Waspada! Dampak Perubahan Cuaca Ekstrem, Kasus DBD di Subang Melonjak Drastis

Dipublikasikan 2 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda merasa cuaca belakangan ini sulit ditebak? Sebentar panas terik menyengat, lalu tiba-tiba hujan deras mengguyur tanpa peringatan. Perubahan cuaca ekstrem ini ternyata bukan hanya membuat kita bingung memilih pakaian, tapi juga membawa dampak serius bagi kesehatan, terutama lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Kabupaten Subang adalah salah satu wilayah yang kini merasakan betul dampaknya. Artikel ini akan membahas mengapa kasus DBD Subang melonjak, bagaimana perubahan iklim berperan, dan apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman nyamuk Aedes aegypti.

Subang dalam Sorotan: Angka DBD yang Mengkhawatirkan

Di Kabupaten Subang, situasi DBD saat ini memang patut diwaspadai. Dinas Kesehatan setempat mencatat, dari Januari hingga Juli 2025, sudah ada 601 kasus Demam Berdarah Dengue dengan 6 korban meninggal dunia. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama di bulan Mei dan Juni. Sayangnya, banyak korban yang datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah parah, sehingga penanganan menjadi sulit. Wilayah seperti Ciasem, Rawa Lele, Kalijati, Cikaum, dan Kecamatan Subang menjadi daerah yang paling terdampak.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai waspada! dan kasus, kunjungi: waspada! dan kasus.

Data dari Kementerian Kesehatan per Maret 2024 juga menunjukkan bahwa Subang termasuk dalam daftar kabupaten/kota dengan kasus kematian DBD tertinggi di Jawa Barat dan Indonesia, dengan 13 kematian hingga minggu ke-11 tahun 2024, dan 18 kematian hingga minggu ke-14 tahun 2024. Ini memperkuat bahwa lonjakan kasus DBD Subang ini adalah bagian dari masalah yang lebih besar yang melanda banyak wilayah di Jawa Barat dan Indonesia.

Mengapa DBD Kian Marak? Peran Krusial Perubahan Cuaca

Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan kasus DBD ini terus melonjak, tidak hanya di Subang tapi juga di banyak daerah lain? Jawabannya ada pada perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang semakin tidak menentu. Fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau panjang, diikuti La Nina dengan curah hujan tinggi, menciptakan kondisi sempurna bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.

Saat cuaca berganti dari panas ke hujan atau sebaliknya, tempat penampungan air dan genangan yang tidak kering menjadi sarang ideal bagi nyamuk. Suhu yang lebih hangat juga membuat nyamuk ini berkembang biak lebih cepat dan bahkan menjadi 2,5 hingga 5 kali lebih “ganas” dalam menggigit. Ini berarti frekuensi gigitan nyamuk meningkat drastis, yang otomatis meningkatkan risiko penularan virus dengue ke manusia.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Raden Vini Adian Dewi, menyebutkan bahwa lonjakan kasus DBD di provinsi ini, termasuk di Subang, memang dipengaruhi oleh perubahan musim selepas El Nino. Ini bukan hanya masalah musiman lagi, tapi sudah menjadi ancaman sepanjang tahun karena pola hujan yang tidak bisa ditebak.

Lebih dari Sekadar Demam Biasa: Mengenali Gejala DBD dan Fase Kritisnya

Banyak orang sering terkecoh. Demam tinggi mendadak sering dianggap demam biasa atau tifus. Padahal, gejala DBD punya pola khas yang perlu kita kenali agar tidak terlambat dalam penanganan. Penting untuk memahami bahwa DBD memiliki tiga fase:

  • Fase Demam (Hari 1-3): Demam tinggi mendadak (di atas 40°C), nyeri otot dan sendi, sakit kepala parah (terutama di belakang mata), mual dan muntah, serta terkadang muncul ruam merah pada kulit. Di fase ini, virus sangat aktif dalam darah.
  • Fase Kritis (Hari 4-6): Ini adalah fase paling berbahaya. Suhu tubuh mungkin turun, seolah-olah pasien sudah sembuh. Namun, justru di sinilah risiko kebocoran plasma dari pembuluh darah dan pendarahan hebat (seperti mimisan atau gusi berdarah) dapat terjadi. Kondisi ini bisa menyebabkan syok (renjatan) dan gangguan pada organ vital, bahkan berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
  • Fase Pemulihan (Hari 6-10): Jika fase kritis berhasil dilewati dengan penanganan yang baik, kondisi pasien mulai membaik. Cairan tubuh kembali normal, dan trombosit akan berangsur naik. Namun, pasien tetap membutuhkan istirahat total karena tubuh masih lemah akibat infeksi.

Jika Anda atau keluarga mengalami demam tinggi mendadak yang tak kunjung turun, disertai gejala lain seperti muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, atau perdarahan, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini melalui tes antigen NS1 dengue sangat penting untuk mencegah kondisi memburuk dan komplikasi serius.

Melawan Ancaman DBD: Langkah Pencegahan dan Penanganan Efektif

Mengingat dampak perubahan cuaca yang memperparah kasus DBD, upaya pencegahan dan penanganan tidak bisa ditawar lagi. Pemerintah dan tenaga kesehatan terus menggaungkan pentingnya gerakan 3M Plus sebagai benteng utama:

  • Menguras: Bersihkan bak mandi, vas bunga, atau tempat penampungan air lainnya setidaknya seminggu sekali.
  • Menutup: Pastikan semua wadah penampungan air tertutup rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di dalamnya.
  • Mendaur Ulang: Manfaatkan atau singkirkan barang bekas yang bisa menampung air hujan, seperti ban bekas, kaleng, atau botol.

Plus juga berarti melakukan upaya tambahan seperti:

  • Memasang kelambu saat tidur.
  • Menggunakan losion anti nyamuk.
  • Memelihara ikan pemakan jentik di penampungan air.
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk.
  • Menggunakan insektisida jika diperlukan.

Selain itu, inovasi juga terus dikembangkan. Kini ada teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang terbukti mengurangi kemampuan nyamuk menularkan virus dengue. Ketersediaan vaksin DBD juga menjadi harapan baru dalam upaya pencegahan, yang bisa diakses secara mandiri. Kementerian Kesehatan juga terus memperkuat sistem surveilans dan menargetkan ‘zero death’ akibat DBD di tahun 2030, yang menunjukkan komitmen serius dalam menghadapi penyakit ini.

Kesimpulan

Lonjakan kasus DBD di Subang dan berbagai daerah lain adalah alarm nyata dari dampak perubahan cuaca ekstrem yang kita hadapi. Ini bukan lagi sekadar penyakit musiman, melainkan ancaman yang menuntut kewaspadaan sepanjang tahun. Melalui pemahaman yang tepat tentang gejala, serta konsistensi dalam menerapkan gerakan 3M Plus, kita bisa memutus rantai penularan dan melindungi komunitas.

Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dan peka terhadap kesehatan diri dan keluarga. Ingat, deteksi dini DBD adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius. Jika ada gejala mencurigakan, jangan tunda untuk segera mencari pertolongan medis. Kesehatan adalah investasi terbesar kita!