Desakan Tunjukkan Ijazah Jokowi Menguat, Relagama Bergerak: Nama UGM Tercemar!

Dipublikasikan 6 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Polemik seputar dugaan keaslian ijazah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memanas. Kali ini, sorotan tajam datang dari kelompok alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bernama Relawan Alumni Universitas Gadjah Mada Bergerak (Relagama Bergerak). Mereka mendesak Jokowi untuk segera menunjukkan ijazah sarjananya, khawatir nama baik UGM makin tercemar di mata publik.

Desakan Tunjukkan Ijazah Jokowi Menguat, Relagama Bergerak: Nama UGM Tercemar!

Ilustrasi: Desakan publik agar Presiden Jokowi menunjukkan ijazah pendidikan tingginya semakin menguat, memicu kekhawatiran alumni UGM atas potensi pencemaran nama baik almamater.

Artikel ini akan membahas tuntas mengapa para alumni UGM ini bergerak, apa saja tuntutan mereka, hingga bagaimana polemik ini berdampak pada nama besar kampus kerakyatan tersebut. Jadi, Anda akan memahami duduk perkara isu yang sedang ramai diperbincangkan ini.

Relagama Bergerak: Kenapa Mendesak Jokowi Tunjukkan Ijazah?

Koordinator Relawan Alumni UGM Bergerak, Bangun Sutoto, tak bisa menyembunyikan kekesalannya. Sebagai alumni UGM angkatan 2005, ia merasa nama baik almamaternya kini menjadi “bulan-bulanan publik” akibat polemik ijazah Jokowi yang tak kunjung usai.

“Kami mencermati sekaligus merasakan bahwa institusi UGM yang telah berjasa kepada kami saat masih menjadi mahasiswa, menjadi bulan-bulanan publik. Marwah dan nama baik UGM telah tercemar dengan kasus yang remeh-temeh ini,” ujar Bangun kepada awak media, Sabtu (5/7/2025).

Bangun menegaskan, desakan ini murni muncul dari kewajiban moral para alumni untuk menjaga nama baik UGM, bukan karena berafiliasi dengan partai politik atau membela pihak tertentu. Baginya, UGM adalah kampus perjuangan yang semestinya melahirkan para pejuang, bukan “pencundang.”

Filosofi “berdampak walau tak tampak” menjadi pegangan Relagama Bergerak, seperti udara yang tak terlihat namun sangat dibutuhkan. Energi mereka diibaratkan air yang mengalir kuat, “berbagi tanpa mencaci.” Nama “Relagama Bergerak” sendiri terinspirasi dari semangat “air mengalir sampai jauh,” yang akan selalu bergerak melintasi generasi dan zaman.

Tuntutan Tegas dari Relagama Bergerak

Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, Relagama Bergerak mengeluarkan pernyataan sikap resmi dengan tuntutan yang sangat jelas. Mereka ingin masalah ini segera diselesaikan secara transparan. Berikut poin-poin tuntutan mereka:

  1. Keterangan Resmi dari UGM: Meminta Rektor UGM beserta staf terkait, Dekan Fakultas Kehutanan beserta staf terkait, untuk memberikan keterangan resmi secara jujur dan transparan kepada publik tentang riwayat pendidikan Joko Widodo di UGM hingga status ijazahnya.
  2. Jokowi Tunjukkan Ijazah: Meminta Joko Widodo dengan suka rela, beritikad baik, dan gembira untuk menunjukkan ijazah sarjananya (S1) kepada publik secara apa adanya.
  3. Waktu Mendesak: Permintaan pada poin 1 dan 2 harus dilakukan dengan seksama, cermat, dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.
  4. Catatan Sejarah: Permintaan ini akan menjadi catatan sejarah yang sangat penting, sehingga sudah selayaknya dilaksanakan di kampus UGM.
  5. Ultimatum Mosi Tidak Percaya: Jika permintaan pada poin 1 dan 2 tidak dipenuhi dalam waktu 1×24 jam sejak surat pernyataan diterima, Relagama Bergerak akan menyatakan mosi tidak percaya.
  6. Konsekuensi Mosi Tidak Percaya (UGM): Berdasarkan mosi tidak percaya, Rektor UGM, Dekan Fakultas Kehutanan, dan staf UGM lain yang terlibat dalam kasus dugaan ijazah palsu Jokowi diminta segera mengundurkan diri dari jabatan tanpa syarat.
  7. Konsekuensi Mosi Tidak Percaya (Jokowi): Berdasarkan mosi tidak percaya, Relagama Bergerak akan menyimpulkan bahwa Joko Widodo bukanlah alumni Universitas Gadjah Mada.

Dukungan dari Forum AKSI dan Proses Hukum yang Berlanjut

Desakan terhadap Jokowi untuk menunjukkan ijazahnya juga datang dari pihak lain. Presidium Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (AKSI), Nurmadi H Sumarta, ikut bersuara keras. Ia menyebut kontroversi ini semakin liar sejak aktivis senior Beathor Suryadi membeberkan dugaan bahwa ijazah Jokowi dicetak di Pasar Pramuka.

“Berbagai bukti daftar kepalsuan semakin bertambah, kalau benar alumni, Pak Jokowi segera Tunjukkan saja ijazahmu,” tegas Nurmadi, Minggu (6/7/2025).

Nurmadi juga menyoroti bahwa kasus ini sempat dinyatakan selesai oleh Bareskrim Polri, namun kini kembali dibuka setelah adanya desakan dari Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) melalui Biro Wasidik Mabes Polri. Gelar perkara khusus terkait ijazah ini rencananya akan digelar pada Kamis, 10 Juli 2025.

Forum AKSI menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Relagama Bergerak. Mereka bahkan mengajak seluruh warga untuk ikut hadir dalam aksi di Balairung UGM, Yogyakarta, pada Selasa pagi, 8 Juli 2025, untuk menuntut transparansi.

Aksi Nyata dan Harapan Transparansi

Polemik dugaan ijazah palsu ini telah membuat nama UGM menjadi bahan cibiran dan keprihatinan para alumninya. Baik Relagama Bergerak maupun Forum AKSI sepakat bahwa kejujuran dan keterbukaan adalah harga mati.

“Sudah semestinya UGM dan Jokowi menempuh jalan kekeluargaan dan elegan dengan membuka dan menunjukkan ijazah tersebut yang masih menjadi kontroversi,” kata Nurmadi. “Demi kejujuran dan keterbukaan harus jelas. Benar ataupun salah harus diungkap.”

Apa pun status ijazah Jokowi, sebagai dokumen penting seorang mantan presiden, kejelasannya sangat diperlukan untuk kebenaran sejarah bangsa dan juga untuk menjaga nama baik institusi pendidikan sekelas UGM.

Kesimpulan

Desakan agar mantan Presiden Jokowi menunjukkan ijazah UGM-nya semakin menguat, terutama dari kelompok Relawan Alumni UGM Bergerak dan Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia. Mereka merasa nama baik UGM telah tercemar dan menuntut transparansi penuh dari Jokowi maupun pihak rektorat UGM. Dengan adanya ultimatum dan rencana aksi di Balairung UGM, publik menantikan kejelasan atas polemik yang berdampak pada kredibilitas individu dan institusi pendidikan ini. Kejujuran dan keterbukaan menjadi kunci untuk meredakan spekulasi dan menjaga marwah almamater.