Gencatan Senjata Iran-Israel Tercapai: Ini Jawaban Mengapa dan Apa Setelahnya

Dipublikasikan 27 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Ketegangan yang memanas antara Iran dan Israel selama hampir dua minggu terakhir akhirnya mereda. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan bahwa kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Kabar ini tentu menjadi angin segar, namun banyak pertanyaan muncul: Mengapa tiba-tiba mereka sepakat? Apa sebenarnya yang terjadi di balik layar? Dan yang terpenting, apakah gencatan senjata ini akan bertahan lama?

Gencatan Senjata Iran-Israel Tercapai: Ini Jawaban Mengapa dan Apa Setelahnya

Artikel ini akan mengupas tuntas semua pertanyaan tersebut. Kita akan melihat kembali rentetan peristiwa yang terjadi, peran kunci berbagai pihak, hingga pandangan para ahli mengenai masa depan perdamaian di Timur Tengah. Jadi, simak sampai habis agar Anda memahami duduk perkara konflik yang sempat membuat dunia menahan napas ini.

Konflik Panas Selama 12 Hari: Bagaimana Bermula?

Sebelum gencatan senjata diumumkan, Iran dan Israel terlibat dalam serangkaian serangan dan balasan yang intens, berlangsung selama 12 hari yang penuh ketegangan. Berikut adalah kronologi singkatnya:

  • 13 Juni 2025: Israel melancarkan operasi besar-besaran terhadap Iran. Mereka menuduh Teheran diam-diam menjalankan program nuklir militer.
  • Malam 13 Juni 2025: Iran membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise 3, menyerang target militer di Israel.
  • 22 Juni 2025: Amerika Serikat ikut campur dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordo, dan Isfahan. Presiden Trump lantas memperingatkan Iran agar segera mengakhiri perang atau menghadapi konsekuensi lebih serius.
  • 23 Juni 2025: Iran membalas serangan AS dengan meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.
  • 23 Juni 2025: Di tengah situasi panas ini, Presiden Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata.
  • 24 Juni 2025: Gencatan senjata mulai berlaku efektif pada pukul 11.00 WIB. Meski sempat diwarnai sedikit kebingungan dan saling serang kecil, gencatan senjata akhirnya terpelihara sejak Selasa siang.

Peran Kunci Amerika Serikat dan Qatar dalam Gencatan Senjata

Keputusan gencatan senjata ini tidak lepas dari peran aktif berbagai pihak, terutama Amerika Serikat dan Qatar.

Trump: Kedua Negara Lelah dan Kehabisan Tenaga

Menurut Presiden Trump, salah satu alasan utama gencatan senjata terjadi adalah karena “kedua negara lelah dan kehabisan tenaga.” Ia mengklaim bahwa baik Iran maupun Israel telah bertempur sangat keras dan kejam, sehingga merasa puas untuk pulang dan menghentikan pertempuran.

Trump juga mengakui perannya dalam menekan kedua belah pihak. Ia bahkan sempat menegur Israel untuk menarik kembali pesawat-pesawat tempurnya ketika mereka mencoba melanggar gencatan senjata. Di sisi lain, Trump juga memberikan sinyal insentif kepada Teheran, termasuk kemungkinan pelonggaran sanksi agar China dapat kembali membeli minyak Iran, sebagai jalan keluar dari konflik.

Negosiasi Diam-diam dan Peran Qatar

Kesepakatan gencatan senjata ini berhasil dicapai setelah negosiasi yang difasilitasi oleh Qatar. Gedung Putih mengklaim bahwa kesepakatan ini hanya mungkin terjadi setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

Presiden Trump berkomunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri, Penasihat Keamanan Nasional Marco Rubio, dan Utusan Khusus Steve Witkoff bernegosiasi dengan Iran melalui saluran langsung dan tidak langsung. Setelah Iran menyetujui gencatan senjata, Trump langsung berbicara dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad bin Khalifa Al Thani untuk mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam memediasi perjanjian ini.

Saling Klaim Kemenangan: Siapa yang Benar?

Uniknya, setelah gencatan senjata disepakati, baik Iran, Israel, maupun Presiden Trump sama-sama mengklaim kemenangan.

  • Israel: Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel meraih “kemenangan bersejarah.” Ia menegaskan bahwa serangan Israel berhasil menghancurkan dua ancaman sekaligus: program nuklir Iran dan proyek 20.000 rudal balistik yang tengah dibangun Teheran. Ia juga berterima kasih kepada Presiden Trump atas dukungannya.
  • Iran: Presiden Masoud Pezeshkian menyebut konflik ini sebagai “perang yang dipaksakan oleh kecerobohan rezim Zionis.” Ia mengklaim bahwa gencatan senjata terjadi atas keputusan Iran sendiri setelah musuh mengalami “kerugian yang tak terbayangkan.” Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menyebut hasil perang ini sebagai “kemenangan politik dan militer yang tegas” dan menyoroti keberhasilan mereka dalam “meruntuhkan mitos ketangguhan Iron Dome” melalui hujan rudal ke wilayah Israel.
  • Amerika Serikat: Presiden Trump juga mengklaim telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran (meskipun laporan intelijen menyebut kerusakan inti tidak signifikan) dan berhasil mengakhiri “perang 12 hari” ini, serta menghindari konflik berkepanjangan.

Apa Kata Analis?
Analis Timur Tengah dari Universitas George Washington, Sina Azodi, menilai bahwa narasi kemenangan dari kedua negara lebih banyak berfungsi sebagai alat propaganda politik domestik daripada cerminan realitas militer di lapangan. Ia menyebut Israel memang berhasil melumpuhkan sebagian infrastruktur militer Iran, tetapi tujuan utama menghancurkan sepenuhnya program nuklir Iran tidak tercapai. Sementara itu, klaim kemenangan Iran muncul dari fakta bahwa mereka mampu memaksa negara dengan kekuatan militer dominan di kawasan untuk menyetujui gencatan senjata. Ini menunjukkan perang tidak hanya terjadi di medan fisik, tetapi juga di medan narasi dan opini publik.

Apa Sebenarnya Gencatan Senjata Itu?

Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, apa sih sebenarnya gencatan senjata itu? Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tidak ada satu definisi universal yang baku untuk “gencatan senjata.” Istilah ini berasal dari militer yang berarti “hentikan tembakan” (ceasefire).

Secara umum, gencatan senjata bisa bermakna:

  • Informal (Cessation of Hostilities): Ini adalah perjanjian tidak resmi untuk menghentikan pertempuran.
  • Formal (Ceasefire): Ini lebih formal dan ditandai dengan perjanjian yang merinci berbagai hal, seperti:
    • Tujuan gencatan senjata
    • Proses politik setelahnya
    • Waktu berlakunya
    • Wilayah cakupannya
    • Aktivitas militer yang boleh dan tidak boleh dilakukan
    • Bagaimana proses gencatan senjata akan dipantau.

Gencatan senjata juga bisa bersifat sementara atau permanen. Gencatan senjata sementara sering kali dilakukan untuk mengurangi kekerasan atau mengatasi krisis kemanusiaan, seperti “jeda kemanusiaan” yang pernah terjadi antara Israel dan Hamas pada November 2023. Namun, gencatan senjata sementara ini juga bisa rapuh dan gagal, sehingga pertempuran kembali pecah. Gencatan senjata permanen biasanya datang setelah serangkaian negosiasi damai yang melibatkan pelucutan senjata dan demobilisasi pasukan.

Akankah Gencatan Senjata Ini Bertahan Lama?

Pertanyaan besar yang masih menggantung adalah apakah gencatan senjata antara Iran dan Israel ini akan bertahan lama, atau hanya jeda sesaat sebelum konflik kembali memanas.

Presiden Trump sempat menyatakan bahwa konflik telah berakhir dan tidak mungkin dimulai lagi karena kedua negara “lelah.” Namun, beberapa menit kemudian, ia juga menambahkan bahwa ada kemungkinan konflik akan berlanjut “suatu hari nanti,” dan mungkin “segera.” Rusia, melalui ajudan Kremlin Yuri Ushakov, juga menyampaikan harapan agar gencatan senjata ini berlangsung lama tanpa eskalasi lebih lanjut.

Para analis melihat beberapa faktor:

  • Kapasitas Israel: Will Todman, peneliti senior di CSIS, berpendapat bahwa pemerintah Israel mungkin tidak mampu mempertahankan perang jangka panjang. Ini bisa menjadi salah satu alasan mereka menerima gencatan senjata.
  • Kepentingan Trump: Faktor utama lainnya adalah Presiden Trump sendiri, yang tidak ingin melihat perang baru pecah di bawah pengawasannya, terutama menjelang tahun pemilu AS selanjutnya. Operasi militer AS yang berkepanjangan bisa memecah dukungan terhadapnya.
  • Perang Narasi: Meskipun senjata telah berhenti, “perang narasi” dan opini publik masih terus berlanjut, dengan masing-masing pihak berusaha menunjukkan kekuatan dan pencapaian mereka.

Melihat sejarah konflik di Timur Tengah, gencatan senjata seringkali membutuhkan keterampilan diplomasi tingkat tinggi untuk bisa bertahan dan berujung pada perdamaian abadi. Meskipun ada harapan, kemungkinan pertempuran kembali pecah masih ada jika salah satu pihak memanfaatkan jeda ini untuk memperkuat posisi atau jika diplomasi gagal mencapai kesepakatan yang lebih permanen.

Kesimpulan

Gencatan senjata antara Iran dan Israel adalah perkembangan yang disambut baik, mengakhiri 12 hari ketegangan yang mengkhawatirkan dunia. Kesepakatan ini terwujud berkat tekanan intens dari Amerika Serikat, yang melibatkan serangan militer dan negosiasi diplomatik, serta peran mediasi dari Qatar.

Meskipun ketiga pihak (Iran, Israel, dan AS) sama-sama mengklaim kemenangan, para analis melihatnya lebih sebagai strategi politik domestik. Pertanyaan apakah gencatan senjata ini akan bertahan lama masih menjadi misteri. Kita semua berharap jeda ini bisa menjadi langkah awal menuju dialog yang lebih konstruktif dan perdamaian yang berkelanjutan di wilayah yang kerap bergejolak ini.