Gaya Santai Dedi Mulyadi Balas Sindiran Pramono Soal Bandung Kota Termacet: “Macetnya Dingin Kok!”

Dipublikasikan 12 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Beberapa waktu belakangan, panggung politik Tanah Air diramaikan oleh “perang sindiran” yang unik antara dua kepala daerah kenamaan: Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Gubernur Jakarta Pramono Anung. Obrolan ini bermula dari sebuah survei yang menobatkan Kota Bandung sebagai kota termacet se-Indonesia. Nah, bagaimana sih gaya Dedi Mulyadi balas Pramono soal Bandung yang jadi sorotan itu? Yuk, kita bedah tuntas!

Gaya Santai Dedi Mulyadi Balas Sindiran Pramono Soal Bandung Kota Termacet:

Ilustrasi untuk artikel tentang Gaya Santai Dedi Mulyadi Balas Sindiran Pramono Soal Bandung Kota Termacet: “Macetnya Dingin Kok!”

Artikel ini akan membawa Anda menyelami momen adu sindir yang penuh canda namun tetap berisi, memahami konteks di balik predikat Bandung kota termacet, serta menilik solusi konkret yang sedang disiapkan oleh Kang Dedi untuk mengatasi persoalan lalu lintas di Ibu Kota Jawa Barat. Siap-siap terhibur sekaligus tercerahkan!

Bandung Jadi Sorotan: Predikat Kota Termacet Se-Indonesia

Semua bermula dari Rapat Koordinasi Pencegahan Korupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Ancol, Jakarta Utara, pada Kamis, 10 Juli 2025. Saat itu, Gubernur Jakarta Pramono Anung melontarkan celotehan yang cukup menggelitik.

Pramono bercanda tentang posisi Jakarta dalam daftar kemacetan yang biasanya langganan peringkat pertama. Ia menyebutkan data dari TomTom Traffic Index, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda, yang kini menempatkan Bandung di posisi teratas sebagai kota termacet di Indonesia.

“Jakarta yang biasanya ranking 1 di Indonesia dan selalu kota termacet 10 besar di dunia, boleh dibuka, sekarang nomor satunya Bandung. Mumpung Pak Gubernur Jawa Baratnya belum ada,” ucap Pramono dengan gaya bercanda, meski Dedi Mulyadi ternyata juga hadir di acara tersebut.

Data TomTom Traffic Index 2024 memang menunjukkan Bandung menjadi kota paling macet di Indonesia, disusul Medan, Palembang, dan Surabaya. Sementara Jakarta yang dulunya sering di puncak, kini turun ke peringkat kelima secara nasional dan ke-90 secara global.

Balasan ‘Dingin’ ala Kang Dedi Mulyadi

Sindiran Pramono Anung itu tentu saja tak luput dari perhatian Dedi Mulyadi. Dengan gayanya yang khas, santai, dan penuh senyum, Gubernur Jawa Barat ini memberikan balasan yang tak kalah menggelitik.

“Kalau saya merasakan sih macet di Bandung itu dingin,” tutur Dedi kepada awak media di sela-sela acara, disambut tawa.

Jawaban ini menunjukkan betapa Dedi Mulyadi selalu punya cara untuk merespons kritik dengan humor, sambil tetap menjaga suasana tetap cair dan positif. Meskipun disebut Bandung kota termacet, ia melihat sisi lain yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh warga Bandung: udara sejuk yang membuat kemacetan terasa sedikit lebih “nyaman”.

Lebih dari Sekadar Candaan: Akar Masalah & Solusi Dedi Mulyadi

Di balik candaannya, Dedi Mulyadi tentu tidak menutup mata soal akar masalah kemacetan di Bandung. Ia mengakui bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan Kota Kembang ini kerap dilanda kepadatan lalu lintas.

Menurut Dedi Mulyadi, masalah utama Bandung macet adalah:

  • Ukuran Jalan: “Problem Bandung itu jalannya kecil-kecil.”
  • Jumlah Kendaraan: “Kemudian selain jalannya kecil-kecil jumlah kendaraan banyak.”

Meskipun masalah kemacetan adalah tugas utama Wali Kota Bandung, Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jabar juga aktif mempersiapkan solusi jangka panjang. Ia menjelaskan bahwa Wali Kota Bandung saat ini sedang bekerja keras melakukan penataan terhadap infrastruktur lalu lintas.

Integrasi Transportasi: Harapan Baru untuk Bandung Raya

Tak hanya mengandalkan penataan jalan, Dedi Mulyadi juga punya visi besar untuk mengatasi kemacetan di Bandung Raya. Ia sedang mempersiapkan konsep integrasi lalu lintas yang melibatkan beberapa wilayah sekaligus.

Konsep ini akan menghubungkan:

  • Kota Bandung
  • Kota Cimahi
  • Kabupaten Bandung
  • Kabupaten Bandung Barat
  • Sumedang

Semua wilayah ini akan dihubungkan menggunakan model transportasi umum yang ramah lingkungan, dengan mobilitas yang murah, dan yang terpenting, terintegrasi. Ini adalah bagian dari rencana besar yang diharapkan bisa mengubah kebiasaan masyarakat dari menggunakan kendaraan pribadi menjadi beralih ke angkutan umum.

Visi ini menunjukkan komitmen Dedi Mulyadi untuk tidak hanya merespons sindiran, tetapi juga memberikan solusi nyata yang berkelanjutan bagi masalah kemacetan yang sudah menjadi bagian dari dinamika kota besar.

Kesimpulan

Momen adu sindir antara Dedi Mulyadi dan Pramono Anung soal Bandung kota termacet menjadi hiburan tersendiri bagi publik. Dengan gaya Dedi Mulyadi balas Pramono yang santai dan humoris, ia berhasil meredakan ketegangan sekaligus menyampaikan pesan penting.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai disindir dan pramono, kunjungi: disindir dan pramono.

Di balik candaan “macet di Bandung dingin”, Gubernur Jabar ini menunjukkan bahwa ia serius dalam melihat permasalahan lalu lintas. Dengan mengakui tantangan ukuran jalan dan jumlah kendaraan, serta mempersiapkan konsep integrasi transportasi umum yang ramah lingkungan dan terjangkau, Dedi Mulyadi sedang merancang masa depan lalu lintas yang lebih baik untuk Bandung dan sekitarnya. Mari kita nantikan bersama realisasi dari rencana-rencana besar ini!