Yogyakarta, zekriansyah.com – PENDAHULUAN
Kabar baik datang dari Inggris bagi para orang tua yang mengalami keguguran. Setelah perjuangan panjang, pemerintah berencana memperluas hak cuti berduka bagi mereka yang kehilangan kehamilan sebelum usia 24 minggu. Ini adalah langkah maju yang besar untuk mengakui duka mendalam yang dialami banyak keluarga, yang selama ini sering terabaikan secara hukum.
Ilustrasi: Inggris rayakan tonggak baru: hak cuti berduka kini hadir bagi orang tua yang kehilangan buah hati sebelum 24 minggu kehamilan.
Membaca artikel ini akan membantu Anda memahami mengapa perubahan ini begitu penting, bagaimana aturan baru ini akan bekerja, dan siapa saja yang berada di balik upaya mulia ini. Meskipun ini terjadi di Inggris, kisahnya bisa menjadi inspirasi tentang bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat bersama-sama menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan suportif.
Mengapa Perubahan Ini Penting: Mengakui Duka yang Sering Terabaikan
Selama ini, di Inggris, hak cuti berduka secara resmi hanya diberikan kepada orang tua yang kehilangan bayi setelah usia kehamilan 24 minggu (dikenal sebagai stillbirth atau lahir mati) atau jika seorang anak meninggal dunia sebelum usia 18 tahun. Artinya, jika keguguran terjadi sebelum batas waktu 24 minggu tersebut, tidak ada kewajiban hukum bagi perusahaan untuk memberikan cuti khusus.
Padahal, kehilangan kehamilan, bahkan di tahap awal sekalipun, bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis dan menyakitkan secara emosional maupun fisik. Banyak orang tua merasa terpaksa untuk kembali bekerja segera setelah keguguran, menyembunyikan duka mereka karena tidak ada pengakuan resmi atas kehilangan tersebut.
“Tidak ada seorang pun yang sedang melalui kepedihan kehilangan kehamilan harus kembali bekerja sebelum mereka siap,” kata Wakil Perdana Menteri Inggris, Angela Rayner.
Dampak fisik dan emosional dari keguguran seringkali diremehkan. Gejala berduka seperti sulit makan, sulit tidur, dan perasaan putus asa adalah hal yang wajar, namun banyak pekerja harus menanggungnya sambil berpura-pura baik-baik saja di tempat kerja. Perubahan undang-undang ini diharapkan dapat menghapus stigma dan memberikan ruang bagi orang tua untuk berduka tanpa tekanan.
Detail Aturan Baru: Cuti Berduka untuk Keguguran Dini
Pemerintah Inggris berencana mengubah Undang-Undang Hak Ketenagakerjaan (Employment Rights Bill) untuk memberikan hak cuti berduka kepada orang tua yang mengalami keguguran pada tahap kehamilan mana pun, termasuk sebelum 24 minggu.
- Durasi Cuti: Hak cuti yang diperluas ini akan berlaku setidaknya selama satu minggu. Beberapa sumber menyebutkan potensi hingga dua minggu, meskipun durasi pastinya masih dalam tahap konsultasi lebih lanjut.
- Siapa yang Berhak: Baik ibu maupun pasangannya akan memiliki hak hukum untuk mengambil waktu istirahat dari pekerjaan untuk berduka.
- Status Cuti: Meskipun kelompok advokasi seperti Miscarriage Association telah mengupayakan cuti berbayar, komitmen pemerintah saat ini tampaknya adalah untuk cuti tidak berbayar. Namun, ini tetap merupakan langkah maju yang signifikan karena secara resmi mengakui keguguran sebagai bentuk kehilangan yang memerlukan waktu berduka, bukan hanya “sakit terkait kehamilan”.
- Dasar Hukum: Perubahan ini akan dimasukkan ke dalam Undang-Undang Hak Ketenagakerjaan (Employment Rights Bill) yang sedang dalam proses pembahasan di Parlemen Inggris.
- Waktu Pemberlakuan: Beberapa laporan menyebutkan target implementasi untuk hak cuti berduka ini adalah pada tahun 2027, meskipun proses legislasi sudah berjalan.
Suara di Balik Perubahan: Perjuangan Para Pihak
Perubahan penting ini adalah hasil dari perjuangan panjang berbagai pihak, terutama para aktivis dan anggota parlemen yang mengalami langsung dampak keguguran.
Salah satu tokoh utamanya adalah Sarah Owen, Anggota Parlemen dari Partai Buruh yang juga Ketua Komite Perempuan dan Kesetaraan. Owen telah lama mengkampanyekan perubahan ini, bahkan berbagi pengalaman pribadinya tentang keguguran pada tahun 2021. Ia merasa pulih secara fisik dalam beberapa hari, namun mengalami semua tanda klasik berduka.
“Saya tidak bisa makan, saya tidak bisa tidur. Saya benar-benar tidak punya harapan banyak bahwa hidup akan menjadi lebih cerah,” kenangnya.
Vicki Robinson, CEO Miscarriage Association, menyambut baik pengumuman ini. Ia menyebutnya sebagai “langkah yang sangat penting yang mengakui dampak seringkali sangat signifikan dari kehilangan sebelum 24 minggu, tidak hanya bagi mereka yang mengalami kehilangan fisik, tetapi juga bagi pasangan mereka.”
Pemerintah, melalui Menteri Bisnis Justin Madders, juga menyatakan dukungan penuh terhadap prinsip cuti berduka untuk kehilangan kehamilan, mengakui bahwa “berduka bukanlah penyakit, itu bukan liburan, dan itu memang membutuhkan kategori cuti khusus.”
Statistik Penting:
Data menunjukkan bahwa keguguran adalah kejadian yang sangat umum. Setiap tahun, sekitar 250.000 calon ibu di Inggris mengalami keguguran. Antara 10% hingga 20% kehamilan berakhir dengan keguguran dini dalam 12 minggu pertama kehamilan. Angka ini menunjukkan betapa luasnya masalah ini dan betapa banyak keluarga yang terdampak.
Implikasi Bagi Pekerja dan Pengusaha
Sebelum adanya hak hukum ini, karyawan yang mengalami keguguran seringkali harus mengandalkan cuti sakit, cuti tahunan, atau cuti tidak berbayar yang diberikan atas kebijakan perusahaan. Variasi dukungan yang diberikan antarperusahaan sangat besar, membuat banyak orang tua merasa tidak didukung atau bahkan terdiskriminasi.
Dengan adanya hak cuti berduka secara hukum, diharapkan semua orang tua akan mendapatkan dukungan yang sama, terlepas dari tempat mereka bekerja. Ini akan membantu mengurangi tekanan untuk kembali bekerja terlalu cepat dan memberikan waktu yang krusial untuk pemulihan fisik dan emosional.
Bagi pengusaha, ini berarti perlunya penyesuaian kebijakan internal untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang baru. Namun, lebih dari itu, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan empati dan komitmen terhadap kesejahteraan karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas staf dan retensi. Praktik ini juga bisa menjadi contoh bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk mempertimbangkan kebijakan serupa demi lingkungan kerja yang lebih manusiawi.
KESIMPULAN
Perluasan hak cuti berduka bagi orang tua yang mengalami keguguran sebelum 24 minggu di Inggris adalah sebuah terobosan penting. Ini bukan hanya tentang memberikan waktu istirahat, tetapi juga tentang pengakuan resmi atas duka yang mendalam dan seringkali tak terlihat. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi stigma seputar keguguran, memastikan bahwa orang tua yang berduka mendapatkan dukungan yang layak, dan menciptakan budaya kerja yang lebih empatik. Mari kita berharap inisiatif positif seperti ini dapat menginspirasi lebih banyak negara untuk memberikan perhatian dan dukungan yang lebih baik bagi para orang tua yang mengalami kehilangan kehamilan.
FAQ
Tanya: Kapan hak cuti berduka bagi orang tua yang keguguran di Inggris akan berlaku?
Jawab: Pemerintah Inggris berencana memperluas hak cuti berduka bagi orang tua yang mengalami keguguran sebelum usia 24 minggu. Rincian waktu pasti penerapan aturan baru ini belum diumumkan dalam ringkasan artikel.
Tanya: Siapa saja yang berhak mendapatkan cuti berduka ini?
Jawab: Hak cuti berduka ini akan diberikan kepada orang tua yang kehilangan kehamilan sebelum usia 24 minggu. Sebelumnya, hak ini hanya berlaku untuk stillbirth (lahir mati) setelah 24 minggu atau kematian anak di bawah 18 tahun.
Tanya: Mengapa perubahan ini dianggap penting?
Jawab: Perubahan ini penting untuk mengakui duka mendalam yang dialami orang tua akibat keguguran, yang secara emosional dan fisik bisa sangat traumatis. Sebelumnya, tidak ada kewajiban hukum bagi perusahaan untuk memberikan cuti khusus dalam kasus keguguran sebelum 24 minggu.