Yogyakarta, zekriansyah.com – Kisah dramatis evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang meninggal dunia di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih menyisakan banyak cerita haru dan menegangkan. Salah satu sosok yang menjadi sorotan adalah Agam Rinjani, pemandu gunung yang terlibat langsung dalam proses evakuasi jenazah Juliana dari dasar jurang sedalam lebih dari 600 meter.
Ilustrasi: Perjuangan epik Agam Rinjani menyelamatkan jenazah pendaki dari jurang Rinjani yang mencekam.
Lewat artikel ini, Anda akan diajak memahami betapa luar biasa perjuangan Agam dan timnya dalam misi kemanusiaan yang penuh risiko ini. Anda juga akan tahu mengapa aksi Agam begitu diapresiasi hingga dijuluki “pahlawan” oleh warganet Brasil, serta pelajaran penting yang bisa kita ambil dari peristiwa tragis ini. Mari selami ceritanya!
Misi Evakuasi Paling Berat di Rinjani
Proses evakuasi jenazah Juliana Marins yang berlangsung pada Rabu (25/6/2025) menjadi sorotan nasional dan internasional. Agam Rinjani, yang dikenal sebagai ahli vertical rescue, menyebut misi kali ini sebagai yang paling berat selama ia bertugas di Gunung Rinjani. Medan yang sangat ekstrem, berupa jurang terjal sedalam lebih dari 600 meter, menjadi tantangan utama.
Tim evakuasi yang berjumlah tujuh orang dibagi menjadi dua kelompok: tiga orang berada di atas tebing dan empat orang, termasuk Agam, berada di bawah. Mereka harus berhadapan dengan kondisi alam yang sangat tidak bersahabat.
“Selama saya evakuasi di Rinjani ini, itu yang paling sulit yang pernah saya lalui,” ujar Agam.
Bermalam di Tepi Jurang Bersama Jenazah
Tak hanya sulit, tim evakuasi bahkan harus bermalam di tebing curam tersebut. Mereka tidur dalam posisi menggantung, hanya mengandalkan anchor yang dibor ke batu, demi bisa melanjutkan proses evakuasi keesokan harinya.
“Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter,” tulis Agam dalam unggahan Instagram-nya @agam_rinjani.
Risiko yang dihadapi sangat tinggi. Suhu di tebing bisa mencapai 5 derajat Celcius, membuat ancaman hipotermia sangat nyata. Belum lagi bahaya longsoran batu yang bisa datang sewaktu-waktu, terutama jika hujan turun.
“Kalau tidak tahu, apalagi kalau hujan malam, ya selesai kita, pasti diserang hipotermia. Kalau hujan kita semua mati. Kalau hujan, bakal ada longsor batu dari atas,” kata Agam.
Salah satu anggota tim, Syamsul alias Botol, bahkan sempat bermalam sendirian di tebing untuk memastikan posisi jenazah. Sebuah tindakan berani yang mempertaruhkan nyawa demi misi kemanusiaan. Evakuasi jenazah Juliana sendiri memakan waktu sekitar 12 jam dengan sistem manual, dilakukan perlahan karena medan yang curam dan bahaya longsoran batu.
Agam Rinjani, “Pahlawan” dari Brasil dan Gelombang Donasi
Aksi heroik Agam menuai apresiasi luar biasa, terutama dari warganet dan media Brasil. Julukan “pahlawan” pun disematkan kepadanya karena keberaniannya mengevakuasi jenazah Juliana dalam kondisi yang sangat berisiko. Agam sendiri menegaskan bahwa sejak awal ia bertekad tidak akan meninggalkan lokasi sebelum jasad Juliana berhasil dibawa naik.
Setelah kisah evakuasi ini viral, warganet Brasil berinisiatif membuka donasi untuk Agam. Donasi ini bukan atas permintaan Agam, melainkan murni inisiatif dan apresiasi dari masyarakat Brasil.
“Orang-orang Brasil yang meminta. Mereka memaksa untuk memberikan apresiasi,” ungkap Agam.
Donasi yang terkumpul melalui platform voaa.me/agam ini bahkan mencapai angka fantastis, lebih dari Rp1,3 miliar. Agam menyatakan bahwa dana tersebut tidak akan digunakan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk dua tujuan utama:
- Pembelian perlengkapan evakuasi yang lebih memadai untuk meningkatkan keselamatan dan kesiapan tim di Gunung Rinjani.
- Kegiatan penanaman pohon sebagai bentuk pelestarian lingkungan di Rinjani.
Harapan Agam untuk Keselamatan Pendaki Rinjani
Agam berharap insiden tragis ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, tidak hanya dalam aspek penanggulangan, tetapi juga pencegahan. Ia menekankan perlunya peningkatan fasilitas, perlengkapan, dan prosedur keselamatan pendakian di Gunung Rinjani.
“Bagaimana mengurangi jumlah tingkat kecelakaan di gunung-gunung,” ujarnya.
Selain meningkatkan peralatan evakuasi, Agam juga ingin agar tim relawan dilibatkan secara lebih aktif dalam upaya penyelamatan dan pencegahan kecelakaan.
Sisi Lain Misi Heroik: Suara dari Tim SAR Lain
Di balik pujian yang mengalir, muncul pula suara dari anggota Tim SAR yang merasa bahwa proses evakuasi ini adalah hasil kerja kolektif, bukan hanya individu. Salah satu anggota Tim SAR, Rio Pratama, sempat mengunggah kritik terbuka di Instagram.
“Jutaan orang bilang @agam_rinjani adalah pahlawan… Pertanyaan saya, apakah bisa Agam evakuasi sendiri? Apakah bisa Agam membawa dan mempersiapkan peralatan untuk evakuasi sendiri?” tulis Rio.
Rio mengklaim bahwa dirinya dan 22 anggota Tim SAR lainnya turut menarik tali dan menyuplai peralatan yang memungkinkan Agam turun ke jurang. Ia juga menyebut penggalangan donasi yang mengatasnamakan Agam tidak diketahui oleh sebagian besar tim.
Menanggapi hal ini, Agam sendiri menolak jika donasi tersebut diberikan hanya untuk dirinya. Ia bersikeras bahwa perjuangan tersebut dilakukan bersama tim, dan berjanji akan membagikan donasi itu kepada rekan-rekan yang terlibat dalam evakuasi.
Kesimpulan
Kisah perjuangan Agam Rinjani dan timnya dalam mengevakuasi jenazah Juliana Marins di Gunung Rinjani adalah gambaran nyata dari dedikasi dan keberanian manusia dalam menghadapi alam ekstrem. Meskipun Agam dikenal luas sebagai “pahlawan”, ia sendiri menekankan bahwa keberhasilan misi ini adalah hasil kerja sama seluruh tim penyelamat. Semoga insiden ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk terus meningkatkan standar keselamatan pendakian dan melestarikan keindahan alam Rinjani.
FAQ
Tanya: Siapa Agam Rinjani dan mengapa ia menjadi sorotan dalam artikel ini?
Jawab: Agam Rinjani adalah pemandu gunung dan ahli vertical rescue yang memimpin tim evakuasi jenazah pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani. Ia menjadi sorotan karena memimpin misi evakuasi yang sangat berat dan berisiko tinggi.
Tanya: Seberapa sulit misi evakuasi jenazah Juliana Marins di Gunung Rinjani?
Jawab: Misi ini digambarkan sebagai yang paling sulit oleh Agam Rinjani karena medan yang sangat ekstrem, yaitu jurang terjal sedalam lebih dari 600 meter. Kondisi alam yang tidak bersahabat menjadi tantangan utama bagi tim evakuasi.
Tanya: Mengapa Agam Rinjani dijuluki “pahlawan” oleh warganet Brasil?
Jawab: Agam Rinjani diapresiasi karena keberanian dan dedikasinya dalam melakukan misi kemanusiaan yang penuh risiko untuk mengevakuasi jenazah Juliana Marins. Aksi heroiknya dalam kondisi sulit inilah yang membuatnya mendapat julukan tersebut.