerintah hanya memfasilitasi dan menggerakkan. Terima kasih untuk Baznas, Kitabisa, dan warga sekitar yang turut bergotong royong,” ujar Hasto.

Kontribusi datang dari berbagai pihak:

  • Lembaga Sosial dan Crowdfunding: Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta dan platform crowdfunding Kitabisa, misalnya, masing-masing menyumbangkan dana hingga Rp20-25 juta untuk beberapa rumah.
  • Pihak Korporasi: Bank BPD DIY dan Perumda PDAM Tirtamarta juga turut serta melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TSLP) dengan menggelontorkan dana puluhan juta rupiah.
  • Dukungan Legislatif: Anggota DPRD Kota Yogyakarta, seperti Ketua DPRD F.X. Wisnu Sabdono Putro dan Ipung Purwandari, tak ketinggalan menyumbangkan puluhan sak semen secara pribadi. Wali Kota Hasto sendiri juga kerap menyumbang semen.
  • Swadaya Masyarakat: Inilah kekuatan utama. Warga setempat secara aktif berpartisipasi dalam kerja bakti, menyumbang material seperti pintu, batako, dan tenaga. Bahkan, di Kampung Ngadiwinatan, masyarakat berhasil mengumpulkan dana swadaya hingga Rp25 juta untuk perbaikan rumah Bapak Maryadi.

Dampak Nyata: Rumah Layak Huni, Keluarga Sehat

Program bedah rumah ini telah memberikan dampak nyata bagi banyak keluarga di Yogyakarta. Kondisi rumah yang sebelumnya memprihatinkan, kumuh, lembap, dan bahkan hampir rubuh, kini berubah menjadi hunian yang lebih aman, nyaman, dan sehat.

Beberapa penerima manfaat yang merasa sangat bersyukur antara lain:

  • Sultoni (Klitren Lor): Rumahnya diperbaiki mulai dari rangka atap yang lapuk, sekat ruangan, hingga penggantian lantai dari semen ke material yang lebih layak.
  • Sarito (Pajeksan): Mendapatkan bantuan untuk membuat kamar baru dan mengganti pintu yang rusak.
  • Maryadi (Ngadiwinatan): Rumahnya yang bocor dan lembap kini diperbaiki. Kondisi rumah yang tidak layak sebelumnya bahkan disebut Hasto sebagai salah satu pemicu penyakit Leptospirosis yang sempat merenggut nyawa anak Maryadi.
  • Rachmat Saputra (Kricak Kidul): Rumahnya direnovasi dengan penambahan ruang di lantai dua, membuatnya lebih rapi dan nyaman dilihat.
  • Sulastri (Sapen), Yulianti (Cokrodiningratan), dan Slamet Widodo (Karanganyar): Ketiganya menerima bantuan untuk perbaikan rumah yang rusak parah, terutama di bagian atap, kamar mandi, dan dapur yang hampir rubuh.
  • Suryanto (Karang, Kotagede): Rumahnya yang rusak parah sejak gempa 2006 dan membuatnya terpaksa tinggal di rumah majikan, kini bisa diperbaiki.

Selain kenyamanan, aspek kesehatan menjadi fokus utama program ini. Rumah yang kumuh, lembap, dan minim pencahayaan dapat memicu berbagai penyakit, termasuk TBC yang berisiko menyebabkan stunting pada anak-anak.

“Stunting itu bukan hanya soal gizi, tetapi juga soal lingkungan. Jika anak-anak tinggal di rumah lembab dan tidak sehat, risiko TBC meningkat, dan itu bisa berdampak jangka panjang,” tegas Wali Kota Hasto Wardoyo.

Para penerima manfaat menyampaikan rasa haru dan terima kasih yang mendalam. Mereka berharap, dengan rumah yang lebih layak, kehidupan keluarga mereka akan lebih nyaman dan anak-anak bisa belajar dengan tenang.

Kolaborasi Lintas Pihak Wujudkan Harapan

Keberhasilan program bedah rumah di Yogyakarta adalah buah dari kolaborasi solid berbagai pihak. Berikut adalah ringkasan kontribusi dari elemen-elemen yang terlibat:

Pihak Terlibat Bentuk Kontribusi Utama
Pemerintah Kota Yogyakarta Fasilitasi, penggerak program, penetapan target penyelesaian RTLH dalam 5 tahun jabatan.
Baznas Kota Yogyakarta Sumbangan dana (Rp20 juta – Rp25 juta per rumah).
Platform Kitabisa Sumbangan dana (Rp20 juta per rumah).
Bank BPD DIY & PDAM Tirtamarta Dana TSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan) sebesar Rp20 juta per rumah.
Wali Kota Hasto & Anggota DPRD Sumbangan semen (masing-masing 20 sak per rumah).
Masyarakat & LPMK Lokal Kerja bakti, sumbangan dana swadaya (misal: Rp25 juta di Ngadiwinatan), material (pintu, batako, dll.), hingga konsumsi.
Yayasan Istiqomah Sumbangan semen (10 sak).
Polri (Bhabinkamtibmas, Kapolsek) Dukungan tenaga dan kehadiran dalam kegiatan sosial.

Wali Kota Hasto menargetkan penyelesaian permasalahan rumah tidak layak huni (RTLH) di Kota Yogyakarta dalam lima tahun masa jabatannya. Mengingat masih ada sekitar 1.600 RTLH di kota ini, semangat gotong royong menjadi kunci percepatan. Program ini juga menjadi solusi bagi RTLH yang terkendala sertifikat tanah, karena dapat diperbaiki melalui swadaya tanpa terikat aturan dana negara.

Kesimpulan

Program bedah rumah di Yogyakarta merupakan cerminan nyata dari kekuatan gotong royong yang telah mengakar dalam budaya Indonesia. Lebih dari sekadar membangun fisik, inisiatif ini membangun harapan, meningkatkan kualitas hidup, dan mewujudkan lingkungan yang lebih sehat bagi warga. Dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah, lembaga sosial, korporasi, dan terutama partisipasi aktif masyarakat, impian memiliki hunian yang layak huni bukan lagi sekadar angan-angan.

Baca juga: Bedah Rumah di Kota Jogja: Tiga Keluarga Kini Bisa Tinggal di Hunian Layak dan Sehat Berkat Gotong Royong

Mari terus rawat dan pupuk semangat “Segoro Amarto” ini, karena dengan kebersamaan, segala tantangan dapat dihadapi dan kemajuan Yogyakarta akan terus terwujud.

FAQ

Tanya: Apa tujuan utama dari program bedah rumah di Yogyakarta?
Jawab: Tujuan utama program ini adalah menciptakan hunian sehat bagi warga dan mencegah masalah kesehatan krusial seperti stunting melalui semangat gotong royong.

Tanya: Siapa saja yang terlibat dalam program bedah rumah ini?
Jawab: Program ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk pemerintah kota sebagai fasilitator, Baznas, platform crowdfunding Kitabisa, dan warga sekitar yang bergotong royong.

Tanya: Bagaimana filosofi gotong royong diterapkan dalam program ini?
Jawab: Program ini mengedepankan filosofi “Segoro Amarto” yang berarti gerakan dari masyarakat untuk masyarakat, dengan pemerintah berperan sebagai fasilitator dan penggerak utama.