Fakta-fakta Pengeroyokan Brutal Perwira TNI di Terminal Arjosari Malang: Kronologi, Kondisi Korban, hingga Pelaku yang Diburu

Dipublikasikan 30 Juni 2025 oleh admin
Kriminal

Yogyakarta, zekriansyah.com – Suasana sore di Terminal Arjosari, Kota Malang, mendadak berubah mencekam pada Kamis (26/6/2025). Sebuah insiden pengeroyokan brutal terhadap seorang perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut menggemparkan publik dan menjadi sorotan. Kejadian ini tidak hanya meninggalkan luka serius pada korban, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan di ruang publik.

Fakta-fakta Pengeroyokan Brutal Perwira TNI di Terminal Arjosari Malang: Kronologi, Kondisi Korban, hingga Pelaku yang Diburu

Ilustrasi: Kekerasan brutal terhadap perwira TNI di Terminal Arjosari Malang terungkap, pelaku masih diburu polisi.

Artikel ini akan membahas secara tuntas fakta-fakta di balik pengeroyokan perwira TNI di Terminal Arjosari Malang. Anda akan memahami kronologi lengkap, kondisi terkini korban, siapa saja yang terlibat, serta bagaimana pihak berwenang menangani kasus ini. Mari kita selami lebih dalam agar kita semua bisa lebih waspada dan memahami pentingnya menjaga keamanan bersama.

Awal Mula Kejadian: Cekcok Berujung Brutal di Tengah Keramaian

Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 18.30 WIB, saat Terminal Arjosari masih ramai oleh aktivitas penumpang dan bus, apalagi sedang momen libur panjang Tahun Baru 1 Muharram. Lokasi pengeroyokan berada di jalur keberangkatan bus Patas menuju Surabaya.

Korban diketahui adalah Letda Laut (PM) Abu Yamin, seorang perwira aktif TNI Angkatan Laut yang bertugas sebagai anggota Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) Lantamal V Surabaya. Menurut informasi, kejadian bermula saat Letda Abu Yamin baru tiba dari Surabaya dan hendak menunggu jemputan keluarga.

Ada beberapa versi mengenai pemicu cekcok yang berujung pengeroyokan ini:

  • Teguran soal “Jatah Preman”: Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Tunggul, menjelaskan bahwa Letda Abu Yamin menegur seorang juru panggil penumpang (jupang) bernama Kasir. Korban menasihati agar Kasir dan rekan-rekannya tidak berebut penumpang serta meminta “jatah preman” kepada kru bus.
  • Pemalakan Sopir Bus: Versi lain dari anak korban menyebutkan bahwa ayahnya melihat seorang jupang sedang memalak sopir Bus Bagong. Letda Abu Yamin kemudian menasihati jupang tersebut, namun nasihatnya tidak diterima dan memicu keributan.
  • Penarikan Uang Tinggi: Menantu korban, Muhammad Fadhol, menuturkan bahwa terjadi adu mulut antara korban dengan beberapa jupang yang diduga menarik uang terlalu tinggi kepada kru bus, padahal tarif bus Patas Surabaya saat liburan seharusnya Rp 40 ribu.

Situasi yang semula hanya adu mulut itu dengan cepat memanas. Sekelompok juru panggil penumpang yang diduga tersinggung atau tidak terima dengan teguran korban, langsung melakukan pengeroyokan secara brutal. Jumlah pelaku yang mengeroyok korban bervariasi dari beberapa sumber, mulai dari “sekitar lima sampai enam orang”, “lebih dari 10 orang”, hingga “sekitar 15 orang”.

Kondisi Korban dan Proses Penyelamatan yang Dramatis

Letda Laut (PM) Abu Yamin ditemukan bersimbah darah di tengah terminal oleh saksi mata dan petugas. Meski dalam kondisi luka parah, korban sempat sadar dan meminta pertolongan sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

“Saya saat itu di tengah terminal, lalu terdengar keributan. Saat saya dekati, korban sudah berlumuran darah di bagian kepala, tapi masih sadar,” ujar LE, seorang saksi mata yang sempat menolong korban.

LE kemudian memapah korban ke ruang tunggu sambil menghubungi ambulans. Tak lama kemudian, tim medis tiba dan langsung mengevakuasi Letda Abu Yamin ke RSUD Saiful Anwar untuk mendapatkan perawatan intensif.

Akibat pengeroyokan itu, korban mengalami luka cukup serius:

  • Bagian kepala dan wajahnya dipenuhi luka terbuka.
  • Mata bengkak dan lebam di beberapa titik.
  • Darah mengucur deras dari kepalanya.
  • Mengalami patah tulang pada ruas jari tiga dan empat tangan kiri.
  • Kerusakan pada bagian kepala dan dahi yang harus dipasangi pen.

Putri korban, Alfia Nur Maharani, menyampaikan bahwa ayahnya perlahan membaik setelah menjalani operasi wajah dan jari selama hampir enam jam, yang melibatkan tiga dokter spesialis: ortopedi, syaraf, dan bedah plastik.

Selain luka fisik, tas milik Letda Abu Yamin yang berisi dompet, uang, dan kartu identitas TNI AL sempat hilang di lokasi kejadian. Namun, tas tersebut kemudian dikembalikan oleh orang tak dikenal, diduga karena mengetahui identitas korban sebagai anggota TNI AL.

Jejak Digital dan Identifikasi Pelaku Pengeroyokan

Insiden pengeroyokan ini sempat terekam kamera ponsel warga dan videonya dengan cepat viral di berbagai platform media sosial. Video tersebut menunjukkan kondisi korban yang terhuyung dan bersimbah darah, memicu kecaman dan desakan agar pelaku segera ditangkap. Bahkan, bekas ceceran darah korban masih terlihat di lokasi hingga pagi harinya, meskipun sudah ditutup pasir.

Para pelaku diduga kuat adalah juru panggil penumpang (jupang) yang biasa berkeliaran di Terminal Arjosari. Beberapa di antaranya bekerja resmi di perusahaan otobus, sementara sebagian besar lainnya bekerja secara liar.

Hingga saat ini, pihak kepolisian dan Pomal TNI AL telah bergerak cepat:

  • Tiga Pelaku Ditangkap: Ahmad Maulana (31), Roni Sejati (25), dan Nurul Hudi (29), ketiganya warga Gang Permadi, Jalan Muharto, Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
  • Dua Pelaku Masih Buron: Mustakim dan Topa, salah satunya diduga merupakan mandor dari para juru panggil penumpang.

Tindakan Cepat Aparat dan Penyelidikan Lanjut

Pihak kepolisian bersama Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) langsung melakukan pengejaran setelah kejadian. Belasan personel Pomal dikerahkan untuk menyisir lokasi dan menelusuri keberadaan para pelaku.

TNI Angkatan Laut menyatakan akan mengawal proses hukum kasus ini dan menyerahkannya sepenuhnya kepada aparat kepolisian. Hingga kini, motif pasti di balik pengeroyokan tersebut masih terus didalami oleh petugas.

Kasus Ini Menjadi Sorotan: Keamanan Ruang Publik dan Kekerasan terhadap Aparat

Insiden pengeroyokan Letda Laut (PM) Abu Yamin di Terminal Arjosari Malang ini menjadi pengingat serius tentang pentingnya keamanan di fasilitas publik dan bahaya tindakan kekerasan, terutama terhadap aparat negara. Meskipun beberapa pelaku sudah ditangkap, penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan untuk mengungkap motif sebenarnya dan menangkap semua pihak yang terlibat.

Semoga kasus ini dapat diselesaikan dengan tuntas dan memberikan keadilan bagi korban. Kejadian ini juga diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan di area publik seperti terminal, agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang.