Yogyakarta, zekriansyah.com – DHARAMSHALA – Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, baru-baru ini membuat pengumuman penting yang mengakhiri spekulasi bertahun-tahun mengenai masa depan jabatannya. Menjelang ulang tahunnya yang ke-90, Dalai Lama menegaskan bahwa institusi berusia 600 tahun ini akan terus berlanjut setelah kematiannya, dan yang berhak menentukan penerusnya hanyalah lembaga yang ia dirikan.
Ilustrasi: Sang Pemimpin Spiritual Tibet menggarisbawahi kemandirian institusinya dalam memilih penerusnya, menepis klaim Beijing.
Pengumuman ini bukan sekadar berita biasa, melainkan memiliki makna spiritual dan geopolitik yang sangat dalam. Bagi umat Buddha Tibet di seluruh dunia, ini adalah jaminan kelangsungan tradisi suci mereka. Sementara itu, bagi pengamat politik internasional, pernyataan ini secara terang-terangan menantang klaim Tiongkok yang ingin ikut campur dalam proses suksesi Dalai Lama. Dengan membaca artikel ini, Anda akan memahami mengapa pengumuman ini sangat krusial dan bagaimana dampaknya bagi masa depan Tibet.
Mengapa Dalai Lama Mengumumkan Penerus?
Selama bertahun-tahun, ada spekulasi bahwa Dalai Lama Tenzin Gyatso mungkin akan menjadi yang terakhir memegang peran ini. Namun, ia kini menegaskan sebaliknya.
“Saya menegaskan bahwa institusi Dalai Lama akan berlanjut,” kata Dalai Lama dalam sebuah pesan video yang disiarkan pada perayaan menjelang ulang tahunnya ke-90 di Dharamshala, India.
Keputusan ini diambil setelah ia menerima banyak permohonan dari umat Buddha di berbagai belahan dunia, termasuk dari dalam Tibet sendiri, yang “dengan sungguh-sungguh meminta agar institusi Dalai Lama terus berlanjut.” Permintaan ini menunjukkan betapa besar keinginan para pengikutnya untuk menjaga kelangsungan peran spiritual ini.
Dalai Lama ke-14, yang diyakini sebagai manifestasi hidup dari Chenrezig (Bodhisattva Welas Asih), telah menjadi simbol non-kekerasan dan perjuangan budaya Tibet di bawah kekuasaan Tiongkok. Usianya yang semakin lanjut juga memicu kekhawatiran tentang kepemimpinan Tibet di masa depan. Oleh karena itu, pengumuman ini memberikan kelegaan besar bagi jutaan pengikutnya.
Siapa yang Berhak Menentukan Penerus Dalai Lama?
Dalam pengumumannya, Dalai Lama Tenzin Gyatso memperjelas siapa yang memiliki otoritas tunggal dalam menentukan penerusnya.
- Otoritas Penuh pada Gaden Phodrang Trust: Dalai Lama menyatakan bahwa Gaden Phodrang Trust, sebuah yayasan nirlaba yang ia dirikan pada tahun 2015 untuk mengelola urusan spiritual dan institusi Dalai Lama, akan memiliki otoritas tunggal untuk menemukan dan mengenali reinkarnasinya di masa depan.
- Sesuai Tradisi Buddha Kuno: Proses pencarian dan pengakuan penerus harus dilakukan “sesuai dengan tradisi masa lalu.” Ini mengacu pada metode tradisional yang melibatkan para biksu senior dalam mencari tanda-tanda spiritual dan visi untuk mengidentifikasi anak yang diyakini sebagai reinkarnasi.
- Penolakan Campur Tangan Pihak Lain: Dalai Lama menekankan,
> “Tidak ada orang lain yang memiliki wewenang untuk campur tangan dalam masalah ini.”
Pernyataan ini jelas menolak campur tangan pihak luar, terutama Tiongkok. - Fleksibilitas dalam Penentuan: Penpa Tsering, presiden pemerintahan Tibet di pengasingan, menyatakan bahwa Dalai Lama masa depan bisa berasal dari negara mana pun dan berjenis kelamin apa pun. Dalai Lama sendiri sebelumnya pernah mengisyaratkan bahwa penerusnya bisa jadi seorang wanita atau lahir di luar Tiongkok, di “dunia yang bebas.”
Reaksi Keras Tiongkok: Klaim Otoritas Penuh
Pengumuman Dalai Lama ini langsung memicu reaksi keras dari Tiongkok. Beijing mengklaim bahwa mereka sendirilah yang memiliki otoritas untuk menyetujui pemimpin spiritual berikutnya.
- Klaim Kedaulatan Tiongkok: Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, mengatakan bahwa “reinkarnasi Dalai Lama harus mematuhi prinsip pencarian domestik di Tiongkok” dan “persetujuan dari pemerintah pusat.”
- Metode “Guci Emas”: Tiongkok bersikeras bahwa prosesnya harus “mengikuti ritual keagamaan dan pengaturan sejarah,” termasuk penggunaan ritual “Guci Emas” yang berasal dari Dinasti Qing abad ke-18. Dalam ritual ini, nama-nama kandidat akan diundi dari sebuah guci.
- Dalai Lama Dianggap Separatis: Tiongkok memandang Dalai Lama sebagai separatis dan pemberontak yang mencoba memisahkan Tibet dari Tiongkok. Mereka menuduh Dalai Lama melakukan “kegiatan separatis dengan kedok agama.”
- Contoh Kasus Panchen Lama: Tiongkok telah menggunakan pendekatan ini sebelumnya. Pada tahun 1995, setelah kematian Panchen Lama ke-10 (tokoh spiritual tertinggi kedua di Tibet), Dalai Lama mengakui seorang anak laki-laki berusia enam tahun sebagai reinkarnasinya. Namun, anak itu dan keluarganya hilang dalam tahanan Tiongkok, dan Tiongkok kemudian menunjuk kandidatnya sendiri, yang sebagian besar ditolak oleh umat Tibet.
Konflik Otoritas dan Dampak Geopolitik
Konflik mengenai suksesi Dalai Lama ini bukan hanya masalah spiritual, tetapi juga pertarungan kekuasaan geopolitik yang mendalam.
- Potensi Dua Dalai Lama: Banyak pengamat percaya bahwa pada akhirnya akan ada dua Dalai Lama yang bersaing: satu yang ditunjuk oleh Beijing, dan satu lagi oleh para biksu senior yang setia kepada Dalai Lama saat ini. Hal ini akan memperdalam perpecahan dalam komunitas Tibet dan agama Buddha.
- Simbol Perlawanan Tibet: Bagi sebagian besar umat Buddha Tibet, baik di Tibet maupun di pengasingan, mereka menentang keras kontrol ketat Tiongkok atas wilayah tersebut. Pengumuman Dalai Lama ini memperkuat posisi mereka dan menjadi simbol perjuangan untuk menjaga identitas mereka tetap hidup.
- Peran Internasional: Isu suksesi ini juga menarik perhatian global. Amerika Serikat, misalnya, telah mengesahkan Undang-Undang Kebijakan dan Dukungan Tibet pada tahun 2020, yang mengancam sanksi terhadap pejabat Tiongkok yang ikut campur dalam proses pemilihan. India, sebagai negara tuan rumah bagi Dalai Lama dan pemerintahan Tibet di pengasingan, juga memiliki kepentingan besar dalam masalah ini.
Kesimpulan
Pengumuman Dalai Lama tentang kelanjutan institusi spiritualnya dan penegasan otoritas Gaden Phodrang Trust dalam menentukan penerus adalah langkah besar yang mengakhiri ketidakpastian bertahun-tahun. Ini adalah penegasan kedaulatan spiritual Tibet yang jelas, sekaligus tantangan langsung terhadap klaim Tiongkok.
Konflik otoritas ini kemungkinan besar akan terus berlanjut dan membentuk dinamika geopolitik di masa depan. Meskipun Tiongkok mungkin akan mencoba menunjuk Dalai Lama versinya sendiri, sebagian besar umat Tibet dan komunitas internasional diperkirakan akan menolaknya. Pengumuman ini menjadi pengingat penting akan ketahanan tradisi kuno di tengah tekanan politik modern, serta semangat masyarakat Tibet dalam menjaga keyakinan dan identitas mereka.
FAQ
Tanya: Mengapa Dalai Lama mengumumkan akan ada penerus?
Jawab: Dalai Lama menegaskan bahwa institusi Dalai Lama akan berlanjut untuk menjamin kelangsungan tradisi suci bagi umat Buddha Tibet. Pengumuman ini juga untuk menanggapi spekulasi mengenai akhir dari peran tersebut dan menantang klaim campur tangan Tiongkok.
Tanya: Siapa yang berhak menentukan penerus Dalai Lama?
Jawab: Lembaga yang didirikan oleh Dalai Lama sendiri yang berhak menentukan siapa penerusnya. Ini menegaskan otoritas institusi tersebut dalam proses suksesi.
Tanya: Apa implikasi geopolitik dari pengumuman ini?
Jawab: Pengumuman ini secara terang-terangan menantang klaim Tiongkok yang ingin ikut campur dalam pemilihan penerus Dalai Lama. Hal ini memiliki makna penting bagi masa depan Tibet dan hubungan internasionalnya.