Skandal Glastonbury: Bob Vylan Didepak dari Festival, Visa AS Dicabut, dan Diselidiki Polisi

Dipublikasikan 2 Juli 2025 oleh admin
Hiburan dan Lifestyle

Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia musik tengah diguncang kabar mengejutkan. Duo punk-rap asal Inggris, Bob Vylan, baru-baru ini menghadapi serangkaian konsekuensi serius setelah penampilan kontroversial mereka di festival Glastonbury. Mulai dari pembatalan jadwal konser, pencabutan visa, hingga investigasi polisi, semua ini berawal dari pernyataan yang mereka lontarkan di atas panggung. Artikel ini akan mengupas tuntas apa yang sebenarnya terjadi, mengapa hal ini menjadi sorotan, dan dampak besar yang kini dihadapi Bob Vylan. Dengan membaca ini, Anda akan memahami seluk-beluk kontroversi yang mengguncang industri musik global ini.

Skandal Glastonbury: Bob Vylan Didepak dari Festival, Visa AS Dicabut, dan Diselidiki Polisi

Ilustrasi: Bob Vylan terdepak dari Glastonbury, visa AS dicabut, dan kini diselidiki polisi akibat kontroversi penampilannya.

Kontroversi Panas di Panggung Glastonbury

Pada 28 Juni 2025, saat tampil di panggung West Holts Glastonbury Festival, vokalis Bob Vylan, Bobby Vylan (nama asli Pascal Robinson-Foster), memimpin penonton melantunkan slogan kontroversial. Ia menyerukan “Death, death to the IDF” (Pasukan Pertahanan Israel) dan juga “Free, free Palestine” serta “From the river to the sea, Palestine must be, will be, free.”

Penampilan ini disiarkan langsung oleh BBC, yang kemudian memicu badai kritik. Bob Vylan sendiri dikenal dengan lirik-liriknya yang politis dan sering menyuarakan isu-isu sosial seperti rasisme dan ketidaksetaraan ekonomi.

Badai Kecaman: Reaksi dari Berbagai Penjuru

Pernyataan Bobby Vylan langsung mendapat kecaman luas dari berbagai pihak:

  • Penyelenggara Glastonbury Festival, Emily Eavis, menyatakan “sangat terkejut” dan menyebut chant tersebut “melewati batas”. Ia menegaskan bahwa festival tidak menoleransi anti-Semitisme, ujaran kebencian, atau hasutan kekerasan.
  • Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyebutnya sebagai “ujaran kebencian yang mengerikan”.
  • Duta Besar Israel untuk Inggris juga “sangat terganggu” oleh retorika yang dianggap “menghasut dan penuh kebencian”.
  • Chief Rabbi Inggris, Sir Ephraim Mirvis, mengkritik keras BBC karena menayangkan “kebencian Yahudi yang keji” di Glastonbury.
  • BBC sendiri mengakui penyesalan karena tidak memutus siaran langsung saat chant dimulai. Mereka menyatakan bahwa “sentimen anti-Semitis yang diungkapkan Bob Vylan sama sekali tidak dapat diterima dan tidak memiliki tempat di siaran kami.”

Konsekuensi Beruntun: Dari Visa hingga Pembatalan Konser

Kontroversi ini berdampak besar pada karier Bob Vylan:

  • Pencabutan Visa AS: Departemen Luar Negeri AS, melalui Wakil Menteri Luar Negeri Christopher Landau, mengumumkan pencabutan visa AS untuk anggota Bob Vylan. Landau menyatakan, “Orang asing yang memuliakan kekerasan dan kebencian tidak diterima di negara kami.” Akibatnya, tur Bob Vylan di AS yang direncanakan mulai Oktober dibatalkan.
  • Didepak dari Agensi: United Talent Agency (UTA), agensi yang menaungi Bob Vylan, segera memutuskan hubungan kerja dengan duo tersebut setelah menilai pernyataan di panggung. Halaman Bob Vylan pun langsung dihapus dari situs web agensi.
  • Pembatalan Festival dan Konser Lain: Bob Vylan juga didepak dari sejumlah festival musik lain, antara lain:
    • RADAR Festival di Manchester, Inggris (yang seharusnya mereka menjadi headliner).
    • Kave Fest di Prancis.
    • Konser di Cologne, Jerman, di mana mereka seharusnya menjadi pembuka untuk band GoGo Bordello.

Investigasi Kriminal dan Pembelaan Bob Vylan

Kepolisian Avon and Somerset di Inggris telah meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap penampilan Bob Vylan (dan juga grup Kneecap yang tampil di panggung yang sama) untuk menentukan apakah ada pelanggaran hukum, termasuk terkait kejahatan kebencian.

Menanggapi badai kritik, Bob Vylan merilis pernyataan di Instagram. Mereka merasa “ditargetkan karena menyuarakan kebenaran.”

“Kami tidak mendukung kematian Yahudi, Arab, atau ras atau kelompok orang lain mana pun. Kami mendukung pembongkaran mesin militer yang kejam,” tulis mereka, merujuk pada serangan militer Israel di Gaza.

Bobby Vylan juga sempat menulis “I said what I said” (Saya mengatakan apa yang saya katakan) di media sosial, menegaskan pendiriannya. Ia menyatakan pentingnya menginspirasi generasi mendatang untuk bersuara demi perubahan.

Kasus Bob Vylan ini menjadi pengingat keras akan dampak luas dari pernyataan publik, terutama di platform sebesar festival musik internasional. Apa yang dimulai sebagai ekspresi artistik di panggung, dengan cepat berubah menjadi isu diplomatik dan hukum yang serius. Ini menunjukkan bahwa di era digital, setiap kata yang terucap memiliki gaung yang besar dan dapat memicu konsekuensi tak terduga, baik bagi individu maupun karier mereka.