Siapa sangka, perbincangan tentang kemacetan kini tak hanya soal angka dan statistik, tapi juga soal “rasa”? Baru-baru ini, panggung politik Tanah Air diramaikan oleh “perang sindiran” yang cukup unik antara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Topik utamanya? Tentu saja, macet!
Ilustrasi untuk artikel tentang Saling Sindir Gubernur: Dedi Mulyadi Sebut Macet Bandung ‘Terasa Dingin’ Dibanding Jakarta
Pramono Anung sempat melontarkan pernyataan mengejutkan bahwa Kota Bandung kini telah menyalip Jakarta sebagai kota paling macet di Indonesia. Namun, Dedi Mulyadi punya respons yang tak kalah menarik, bahkan bisa dibilang “menyejukkan” hati. Ia mengakui Bandung memang macet, tapi ada satu hal yang membedakannya dari DKI Jakarta: macet di Bandung terasa dingin!
Bandung Jadi Juara Macet? Ini Kata Gubernur DKI Pramono Anung
Bukan rahasia lagi jika Jakarta sering disebut-sebut sebagai salah satu kota termacet di dunia. Namun, menurut Pramono Anung, situasinya kini sudah berubah. Dalam sebuah Rapat Koordinasi Pencegahan Korupsi di Ancol, Jakarta, Kamis (10/7), Pramono berkelakar bahwa Jakarta yang biasanya menduduki peringkat pertama, kini sudah turun ke posisi kelima.
“Jakarta yang biasanya ranking 1 di Indonesia, dan selalu kota termacet 10 besar di dunia,” ujar Pramono. Ia lantas menyindir, “Sekarang nomor satunya Bandung. Mumpung Pak Gubernur Jawa Baratnya belum ada.” Pernyataan Pramono ini merujuk pada data survei dari perusahaan teknologi navigasi asal Belanda, TomTom Traffic Index, yang menempatkan Kota Bandung di posisi teratas kota termacet di Indonesia.
Jawaban Santai Dedi Mulyadi: “Macet di Bandung Mah Dingin!”
Sindiran Pramono Anung tentu saja sampai ke telinga Dedi Mulyadi, yang kebetulan juga hadir dalam acara tersebut. Dengan nada santai namun menohok, Dedi Mulyadi memberikan tanggapan yang langsung menjadi sorotan publik.
“Tetapi kalau saya merasakan sih ya, macet di Bandung mah dingin,” ujar Dedi kepada para wartawan. Sebuah respons yang jenaka, namun mengandung inti perbedaan yang dirasakan banyak orang antara kemacetan di Bandung yang berhawa sejuk dengan kemacetan di Jakarta yang panas dan gerah.
Akar Masalah Kemacetan Bandung dan Upaya Penanganannya
Meski berseloroh, Dedi Mulyadi tidak menutup mata terhadap akar permasalahan kemacetan di Bandung. Ia menyebutkan dua faktor utama:
- Jalanan yang kecil-kecil: Infrastruktur jalan di Bandung memang cenderung tidak selebar di kota-kota besar lain, terutama Jakarta.
- Jumlah kendaraan yang banyak: Populasi kendaraan yang terus bertambah di Bandung Raya, baik dari dalam kota maupun wisatawan, turut memperparah kondisi lalu lintas.
Namun, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Ia menjelaskan bahwa Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, sedang berfokus pada penataan infrastruktur lalu lintas. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga tidak tinggal diam.
“Gubernur juga hari ini sedang mempersiapkan aspek integrasi lalu lintas di wilayah Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat,” sebutnya. Targetnya adalah menghadirkan moda transportasi umum yang ramah lingkungan, terintegrasi, dan terjangkau bagi masyarakat di wilayah Bandung Raya.
Tantangan Perkotaan: Antara Dinginnya Bandung dan Panasnya Jakarta
Perbincangan antara kedua gubernur ini sebenarnya mencerminkan tantangan besar yang dihadapi kota-kota metropolitan di Indonesia. Kemacetan adalah masalah kompleks yang memerlukan solusi terintegrasi, mulai dari peningkatan infrastruktur hingga pengembangan transportasi umum yang memadai.
Meskipun Dedi Mulyadi dengan santainya menyebut macet di Bandung terasa dingin dibandingkan DKI Jakarta, ia tetap serius dalam upaya penanganannya. Ini menunjukkan bahwa di balik sindiran ringan, ada komitmen dari para pemimpin daerah untuk terus mencari solusi terbaik demi kenyamanan warganya. Semoga saja, dengan berbagai upaya yang dilakukan, baik kemacetan di Bandung maupun di Jakarta dapat segera terurai, terlepas dari seberapa “dingin” atau “panas” suasana di dalamnya.