Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernah dengar nama Kutai Kartanegara atau Kukar? Mungkin Anda lebih mengenalnya sebagai daerah kaya sumber daya alam. Tapi, tahukah Anda bahwa Kukar punya harta karun lain yang tak kalah memukau? Ya, kekayaan budaya dan wisatanya! Baru-baru ini, pesona budaya Kukar berhasil membius ribuan pasang mata di Yogyakarta lewat gelaran “Eroh Bebaya ke-7”.
Ilustrasi: Kemeriahan budaya Kutai menggetarkan Titik Nol Kilometer Yogyakarta saat Eroh Bebaya Kukar tampil memukau.
Acara ini bukan sekadar pertunjukan biasa. Ini adalah ajang promosi budaya yang memadukan semangat tradisi dengan sentuhan modern, menyapa langsung masyarakat luas di salah satu pusat budaya Indonesia. Dengan membaca artikel ini, Anda akan tahu bagaimana Kukar memperkenalkan diri di kancah nasional, apa saja keseruan yang terjadi, dan mengapa budaya menjadi kunci penting bagi masa depan daerah yang sebentar lagi jadi mitra Ibu Kota Nusantara (IKN) ini.
Eroh Bebaya: Dari Kerinduan di Perantauan hingga Panggung Nasional
Eroh Bebaya sebenarnya berawal dari kerinduan. Tepatnya, kerinduan para mahasiswa asal Kutai Kartanegara yang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Ikatan Pelajar Mahasiswa (IPM) Kukar di Jogjakarta menginisiasi acara budaya tahunan ini sebagai “perayaan identitas, ajang bertutur lewat seni, dan ruang silaturahmi lintas generasi.”
Seiring waktu, Eroh Bebaya yang konsisten digelar secara mandiri ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Kukar, melalui Dinas Pariwisata dan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Kolaborasi ini membuat Eroh Bebaya naik kelas, tidak hanya menjadi ajang nostalgia bagi perantau, tetapi juga panggung diplomasi budaya Kukar di kancah nasional.
Pada gelaran ketujuhnya ini, Eroh Bebaya memilih lokasi yang sangat strategis dan bersejarah: Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 atau yang lebih dikenal sebagai Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Lokasi yang selalu ramai ini menjadi saksi bisu bagaimana semangat budaya dari hulu Mahakam mampu menarik perhatian ribuan warga Yogyakarta, turis domestik, bahkan mancanegara.
Semarak Budaya dan Permainan Tradisional Pikat Ribuan Pengunjung
Sejak pagi, suasana di Titik Nol Kilometer Yogyakarta sudah dipenuhi nuansa etnik khas Kalimantan Timur. Rangkaian acara Eroh Bebaya ke-7 dimulai dengan Senam Zumba bersama, dilanjutkan dengan acara beseprah atau makan bersama yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Kukar H. Rendi Solihin.
Tak hanya itu, permainan rakyat yang kini mulai jarang ditemui juga turut memeriahkan. Mahasiswa Kukar di Yogyakarta dengan bangga mempertunjukkan:
- Enggrang: Permainan berjalan dengan menggunakan sepasang tongkat panjang.
- Bakiak: Sepatu kayu panjang yang dimainkan secara berkelompok.
- Begasing: Permainan gasing tradisional.
Permainan-permainan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga “menghidupkan kembali memori kolektif akan budaya lokal” dan menarik perhatian anak-anak muda hingga turis asing.
Puncak acara pada malam hari semakin memukau. Di bawah langit Jogja yang bersahabat, panggung utama dihiasi oleh tarian-tarian khas Kutai yang anggun dan penuh makna. Denting irama musik daerah mengiringi setiap gerakan, sukses menyita perhatian pengunjung dari berbagai latar belakang. Selain itu, booth pameran lukisan dan stan-stan kuliner turut meramaikan suasana, memperkenalkan masakan tradisional hingga kerajinan tangan asli Kukar kepada publik.
Kukar Tunjukkan Komitmen Promosikan Wisata dan Budaya di Tengah IKN
Kehadiran Wakil Bupati Kukar, H. Rendi Solihin, di Eroh Bebaya ke-7 bukan hanya kunjungan seremonial. Ini menjadi agenda luar daerah pertamanya pasca dilantik kembali untuk periode 2025–2030, menunjukkan komitmen kuat Pemkab Kukar terhadap promosi budaya.
“Kukar mempunyai komitmen tinggi memperkenalkan budaya dan wisata Kukar di mata nasional dan bahkan internasional,” tegas Rendi Solihin.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun Kukar dikenal kaya akan sumber daya alam, daerah ini tidak ingin hanya bergantung pada kekayaan tak terbarukan tersebut.
“Kukar punya wajah lain selain tambang dan sawit. Ada seni, budaya, dan manusianya. Itulah yang ingin kami perkenalkan di sini,” ungkap Rendi.
Sebagai salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia, Kukar memiliki warisan budaya, adat istiadat, dan destinasi pariwisata yang sangat kaya. Fakta ini semakin relevan mengingat Kalimantan Timur telah ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara (IKN) baru, dengan Kukar sebagai salah satu mitranya. Eroh Bebaya menjadi bagian dari strategi “soft power” Kukar untuk memperkenalkan diri sebagai bagian penting dari mozaik budaya Indonesia yang kaya di tengah pembangunan IKN.
Kuliner Khas Kukar dan Dukungan Penuh untuk Generasi Muda
Salah satu daya tarik Eroh Bebaya adalah kesempatan bagi pengunjung untuk mencicipi langsung kekayaan kuliner khas Kukar. Wakil Bupati Rendi Solihin bahkan terlihat langsung menyuguhkan kue khas Kukar kepada para pengunjung, termasuk turis mancanegara yang antusias mencoba.
Produk unggulan yang juga menjadi sorotan adalah Kopi Kohiman, kopi liberika khas dari Kecamatan Muara Kaman, Kukar. Kopi ini diproduksi langsung oleh petani lokal dan memiliki cita rasa unik yang berbeda dari kopi jenis lain.
“Rencananya, produk ini akan kita bawakan ke Yogyakarta, dan kebetulan di sana memang ada kegiatan festival dari teman-teman mahasiswa. Jadi, kita akan bawa beberapa produk ke sana termasuk juga Kopi Kohiman ini,” jelas Fathul Alamin, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Koperasi dan UKM (Diskop-UKM) Kukar.
Selain promosi budaya dan kuliner, Pemkab Kukar juga menunjukkan dukungan nyata bagi generasi muda. Rendi Solihin menyampaikan program strategis di bidang pendidikan, salah satunya adalah penyediaan mess gratis untuk mahasiswa Kukar yang kuliah di luar daerah, termasuk Yogyakarta, Malang, Bandung, Makassar, dan Banjarmasin.
“Mereka tidak perlu bayar kos. Kami siapkan tempat tinggal dengan fasilitas yang layak. Ini bentuk dukungan nyata agar mereka fokus belajar, karena masa depan Kukar ada di tangan generasi muda,” pungkasnya.
Ini menunjukkan bahwa Kukar tidak hanya berinvestasi pada kekayaan alam, tetapi juga pada sumber daya manusia yang akan membawa nama daerah ke kancah global.
Kesimpulan
Eroh Bebaya ke-7 di Yogyakarta telah sukses besar, membuktikan bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki identitas budaya yang kuat dan mempesona. Dari kerinduan mahasiswa di perantauan hingga dukungan penuh pemerintah daerah, festival ini berhasil menjadi panggung efektif untuk memperkenalkan kekayaan seni, tradisi, dan kuliner Kutai kepada khalayak luas.
Melalui acara seperti Eroh Bebaya, Kukar menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan potensi wisata dan budayanya, tidak hanya bergantung pada sumber daya alam. Ini adalah langkah strategis dalam membangun citra daerah yang lebih holistik dan berkelanjutan, sekaligus mempersiapkan generasi muda yang kompeten untuk masa depan Kukar sebagai mitra IKN. Semoga semangat Eroh Bebaya terus menggema, menarik lebih banyak mata untuk melirik dan mengunjungi pesona Bumi Etam!