Yogyakarta, zekriansyah.com – Inggris baru saja mengesahkan undang-undang penting bernama Data (Use and Access) Bill. Namun, pengesahan ini diwarnai kontroversi sengit, terutama dari kalangan seniman ternama seperti Sir Elton John, Dua Lipa, dan Sir Paul McCartney. Mereka menentang keras karena RUU ini disahkan tanpa amandemen yang mewajibkan perusahaan teknologi, khususnya pengembang Artificial Intelligence (AI), untuk mendeklarasikan penggunaan materi berhak cipta.
Ilustrasi: Kekecewaan Elton John dan Dua Lipa tersirat jelas menyusul pengesahan RUU Data Inggris tanpa perlindungan memadai bagi karya kreatif.
Mengapa hal ini menjadi isu besar dan apa dampaknya bagi industri kreatif? Mari kita bedah lebih lanjut agar Anda memahami seluk-beluknya.
Data Bill: Apa Itu dan Mengapa Penting?
Awalnya, Data (Use and Access) Bill dirancang untuk tujuan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tujuannya adalah membuka dan mengamankan penggunaan data secara efektif demi kepentingan publik, dengan perkiraan dapat meningkatkan ekonomi sebesar £10 miliar (sekitar Rp 200 triliun) dalam 10 tahun ke depan.
Beberapa poin penting dalam RUU ini meliputi:
- Hak Akses Data Orang Tua: Aturan baru yang memberikan hak kepada orang tua yang berduka untuk mengakses data anak-anak mereka jika meninggal dunia.
- Berbagi Data Kesehatan yang Lebih Mudah: Perubahan yang memungkinkan kepercayaan NHS (National Health Service) untuk berbagi data pasien dengan lebih mudah, demi peningkatan layanan kesehatan.
- Peta Bawah Tanah 3D: Pembuatan peta 3D pipa dan kabel bawah tanah di Inggris. Ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan jalan raya dengan meminimalkan risiko penggalian yang tidak disengaja.
- Efisiensi Administrasi: Departemen Sains, Inovasi, dan Teknologi (DSIT) mengklaim perubahan ini akan menghemat lebih dari satu juta jam waktu administrasi bagi pekerja NHS dan polisi.
- Perlindungan Online: Memperkenalkan pelanggaran baru untuk penyalahgunaan deepfake, yang diharapkan membuat masyarakat lebih aman secara online.
Secara umum, RUU ini memang memiliki banyak manfaat. Namun, satu klausul terkait AI menjadi sumber perdebatan panas.
Elton John dan Para Seniman: Suara Penolakan Terhadap AI
Poin yang paling dipermasalahkan oleh para seniman adalah tidak adanya kewajiban bagi perusahaan AI untuk mendeklarasikan penggunaan materi berhak cipta (lagu, gambar, tulisan, dll.) dalam melatih model AI mereka.
Para seniman dan pendukung mereka berpendapat:
- Ancaman Pencurian: Perusahaan teknologi akan bebas menggunakan konten dari Inggris tanpa membayar. AI kemudian akan dilatih untuk meniru karya tersebut, mengancam pekerjaan seniman manusia.
- “Pencurian Skala Besar”: Sir Elton John secara tegas mengatakan kepada BBC bahwa praktik ini sama dengan “melakukan pencurian, pencurian skala tinggi.”
- Tanpa Transparansi: Para seniman khawatir karya mereka digunakan tanpa izin dan tanpa kompensasi, padahal hasil AI tersebut kelak bisa menggantikan mereka.
Lebih dari 400 tokoh kreatif, termasuk Sir Elton John, Dua Lipa, dan Sir Paul McCartney, telah mendesak pemerintah untuk melindungi undang-undang hak cipta. Mereka ingin ada amandemen yang memaksa pengembang AI untuk mengungkapkan kapan mereka menggunakan materi berhak cipta untuk melatih model mereka, dengan tujuan memastikan lisensi yang tepat.
Drama ‘Ping-Pong’ Parlemen: Lords vs. Commons
Perdebatan mengenai amandemen ini menyebabkan “ping-pong” legislatif yang luar biasa panjang antara Majelis Tinggi (House of Lords) dan Majelis Rendah (House of Commons) di Parlemen Inggris selama berbulan-bulan.
- House of Lords Mendukung Seniman: Majelis Tinggi, yang diisi oleh para bangsawan dan pakar, berulang kali memilih untuk memasukkan amandemen perlindungan hak cipta bagi seniman. Mereka melihat ini sebagai langkah krusial untuk menjaga integritas industri kreatif.
- Pemerintah Menolak Amandemen: Namun, pemerintah Inggris, melalui Majelis Rendah, menolak amandemen tersebut. Alasannya adalah:
- Konsultasi Terpisah: Pemerintah menyatakan sudah melakukan konsultasi terpisah mengenai hak cipta dan AI, dan ingin menunggu hasilnya.
- Menghindari Fragmentasi: Mereka tidak ingin membuat undang-undang secara “sepotong-sepotong” atau terburu-buru.
- Khawatir Menghambat Industri AI: Kritikus terhadap amandemen ini berpendapat bahwa hal itu akan menghambat industri AI dan membuat Inggris tertinggal di sektor yang menguntungkan dan berkembang pesat ini.
Sir Elton John bahkan mengungkapkan kekecewaannya, menyebut pemerintah “pecundang mutlak” dan merasa “sangat dikhianati” setelah Majelis Tinggi mendukung amandemen, namun pemerintah menolaknya. Ia bahkan menyatakan siap membawa masalah ini ke pengadilan.
Meskipun Majelis Tinggi mencoba mempertahankan pendiriannya, pada akhirnya RUU ini disahkan tanpa amandemen perlindungan hak cipta AI yang diinginkan oleh para seniman.
Dampak dan Masa Depan Industri Kreatif Inggris
Pengesahan Data Bill tanpa amandemen ini menjadi “kemenangan yang pahit” bagi pemerintah, menurut Baroness Kidron, seorang pembuat film yang memimpin perjuangan untuk amandemen tersebut. Ia berpendapat bahwa kerugiannya adalah menyerahkan aset kreatif Inggris kepada pengembang AI, yang sebagian besar berbasis di AS.
- Ancaman Industri Kreatif: Banyak pihak yang tetap menentang dan sangat yakin bahwa industri kreatif Inggris senilai £124 miliar (sekitar Rp 2.500 triliun) berada di bawah ancaman serius jika pemerintah tidak secara aktif memenuhi tuntutan mereka.
- Perjuangan Berlanjut: Owen Meredith, kepala eksekutif News Media Association, menyatakan bahwa parlemen dan 2,4 juta pekerja kreatif Inggris akan berjuang tanpa lelah untuk memastikan undang-undang hak cipta yang terkenal di dunia ditegakkan.
- Janji Pemerintah: Sebagai kompromi, pemerintah menjanjikan pernyataan parlemen enam bulan setelah RUU disahkan, serta laporan mengenai penggunaan karya berhak cipta dalam pengembangan AI. Sebuah kelompok kerja parlemen juga akan dibentuk.
Kesimpulan
Pengesahan Data (Use and Access) Bill di Inggris menandai langkah maju dalam pemanfaatan data untuk berbagai sektor, dari kesehatan hingga infrastruktur. Namun, di balik manfaat tersebut, tersembunyi kekecewaan mendalam dari para seniman dan pegiat hak cipta.
Meskipun tokoh sekaliber Sir Elton John dan Dua Lipa telah bersuara lantang, amandemen krusial terkait perlindungan hak cipta AI tidak berhasil masuk dalam undang-undang yang disahkan. Ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang masa depan industri kreatif Inggris dan bagaimana karya-karya seniman akan dilindungi di era AI yang semakin canggih.
Perdebatan mengenai AI dan hak cipta dipastikan belum berakhir. Pertanyaan tentang keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan karya kreatif akan terus menjadi sorotan utama di panggung global.