Sensor Ketat China: Penulis Novel Erotis Gay Jadi Target Penangkapan Massal

Dipublikasikan 30 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Belakangan ini, China kembali menjadi sorotan dunia terkait penindakannya terhadap kebebasan berekspresi. Kali ini, targetnya adalah para penulis muda, mayoritas perempuan, yang gemar menulis dan menerbitkan fiksi romansa pria-pria atau yang dikenal dengan genre “danmei” (boys’ love) secara online. Penangkapan massal ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang batas-batas kreativitas dan hak asasi manusia di negara tersebut.

Sensor Ketat China: Penulis Novel Erotis Gay Jadi Target Penangkapan Massal

Ilustrasi: Kekangan sensor di China menjerat penulis novel erotis gay, memicu penangkapan massal.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa para penulis muda ini menjadi sasaran, apa saja dampak yang mereka alami, dan bagaimana fenomena ini mencerminkan dinamika sosial serta politik di China. Dengan memahami artikel ini, Anda akan mendapatkan gambaran jelas tentang isu kompleks yang sedang terjadi.

Mengenal Danmei: Fiksi Romantis yang Dicintai Wanita Muda China

Danmei adalah genre fiksi yang berpusat pada hubungan romantis, seringkali dengan elemen erotis, antara karakter laki-laki. Awalnya populer di Jepang, danmei menyebar dan menemukan basis penggemar yang sangat loyal di China, terutama di kalangan wanita muda. Genre ini seringkali mengangkat berbagai latar, mulai dari sejarah, fantasi, hingga fiksi ilmiah.

Mengapa danmei begitu populer?

  • Ruang Ekspresi Wanita: Dalam masyarakat yang kerap membatasi ekspresi keinginan seksual wanita dan peran gender tradisional (pernikahan dan kehamilan), danmei menjadi saluran kreatif. Melalui fiksi ini, wanita bisa mengeksplorasi fantasi dan keinginan mereka dalam hubungan yang seringkali digambarkan lebih setara dan bebas dari tekanan realitas gender.
  • Pelarian dari Realitas: Danmei menawarkan pelarian dari tekanan kehidupan nyata bagi banyak wanita muda China. Cerita-cerita ini seringkali menampilkan karakter pria yang rentan dan nyaman dengan emosi mereka, kontras dengan gambaran hubungan heteroseksual yang tidak setara yang sering dialami wanita di kehidupan nyata.

Banyak penulis danmei menerbitkan karya mereka di platform seperti Haitang Literature City, situs yang di-host di Taiwan dan dikenal sebagai surga bagi fiksi erotis. Di sanalah, kreativitas mereka berkembang dan menarik jutaan pembaca.

Jerat Hukum “Pornografi” dan Penangkapan Brutal

Penulis danmei kini menghadapi tuduhan pelanggaran hukum pornografi China, yaitu “memproduksi dan mendistribusikan materi cabul.” Hukuman yang menanti tidak main-main: penulis yang mendapatkan keuntungan dari karyanya bisa dipenjara lebih dari 10 tahun.

Pengalaman para penulis yang ditangkap sangat memilukan. Salah satu penulis dengan akun Pingping Anan Yongfu berbagi kisahnya di Weibo sebelum akunnya dihapus:

“Saya diperingatkan untuk tidak membicarakannya. Saya tidak akan pernah melupakannya – diantar ke mobil di depan umum, menahan penghinaan telanjang bulat untuk pemeriksaan di depan orang asing, mengenakan rompi untuk foto, duduk di kursi, gemetar ketakutan, jantung saya berdebar.”

Sejak Februari lalu, setidaknya 30 penulis, hampir semuanya wanita berusia 20-an, telah ditangkap di seluruh China. Banyak yang kini dibebaskan dengan jaminan atau menunggu persidangan, namun beberapa masih ditahan. Bahkan, ada laporan bahwa ratusan penulis telah dipanggil untuk diinterogasi.

Beberapa contoh kasus:

  • Sijin de Sijin: Penulis ini menceritakan pengalaman pertamanya naik pesawat adalah untuk terbang ke kantor polisi di Lanzhou. Ia hanya menghasilkan sekitar 4.000 yuan (sekitar Rp9 juta) dari dua bukunya di Haitang, namun “penghasilan tersebut menjadi bukti kejahatannya.”
  • Penulis Anonim (20 tahun): Mengaku hidupnya hancur. “Saya baru 20 tahun. Begitu muda, dan saya sudah merusak hidup saya begitu awal.”
  • Yunjian: Seorang penulis populer yang telah menulis danmei selama hampir 10 tahun. Ia dipenjara selama 4,5 tahun dan seluruh penghasilannya sebesar 1,85 juta yuan (sekitar Rp4,2 miliar) disita.

Motif di Balik Penindasan: Dari Keuntungan hingga Ideologi

Penindakan ini bukan kali pertama. Tahun lalu, puluhan penulis Haitang juga diproses hukum. Ada beberapa motif di balik gelombang penangkapan ini:

  1. “Offshore Fishing” (Mencari Keuntungan): Polisi di beberapa daerah, seperti Lanzhou dan Jixi, dituduh melakukan “offshore fishing”. Ini adalah istilah untuk praktik polisi lokal yang memanggil tersangka dari luar yurisdiksi mereka, seringkali dengan motif finansial untuk mendapatkan pendapatan dari denda. Kejahatan siber sangat rentan terhadap praktik ini, terutama jika mereka mengklaim ada pembaca lokal yang “terkorupsi.”
  2. Mendorong Nilai Keluarga Tradisional: Pemerintah China di bawah kepemimpinan Xi Jinping berupaya mempromosikan “pemuda nasional” dan nilai-nilai keluarga tradisional, terutama di tengah angka pernikahan dan kelahiran yang terus menurun. Danmei dianggap sebagai faktor yang membuat wanita kurang bersedia memiliki anak.
  3. Definisi “Cabul” yang Usang dan Bias: Undang-undang China tentang pornografi, yang terakhir diperbarui pada tahun 2010, menetapkan standar yang sangat rendah untuk mengkriminalisasi “distribusi” materi cabul. Hanya 5.000 views atau keuntungan 5.000 yuan (sekitar Rp11 juta) sudah bisa dianggap sebagai kejahatan. Para pakar hukum mengkritik definisi “cabul” yang tidak jelas dan bias, terutama karena penggambaran heteroseksual seringkali mendapat kelonggaran lebih besar dibandingkan erotika gay.
  4. Kampanye “Membersihkan Internet”: Beijing telah meluncurkan serangkaian kampanye untuk “membersihkan” internet dari konten yang dianggap “tidak pantas” atau “vulgar.” Fiksi danmei, yang dianggap “subversif,” tampaknya lebih mengganggu pihak berwenang.

Sensor terhadap diskusi online juga sangat ketat. Tagar seperti #HaitangAuthorsArrested sempat menarik puluhan juta views di Weibo sebelum disensor. Postingan yang menawarkan bantuan hukum juga dihapus, dan akun penulis serta berita terkait menghilang.

Dampak pada Penulis dan Kebebasan Berekspresi

Dampak penindakan ini sangat luas, tidak hanya secara hukum tetapi juga sosial dan psikologis bagi para penulis.

  • Stigma dan Rasa Malu: Banyak penulis yang merasa malu dan telah “merusak” reputasi keluarga mereka. Salah satunya menulis, “Saya selalu menjadi gadis baik di mata orang tua saya. Tapi hari itu, saya hanya membawa rasa malu bagi mereka. Mereka tidak akan pernah bisa mengangkat kepala lagi.”
  • Ancaman Karir dan Pendidikan: Beberapa mahasiswa yang ditangkap mengaku bahwa insiden ini menghancurkan peluang mereka untuk melanjutkan pendidikan atau berkarir.
  • Pembatasan Kreativitas: Untuk menghindari sensor, penulis danmei terpaksa menggunakan metafora yang semakin aneh. Misalnya, “membuat makan malam” berarti seks, dan “alat dapur” adalah kode untuk alat kelamin pria.

Meskipun demikian, solidaritas di antara komunitas penulis danmei tetap kuat. Banyak pengacara menawarkan bantuan hukum pro bono. Beberapa penulis bahkan menyatakan tidak akan berhenti menulis, seperti Sijin de Sijin: “Jika saya bisa kembali, saya akan tetap memilih untuk menulis. Dan saya akan terus menulis.”

Penindakan ini menjadi pengingat keras tentang perjuangan kebebasan berekspresi dan kreativitas di China. Di tengah upaya pemerintah untuk mengontrol narasi dan mempromosikan nilai-nilai tertentu, suara-suara yang dianggap menyimpang terus ditekan. Namun, semangat untuk berkarya dan berekspresi, tampaknya, tak mudah padam.

Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi kebebasan berekspresi di China dan dampak yang dialami oleh para penulis muda ini. Mari terus mendukung nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan di mana pun kita berada.

FAQ

Tanya: Mengapa penulis fiksi “danmei” di China ditangkap?
Jawab: Penangkapan ini terkait dengan penindakan pemerintah China terhadap konten yang dianggap melanggar norma kesusilaan dan dapat mengancam stabilitas sosial.

Tanya: Siapa saja yang menjadi target utama penangkapan ini?
Jawab: Target utama adalah para penulis muda, mayoritas perempuan, yang menerbitkan fiksi romansa pria-pria atau genre “danmei” secara online.

Tanya: Apa dampak penangkapan massal ini terhadap para penulis?
Jawab: Para penulis menghadapi konsekuensi hukum dan psikologis, serta menimbulkan kekhawatiran serius tentang kebebasan berekspresi di China.

Tanya: Mengapa genre “danmei” populer di kalangan wanita muda China?
Jawab: Danmei menawarkan ruang ekspresi bagi wanita untuk mengeksplorasi fantasi dan keinginan mereka dalam hubungan, di luar batasan peran gender tradisional.