Drama Ahmad Dhani, Lita Gading, dan Komentar Psikolog: Menguak Polemik Perlindungan Anak di Ranah Publik

Dipublikasikan 11 Juli 2025 oleh admin
Hiburan dan Lifestyle

Dunia hiburan Indonesia kembali diramaikan dengan sebuah drama Ahmad Dhani Lita Gading komentar psikolog yang kini merambat ke ranah hukum. Berawal dari video di media sosial, perseteruan antara musisi Ahmad Dhani dan psikolog Lita Gading kini menjadi sorotan, terutama setelah Dhani melaporkan Lita ke KPAI dan polisi. Apa sebenarnya yang memicu konflik ini dan bagaimana pandangan dari berbagai pihak? Mari kita telusuri lebih dalam agar kita bisa memahami isu penting di balik keramaian ini: perlindungan anak di era digital.

Drama Ahmad Dhani, Lita Gading, dan Komentar Psikolog: Menguak Polemik Perlindungan Anak di Ranah Publik

Awal Mula Drama: Video Lita Gading yang Jadi Pemicu

Semuanya bermula dari unggahan video yang dibuat oleh psikolog Lita Gading di akun Instagram pribadinya. Dalam video tersebut, Lita membahas soal hubungan masa lalu antara Ahmad Dhani dan mantan istrinya, Maia Estianty. Lita secara khusus menyoroti dampak psikologis yang mungkin dirasakan anak-anak mereka, khususnya SF, akibat konflik yang kembali dibuka ke publik.

“Justru kalian itu menaruh lubang di dalam hati anak sendiri,” ujar Lita dalam videonya, menyentil Dhani dan Maia. Ia juga sempat mengingatkan Dhani dan istrinya saat ini, Mulan Jameela, yang juga anggota DPR, untuk lebih berhati-hati menjaga nama, baik sebagai orang tua maupun pejabat publik. Video ini kemudian viral dan memicu berbagai reaksi dari netizen, termasuk beberapa akun yang diduga menyebarkan identitas anak Dhani, SF, dengan narasi negatif, membuat situasi semakin panas.

Ahmad Dhani Ambil Langkah Serius: Dari KPAI hingga Polda

Merasa putrinya menjadi korban perundungan dan eksploitasi, Ahmad Dhani tidak tinggal diam. Ia bersama Mulan Jameela dan kuasa hukumnya mengambil langkah hukum yang serius.

Aduan ke KPAI: Melindungi Anak dari Perundungan

Sebelum melapor ke polisi, Ahmad Dhani dan Mulan Jameela lebih dulu mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu (9/7/2025). Mereka membawa aduan terkait dugaan eksploitasi dan perundungan terhadap anak mereka, SF. Menurut Dhani, langkah ini diambil untuk memberikan efek jera agar perundungan terhadap anak di bawah umur tidak terjadi lagi.

Al Ghazali Turut Geram dan Siap Jadi Saksi

Ternyata, kemarahan atas perundungan terhadap adiknya ini juga dirasakan oleh putra sulung Ahmad Dhani, Al Ghazali. Menurut kuasa hukum keluarga, Aldwin Rahadian, Al sempat ingin langsung melaporkan kasus ini ke polisi. Namun, karena masih di bawah pengampuan, akhirnya Ahmad Dhani yang maju.

Al Ghazali tetap menunjukkan dukungannya dengan mendampingi sang ayah ke Polda Metro Jaya. Saat ditanya wartawan, Al menjawab singkat namun tegas, “Demi keluarga.” Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini bagi keluarga Dhani.

Laporan Polisi: Jerat UU Perlindungan Anak dan ITE

Pada Kamis sore (10/7/2025), Ahmad Dhani dan Al Ghazali resmi melaporkan Lita Gading ke Polda Metro Jaya. Laporan ini mengacu pada dua hal penting:

  • Dugaan eksploitasi anak di bawah umur (SF)
  • Penyebaran konten secara elektronik (UU ITE)

Kuasa hukum Dhani, Aldwin Rahadian, menjelaskan, “Anak itu punya hak untuk tidak dipublikasikan secara sembarangan. Apalagi kalau sampai menimbulkan stigma atau tekanan psikologis. Itu pelanggaran serius.” Laporan ini mengenakan Pasal 76C UU Perlindungan Anak dan Pasal 27 Ayat 1 UU ITE, dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun penjara.

Respon Santai Psikolog Lita Gading: Ini Psikoedukasi, Bukan Perundungan!

Di tengah gempuran laporan dari Ahmad Dhani, Lita Gading menunjukkan reaksi yang santai dan tidak gentar. Saat dikonfirmasi, Lita yang tengah berada di Eropa, menegaskan bahwa video yang ia unggah bukan bentuk perundungan, melainkan bagian dari edukasi psikologi.

“Saya tidak menyerang. Silakan cek videonya, saya justru ingin menghalau perundungan dari netizen,” tegas Lita.

Ia berulang kali menyatakan bahwa kontennya adalah psikoedukasi, yang bertujuan untuk melindungi anak dari serangan warganet, bukan sebaliknya. Sikap “santuy” Lita bahkan terlihat dari balasannya di media sosial yang dipenuhi emoji tertawa, serta unggahan lain yang seolah menyindir situasi ini. Ia juga sempat memamerkan konten lamanya bersama El Rumi dan Dul Jaelani, dua putra Ahmad Dhani dari Maia Estianty, dengan pujian untuk Maia. Hingga saat ini, Lita Gading mengaku belum menerima somasi atau surat resmi dari pihak Dhani.

Jejak Digital dan Dampak Psikologis pada Anak

Polemik antara Ahmad Dhani, Lita Gading, dan komentar psikolog ini membuka kembali diskusi penting tentang “jejak digital” dan dampaknya pada anak-anak. Lita Gading sendiri dalam pernyataannya menyebut bahwa “semua bukti ada di jejak digital,” mengacu pada rekam jejak pernyataan publik yang tidak bisa dihapus.

Kasus ini menyoroti betapa rentannya anak-anak figur publik terhadap tekanan psikologis dan perundungan siber ketika kehidupan pribadi orang tua menjadi konsumsi publik. Baik Ahmad Dhani maupun Lita Gading, dari sudut pandang yang berbeda, sama-sama menyoroti pentingnya perlindungan anak dari stigma dan dampak negatif media sosial. Ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa setiap konten yang kita bagikan di dunia maya memiliki potensi dampak, dan anak-anak adalah pihak yang paling rentan.

Penutup

Drama Ahmad Dhani Lita Gading komentar psikolog ini masih terus bergulir, dengan kedua belah pihak mempertahankan argumen masing-masing. Di satu sisi, ada upaya hukum untuk melindungi anak dari perundungan dan eksploitasi, sementara di sisi lain, ada pembelaan bahwa yang dilakukan adalah psikoedukasi. Apapun hasil akhirnya, kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua tentang pentingnya menjaga etika di ranah digital, terutama ketika menyangkut kehidupan pribadi dan kesejahteraan mental anak-anak. Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dalam bermedia sosial.

Drama Ahmad Dhani, Lita Gading, dan Komentar Psikolog: Menguak Polemik Perlindungan Anak di Ranah Publik - zekriansyah.com