Ferry Paulus Komentari Kehadiran Suporter PSIM di Kandang Persebaya: Antara Aturan dan Sinyal Positif

Dipublikasikan 10 Agustus 2025 oleh admin
Tak Berkategori

Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola Indonesia selalu punya cerita menarik, dan kali ini datang dari kompetisi kasta tertinggi, BRI Super League 2025/2026. Di tengah ketatnya regulasi dan larangan suporter tandang, kehadiran fans PSIM Yogyakarta di markas Persebaya Surabaya sempat bikin heboh. Nah, Direktur Utama I.League, Ferry Paulus, tak tinggal diam. Ia pun komentari kehadiran suporter PSIM di kandang Bajul Ijo ini, yang ternyata menyimpan banyak sisi menarik di baliknya.

Artikel ini akan mengupas tuntas pandangan Ferry Paulus mengenai fenomena ini, mulai dari potensi sanksi hingga harapan besar untuk masa depan suporter di Indonesia. Siap-siap, karena ada sinyal positif yang bisa jadi angin segar bagi pencinta sepak bola Tanah Air!

Kehadiran Tak Terduga di GBT: Laskar Mataram Pecundangi Bajul Ijo

Pekan perdana BRI Super League 2025/2026 menyajikan duel sengit antara Persebaya Surabaya dan PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) pada Jumat, 8 Agustus 2025. Pertandingan ini bukan hanya menarik karena tensi di lapangan, tapi juga karena fenomena di tribun penonton. Pasalnya, di tengah lautan hijau Bonek, terlihat jelas kehadiran para suporter PSIM Yogyakarta.

Kehadiran suporter PSIM Yogyakarta ini tentu saja mencuri perhatian. Mengapa? Karena hingga saat ini, regulasi I.League masih memberlakukan larangan bagi suporter tim tamu untuk hadir di stadion. Aturan ini, yang sudah berlaku beberapa musim terakhir pasca Tragedi Kanjuruhan, bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban. Namun, para pendukung Laskar Mataram, julukan PSIM, tetap nekat datang untuk memberikan dukungan langsung.

Hebatnya lagi, keputusan mereka tak sia-sia. PSIM berhasil mempermalukan Persebaya di kandang sendiri dengan skor tipis 1-0, berkat gol dramatis Ezequiel Vidal di masa injury time. Yang lebih mengejutkan, suasana di GBT tetap kondusif. Bonek, suporter militan Persebaya, menunjukkan sportivitas tinggi dengan menerima kekalahan tim kesayangan mereka secara lapang dada.

Ferry Paulus: Antara Aturan dan Sinyal Positif

Melihat insiden kehadiran suporter PSIM di GBT, Ferry Paulus pun angkat bicara. Pandangannya terhadap situasi ini cukup kompleks, memadukan ketegasan regulasi dengan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Larangan Masih Berlaku, Komdis Siap Bertindak

Ferry Paulus dengan jelas menegaskan bahwa larangan suporter tandang masih berlaku di BRI Super League musim 2025/2026. Aturan ini bukan tanpa alasan, melainkan mengikuti arahan langsung dari FIFA. Larangan ini diberlakukan menyusul beberapa insiden suporter di akhir musim sebelumnya, terutama insiden di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat Persib merayakan gelar juara. Kala itu, tindakan menyalakan flare hingga invasi lapangan yang merusak fasilitas stadion menjadi sorotan FIFA.

“‎Ya, memang larangan itu kan ada. Seperti beberapa waktu yang kita putuskan, bahwa ini menjadi catatan tentunya,” ujar Ferry Paulus. Ia menambahkan, “Larangannya ada di Komdis untuk menindaklanjuti hasil dari kehadiran PSIM sendiri.”

Ini berarti, terlepas dari suasana kondusif, klub PSIM Yogyakarta berpotensi menghadapi sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI akibat pelanggaran regulasi ini.

Harmonisasi Suporter Jadi Harapan Baru

Namun, di balik ketegasan soal regulasi, Ferry Paulus juga melihat sisi yang sangat positif dari kehadiran suporter PSIM di GBT. Suasana yang adem ayem dan harmonis, meskipun ada suporter tim tamu yang melanggar aturan, menjadi catatan penting bagi I.League.

“Tetapi hal-hal positif yang hari ini terjadi, ini menjadi catatan yang penting buat kita, supaya ini juga bisa menjadi terobosan yang baik,” tutur Ferry. Ia berharap, momen seperti ini bisa membuat FIFA “berubah pikiran”.

Ferry Paulus berharap, “Manakala nanti dalam perjalanan juga FIFA melihat, meskipun kalah, suporter tamu datang, mereka juga sangat harmonis. Ya, ini jadi sesuatu yang positif dan baik. Mudah-mudahan ini juga menjadi terobosan untuk bisa mendapatkan izin.”

Keinginan I.League untuk mencabut larangan suporter tandang memang sudah lama ada. Bahkan, sebelum insiden di GBLA, FIFA sempat memberikan “lampu hijau”. I.League juga sudah berkoordinasi intensif dengan kepolisian dan PSSI untuk menyusun proposal yang memungkinkan kehadiran suporter tamu, dengan pertimbangan tingkat rivalitas antar tim. Momen di GBT ini, di mana Bonek dan suporter PSIM bisa berbagi tribun tanpa insiden, bisa menjadi contoh nyata bahwa perdamaian suporter di Indonesia itu mungkin.

Kesimpulan: Pelanggaran Berbuah Harapan?

Kehadiran suporter PSIM Yogyakarta di kandang Persebaya Surabaya memang sebuah pelanggaran regulasi yang berpotensi berujung sanksi. Namun, di mata Direktur Utama I.League, Ferry Paulus, kejadian ini juga merupakan sinyal positif yang sangat kuat. Harmonisasi yang tercipta antara suporter tuan rumah dan tamu, meski dalam situasi pelanggaran, bisa menjadi momentum penting bagi sepak bola Indonesia.

Semoga saja, “catatan positif” ini benar-benar bisa menjadi “terobosan” yang membuka jalan bagi dicabutnya larangan suporter tandang di masa depan. Kita semua tentu rindu melihat stadion penuh warna dengan rivalitas sehat dan persahabatan antar suporter. Mari kita nantikan bersama bagaimana Komdis PSSI menindaklanjuti kasus ini, dan yang lebih penting, bagaimana I.League dan FIFA akan merespons sinyal perdamaian dari tribun GBT ini. Masa depan suporter tandang di BRI Super League mungkin tidak lagi sekadar mimpi!