Yogyakarta, zekriansyah.com – Yogyakarta, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, kini memiliki gagasan menarik untuk masa depannya. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto, mengusulkan agar Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membangun sebuah museum tokoh bangsa. Ide ini bukan tanpa alasan, melainkan terinspirasi dari Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau yang dikenal dengan Bajra Sandhi.
Ilustrasi: Semangat membangun museum tokoh bangsa di DIY, terinspirasi keagungan Monumen Bajra Sandhi Bali, demi mengenang pahlawan.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa museum ini penting, siapa saja tokoh yang akan diabadikan, serta bagaimana konsep museum yang ramah lingkungan bisa terwujud di Yogyakarta. Mari kita selami lebih dalam agar kita semua bisa memahami pentingnya melestarikan sejarah bagi generasi mendatang.
Inspirasi dari Bali: Monumen Bajra Sandhi Jadi Contoh
Eko Suwanto bersama rombongan Komisi A DPRD DIY belum lama ini melakukan kunjungan kerja ke Bali. Salah satu destinasi yang menarik perhatian mereka adalah Monumen Bajra Sandhi di Denpasar. Monumen ini bukan sekadar bangunan biasa, melainkan sebuah kompleks luas yang mengintegrasikan edukasi sejarah dengan ruang publik yang asri.
“Kita lihat tadi diorama bagaimana perjuangan rakyat Bali yang dijalankan juga rakyat Yogyakarta dalam membawa Indonesia merdeka. Ini luas sekali, dan rasanya bisa jadi inspirasi bagi Pemda DIY maupun kabupaten/kota untuk tidak semata bangun museum, tapi juga produksi oksigen bagi semua orang,” kata Eko Suwanto, Selasa (24/6/2025).
Monumen Bajra Sandhi berdiri di lahan seluas 13,8 hektare dan menampilkan diorama perjuangan rakyat Bali. Selain itu, ada simbol-simbol historis yang kuat, seperti 17 anak tangga, 8 tiang utama, dan panorama sebanyak 45, yang melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945). Hal ini menjadi bukti bahwa museum bisa jadi tempat belajar sejarah yang menyenangkan dan mudah diingat.
Pentingnya Museum Tokoh untuk Pendidikan Sejarah dan Pancasila
Usulan pembangunan museum tokoh di DIY ini memiliki tujuan mulia: memperkuat edukasi sejarah dan nilai-nilai kebangsaan, terutama Pancasila, bagi generasi muda. DIY sendiri sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Keberadaan museum ini akan sangat mendukung implementasi Perda tersebut.
“DIY sudah memiliki Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Rasanya pas inspirasi dari museum perjuangan rakyat Bali dalam melawan penjajah Belanda segera dibangun, bisa jadi tempat belajar sejarah kaum muda,” ujar Eko.
Museum ini diharapkan bisa menjadi penangkal fenomena intoleransi dan melemahnya pemahaman nilai kebhinekaan yang terkadang muncul di masyarakat. Dengan belajar sejarah langsung dari museum, anak muda bisa lebih memahami akar kebangsaan dan persatuan.
“Anak-anak muda perlu tahu siapa tokoh-tokoh pendiri bangsa, bagaimana peran Yogyakarta di masa revolusi, dan mengapa keistimewaan DIY itu penting. Semua itu akan lebih efektif tersampaikan jika kita punya ruang edukatif seperti museum yang representatif dan aktif,” tegasnya.
Mengabadikan Jejak Tokoh dan Peristiwa Bersejarah di DIY
Yogyakarta memiliki peran sentral dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh nasional yang memiliki jejak perjuangan di kota ini. Eko Suwanto berharap museum ini bisa mengabadikan kisah-kisah mereka.
Beberapa tokoh yang diusulkan untuk diabadikan antara lain:
- Bung Karno: Kisah masa kecilnya, peran ibundanya Ida Ayu Rai Srimben (yang lahir di Buleleng, Bali), hingga peristiwa penangkapannya di Yogyakarta pada 29 Desember 1929.
- Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan KGPAA Paku Alam VIII: Peran besar mereka saat Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (RI), termasuk hibah 6 juta gulden yang sangat krusial di awal kemerdekaan.
- KRT Dr. Radjiman Wedyodiningrat: Tokoh dari Yogyakarta yang memimpin BPUPKI, tempat Pancasila digagas.
- K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Ki Bagus Hadikusumo, BPH Puruboyo, Ki Hadjar Dewantara, Ibu Sukaptinah: Tokoh-tokoh lain yang turut merumuskan Pancasila dan berjuang untuk kemerdekaan.
Selain tokoh, peristiwa penting seperti pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 dan Maklumat 5 September 1945 dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga perlu didokumentasikan secara utuh.
Anggota DPRD DIY lainnya, Radjut Sukasworo, juga menambahkan bahwa di Bantul ada makam Imogiri, tempat perjuangan para leluhur bangsa yang perlu dipahami. “Museum sejarah bisa hadir dalam satu kesatuan langkah menjaga Pancasila lestari,” katanya.
Museum yang Hijau dan Ramah Lingkungan
Konsep museum yang diimpikan Eko Suwanto bukan hanya kaya sejarah, tapi juga ramah lingkungan. Ia terkesan dengan Monumen Bajra Sandhi yang bebas plastik dan asri.
“Saat kami diterima tadi, tidak ada plastik dan tidak ada sampah. Kita minum teh dan kopi tanpa unsur plastik. Aspek lingkungan hidup ini menopang bagaimana pembangunan museum dilakukan,” kata Eko.
Museum di Yogyakarta diharapkan bisa menjadi ruang publik yang sehat, hidup, dan bisa “memproduksi oksigen” bagi semua orang. Konsep ini sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan dan membuat museum lebih menarik sebagai tempat rekreasi sekaligus edukasi.
Wakil Ketua DPRD DIY, Imam Taufik, menambahkan bahwa museum berkelanjutan yang terintegrasi dengan ruang publik seperti Bajra Sandhi sangat layak diadopsi di Yogyakarta. “Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini salah satunya. Kita lihat lokasinya nyaman dan bagus sekali. Ada ruang publik, ada tempat yang asri dan bisa untuk berkegiatan. Ini jadi inspirasi kami untuk mewujudkan di Jogja,” ujarnya.
Dukungan dan Harapan untuk Realisasi Museum
Pembangunan museum ini membutuhkan komitmen serius dari Pemerintah Daerah DIY. Eko Suwanto menyebut bahwa dana keistimewaan (Danais) bisa digunakan untuk merealisasikan proyek strategis ini.
“Pemda DIY bisa beli hotel di Malioboro, bangun toilet miliaran rupiah, semestinya bisa membuat museum perjuangan tokoh bangsa, bangun museum kedaulatan negara Jogja Kota Republik, juga bisa. Museum keistimewaan DIY juga bisa. Maka Paniradya Keistimewaan harus serius bangun museum sejarah perjuangan tokoh bangsa Indonesia di Yogyakarta,” tegas Eko.
Pihak Dinas Kebudayaan DIY melalui Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permuseuman, Budi Husada, menyatakan pihaknya terus mendorong pengembangan paket wisata sejarah dan melengkapi narasi museum bersama komunitas sejarah. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk swasta melalui program CSR, juga diharapkan dapat mempercepat terwujudnya museum ini.
Kesimpulan
Gagasan pembangunan museum tokoh bangsa di Yogyakarta yang diusulkan oleh Eko Suwanto dari DPRD DIY adalah langkah maju yang patut didukung. Terinspirasi dari Monumen Bajra Sandhi di Bali, museum ini tidak hanya akan menjadi pusat edukasi sejarah dan nilai-nilai Pancasila, tetapi juga ruang publik yang hijau dan berkelanjutan.
Dengan mengabadikan jejak para pahlawan dan peristiwa bersejarah, kita bisa memastikan bahwa generasi muda akan terus mengenal dan menghargai perjuangan bangsa. Mari kita bersama-sama mendukung upaya ini agar Yogyakarta terus menjadi kota istimewa yang kaya akan sejarah dan inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.