Yogyakarta, zekriansyah.com – Kota Ternate sedang menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan. Angka kasus HIV/AIDS yang terus naik menjadi sorotan utama, memicu desakan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. DPRD Kota Ternate meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate untuk memperkuat edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Mengapa edukasi ini begitu penting? Mari kita telusuri lebih dalam.
DPRD Ternate mendesak Dinkes perkuat edukasi publik guna menekan lonjakan kasus HIV/AIDS dan stunting yang mengkhawatirkan di Kota Ternate.
Kasus HIV/AIDS di Ternate Meningkat: Lampu Kuning bagi Kesehatan Publik
Situasi kasus HIV/AIDS di Ternate saat ini cukup mengkhawatirkan. Data dari Dinas Kesehatan Kota Ternate menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, menjadi alarm bagi semua pihak.
Data Mengejutkan dari Dinkes Kota Ternate
Menurut Hamida, Penanggung Jawab Program P2 IMS HIV/AIDS Dinkes Kota Ternate, ada 80 kasus baru HIV/AIDS yang tercatat pada periode Januari hingga Juni 2025. Angka ini melanjutkan tren peningkatan dari tahun sebelumnya. Bahkan, data lain menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, ditemukan 202 kasus baru HIV/AIDS di Kota Ternate. Sejak tahun 2007 hingga April 2025, total kasus mencapai 1.131.
Melampaui Target, Apa Artinya?
Lonjakan kasus ini melampaui target penemuan kasus yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dinkes Ternate sebenarnya ditargetkan menemukan sekitar 80 kasus baru per tahun. Namun, kenyataannya pada 2024, angka penemuan kasus mencapai 202, jauh di atas target. Ini mengindikasikan bahwa penyebaran virus mungkin lebih luas dari perkiraan, atau upaya penemuan kasus mulai membuahkan hasil, namun tetap menunjukkan besarnya masalah yang harus dihadapi.
Mengapa Edukasi Menjadi Kunci? Suara DPRD Ternate
Melihat kondisi ini, Ketua Komisi III DPRD Kota Ternate, M. Syaiful, menegaskan bahwa edukasi adalah fondasi utama dalam penanggulangan HIV/AIDS. Ia menyoroti pentingnya langkah yang lebih terukur dan kolaboratif.
Stigma dan Diskriminasi: Hambatan Penanganan
Salah satu masalah terbesar dalam penanganan HIV/AIDS adalah rendahnya literasi masyarakat terhadap virus ini. Banyak yang masih menganggap remeh, bahkan terjadi stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). “Kesadaran masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS harus ditingkatkan melalui edukasi dan sosialisasi yang lebih masif,” ujar Syaiful. Stigma ini menghambat ODHA untuk mencari pengobatan dan dukungan, memperburuk kondisi mereka dan potensi penyebaran. Penting diketahui, HIV tidak menular melalui kontak biasa seperti sentuhan, pelukan, atau berbagi makanan. Penularan hanya melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, cairan pra-ejakulasi, sperma, cairan vagina, dan ASI.
Peran Anggaran dan Kolaborasi Lintas Sektor
Selain edukasi, Syaiful juga menyoroti perlunya peningkatan akses terhadap layanan antiretroviral (ARV). Obat ARV sangat vital untuk menekan replikasi virus dan memperpanjang harapan hidup ODHA. Namun, ketersediaan layanan ini membutuhkan anggaran yang memadai. Karena itu, DPRD meminta Dinkes menyusun program dan alokasi anggaran yang benar-benar selektif dan terukur. Syaiful menekankan bahwa Dinkes Kota Ternate tidak bisa bekerja sendiri; dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat, lembaga pendidikan, organisasi sosial, dan dukungan legislatif.
Bukan Hanya HIV/AIDS: Tantangan Edukasi Lain di Ternate
Fokus DPRD Ternate terhadap edukasi kesehatan tidak hanya berhenti pada HIV/AIDS. Kota ini juga menghadapi tantangan lain yang memerlukan perhatian serius, seperti stunting dan pentingnya pendidikan karakter.
Edukasi Gizi untuk Atasi Stunting
Pada 2024, angka stunting di Kota Ternate juga mengalami peningkatan. Data per Juni 2024 menunjukkan 412 balita mengalami stunting, naik dari 303 anak pada Agustus 2023. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman terkait pemberian ASI eksklusif dan gizi seimbang. Untuk mengatasi ini, Dinkes telah menyiapkan strategi jangka pendek dan panjang, termasuk edukasi dan konseling berkelanjutan kepada ibu hamil, remaja, dan calon pengantin.
Pendidikan Karakter dan Kesehatan Reproduksi Remaja
Anggota DPR RI Ateng Sutisna, dalam konteks penekanan kasus HIV di kalangan remaja, turut mendorong pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai luhur di sekolah. Ia menekankan bahwa sekolah bukan hanya tempat akademik, tetapi juga pembentuk karakter dan akhlak. Penularan HIV di kalangan remaja seringkali berkaitan dengan perilaku seksual berisiko dan minimnya pemahaman kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, literasi kesehatan reproduksi yang bermoral harus menjadi bagian integral dari pendidikan.
Harapan dan Langkah ke Depan: Komitmen Bersama untuk Ternate Sehat
Desakan DPRD Ternate agar Dinkes Kota Ternate perkuat edukasi ini adalah langkah awal yang krusial. Pemerintah Kota Ternate sendiri telah menunjukkan komitmen serius terhadap sektor kesehatan dan pendidikan, seperti terlihat dari alokasi anggaran untuk Universal Health Coverage (UHC) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda).
Ini adalah seruan bagi seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi. Mulai dari keluarga, sekolah, komunitas, hingga pemerintah daerah, semua punya peran dalam meningkatkan kesadaran dan literasi kesehatan. Dengan edukasi yang masif dan terarah, serta kolaborasi yang kuat, harapan untuk mewujudkan Kota Ternate yang lebih sehat, bebas stigma, dan memiliki generasi yang cerdas dan berkarakter, akan semakin dekat.
Kesimpulan:
DPRD Kota Ternate secara tegas meminta Dinkes Kota Ternate untuk memperkuat edukasi guna mengatasi lonjakan kasus HIV/AIDS dan tantangan kesehatan lainnya seperti stunting. Edukasi yang komprehensif, didukung oleh anggaran yang memadai dan kolaborasi lintas sektor, adalah kunci untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, menghilangkan stigma, dan memastikan akses layanan kesehatan yang merata. Mari bersama-sama wujudkan Ternate yang lebih sehat dan berdaya.