Jangan Tunggu Kuning! Hepatitis: Epidemi Diam yang Mengintai Kesehatan Jutaan Orang Indonesia

Dipublikasikan 2 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Seringkali, kesehatan bisa menipu. Di balik senyum ceria seorang anak atau penampilan bugar orang dewasa, bisa saja tersembunyi ancaman serius yang bekerja diam-diam: hepatitis. Penyakit peradangan hati ini dijuluki “epidemi diam” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena sifatnya yang sering tanpa gejala di awal, membuat jutaan orang di Indonesia tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Artikel ini akan mengajak Anda memahami mengapa deteksi dini hepatitis sangat krusial, sebelum terlambat dan menyebabkan kerusakan hati yang parah.

Jangan Tunggu Kuning! Hepatitis: Epidemi Diam yang Mengintai Kesehatan Jutaan Orang Indonesia

Ilustrasi menunjukkan bahaya laten hepatitis yang mengancam jutaan masyarakat Indonesia, menyoroti pentingnya kesadaran akan penyakit tanpa gejala awal yang jelas ini.

Mengapa Hepatitis Disebut “Epidemi Diam”?

Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa disebabkan oleh virus, obat-obatan, alkohol, atau gangguan autoimun. Di Indonesia, penyakit ini menjadi beban kesehatan yang signifikan. Bayangkan, data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan sekitar 28 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap hepatitis B atau C, namun ironisnya, hanya sekitar 10% yang telah terdiagnosis. Angka ini menunjukkan celah besar antara kasus yang ada dan yang terdeteksi, menjadikan hepatitis ancaman yang tak terlihat.

Jenis hepatitis yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah Hepatitis B, disusul oleh Hepatitis C. Penularan utamanya sering terjadi secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui darah dan cairan tubuh lain, seperti hubungan seksual tidak aman atau penggunaan jarum suntik tidak steril.

Gejala Hepatitis yang Sering Terabaikan

Salah satu alasan mengapa hepatitis dijuluki “epidemi diam” adalah karena gejalanya yang seringkali samar atau bahkan tidak muncul sama sekali di awal infeksi. Kalaupun ada, tanda-tandanya sering disalahpahami sebagai penyakit ringan biasa. Padahal, saat gejala khas seperti kulit dan mata menguning muncul, bisa jadi kerusakan hati sudah cukup parah.

Berikut adalah beberapa gejala umum hepatitis yang kerap diabaikan:

  • Kulit dan mata menguning (jaundice)
  • Urine berwarna gelap seperti teh
  • Tinja pucat
  • Kelelahan ekstrem atau mudah lelah
  • Nyeri di perut kanan atas
  • Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
  • Demam ringan

Hepatitis pada Anak: Ancaman Tersembunyi Sejak Dini

Yang lebih mengkhawatirkan, gejala hepatitis pada anak sering kali lebih ringan atau bahkan tidak tampak sama sekali. Seperti yang dijelaskan oleh dr. Ahmar Abyadh, Sp.PD-KGEH, FINASIM, Mkes, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Primaya Hospital Bekasi Barat:

“Anak-anak, terutama bayi, bisa terinfeksi hepatitis B sejak lahir dan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Deteksi dini lewat tes darah sangat penting, karena infeksi kronis bisa menyebabkan kerusakan hati bertahap selama bertahun-tahun.”

Artinya, infeksi bisa terjadi sejak bayi dan menetap seumur hidup bila tidak tertangani. Banyak orang tua tidak menyadari tanda-tanda awal pada anak mereka, yang mungkin hanya berupa rewel, penurunan nafsu makan, atau muntah berulang.

Siapa Saja yang Berisiko? Mengenali Kelompok Rentan Hepatitis

Risiko terinfeksi hepatitis bisa berbeda tergantung kelompok usia dan gaya hidup. Mengenali kelompok rentan adalah langkah awal untuk melakukan pencegahan dan skrining hepatitis yang tepat.

  • Anak & Remaja: Rentan terhadap hepatitis A dan E akibat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Kebersihan diri dan lingkungan menjadi kunci pencegahan.
  • Usia Produktif (20–49 tahun): Kelompok ini rentan terhadap hepatitis B dan C akibat perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman, transfusi darah yang tidak steril, atau penggunaan jarum suntik bersama.
  • Lansia: Rentan mengalami hepatitis karena konsumsi obat jangka panjang dan penurunan fungsi metabolisme hati seiring bertambahnya usia.

Harapan Baru: Pengobatan Hepatitis Semakin Maju

Mungkin Anda pernah mendengar bahwa hepatitis tidak bisa disembuhkan. Namun, fakta di dunia medis modern menunjukkan kemajuan yang luar biasa!

  • Hepatitis A dan E: Kedua jenis ini umumnya dapat sembuh total tanpa komplikasi jangka panjang.
  • Hepatitis B: Meskipun belum bisa disembuhkan total, infeksi hepatitis B dapat dikontrol secara efektif dengan terapi antiviral (seperti TAF) untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
  • Hepatitis C: Ini adalah kabar baik! Hepatitis C kini dapat disembuhkan dengan pengobatan generasi baru yang disebut Direct Acting Antivirals (DAA), dengan tingkat keberhasilan kesembuhan di atas 95%.

Selain itu, inovasi teknologi juga terus berkembang, seperti pengembangan vaksin berbasis DNA dan mRNA, serta tes cepat (rapid test) dan PCR portabel yang menjangkau daerah terpencil. Ini semua membuka peluang besar untuk penanganan hepatitis yang lebih baik.

Peran Penting Pemerintah dan Kesadaran Masyarakat

Meski teknologi medis terus maju, para ahli sepakat bahwa teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi “epidemi diam” ini. Tanpa dukungan kebijakan publik yang proaktif dan peningkatan kesadaran masyarakat, kasus hepatitis akan terus meningkat.

Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret seperti:

  1. Memperluas cakupan vaksinasi hepatitis B, terutama bagi bayi baru lahir.
  2. Menyediakan skrining gratis dan massal bagi kelompok risiko tinggi.
  3. Meningkatkan edukasi masyarakat melalui kampanye yang menjangkau berbagai lapisan, termasuk sekolah dan media sosial.
  4. Melatih tenaga kesehatan agar lebih sigap dalam mendeteksi gejala dini dan tata laksana infeksi kronis.

Jangan Tunggu Kuning, Jaga Hati Anda!

Hepatitis bukan hanya soal virus, melainkan juga tentang kesadaran, deteksi dini, dan keberpihakan sistem kesehatan terhadap isu ini. Saat gejala khas seperti kulit menguning muncul, bisa jadi hati Anda sudah mengalami kerusakan yang signifikan, bahkan mungkin permanen.

Oleh karena itu, jangan tunggu kuning! Lakukan tes darah untuk deteksi dini, edukasi keluarga Anda tentang pentingnya pencegahan, dan lindungi hati Anda. Karena kesehatan hati adalah fondasi penting untuk kehidupan yang panjang, berkualitas, dan produktif. Mari bersama-sama hentikan laju “epidemi diam” ini!

FAQ

Tanya: Mengapa hepatitis disebut “epidemi diam”?
Jawab: Hepatitis disebut “epidemi diam” karena seringkali tidak menunjukkan gejala di awal, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.

Tanya: Berapa banyak orang Indonesia yang diperkirakan mengidap hepatitis B atau C?
Jawab: Sekitar 28 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap hepatitis B atau C, namun hanya sekitar 10% yang telah terdiagnosis.

Tanya: Apa jenis hepatitis yang paling banyak ditemukan di Indonesia dan bagaimana cara penularannya?
Jawab: Hepatitis B adalah yang paling banyak ditemukan, dengan penularan utama dari ibu ke bayi saat persalinan, serta melalui darah dan cairan tubuh lainnya.