Car Free Night Jakarta Batal Digelar, Pemprov DKI Ungkap Alasannya: Hindari Macet dan Ganggu Bisnis Hotel

Dipublikasikan 6 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Wacana Car Free Night (CFN) di Jakarta yang sempat menjadi perbincangan hangat akhirnya dibatalkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Keputusan ini tentu saja mengejutkan banyak pihak, terutama mereka yang sudah menantikan malam bebas kendaraan bermotor di Ibu Kota. Tapi, apa sebenarnya alasan di balik pembatalan ini?

Car Free Night Jakarta Batal Digelar, Pemprov DKI Ungkap Alasannya: Hindari Macet dan Ganggu Bisnis Hotel

Ilustrasi: Suasana malam Jakarta yang seharusnya meriah dengan Car Free Night kini sepi, menyisakan kekecewaan akibat pembatalan yang beralasan menghindari kemacetan dan dampak pada bisnis hotel.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa Car Free Night yang rencananya digelar pada Sabtu, 5 Juli 2025, ini batal terlaksana. Dengan membaca ini, Anda akan memahami pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil Pemprov DKI demi kenyamanan dan kelancaran aktivitas warga Jakarta.

Mengapa Car Free Night Jakarta Dibatalkan?

Pembatalan Car Free Night dan Jakarta Muharram Festival 2025 yang sedianya digelar bersamaan, bukanlah keputusan yang mudah. Pemprov DKI Jakarta memiliki beberapa alasan kuat di baliknya, terutama terkait dengan potensi gangguan lalu lintas dan aktivitas ekonomi.

Berikut adalah poin-poin utama alasan pembatalan tersebut:

  • Kekhawatiran Gangguan Lalu Lintas Signifikan:
    Jalan-jalan protokol seperti MH Thamrin, Sudirman, dan Gatot Subroto adalah urat nadi Ibu Kota. Penutupan jalan untuk acara CFN dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan parah yang berdampak luas bagi pengguna jalan. Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Cyril Raoul Hakim atau yang akrab disapa Chico Hakim, menegaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan arus lalu lintas dan aktivitas rutin sore serta malam hari warga.

    “Keputusan ini tentu tidak mudah, tapi dipandang sebagai langkah terbaik dalam situasi yang ada mempertimbangkan arus lalu lintas dan aktivitas rutin sore dan malam hari warga di hari tersebut,” ujar Chico.

  • Dampak Negatif pada Bisnis Perhotelan:
    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo secara khusus menyoroti potensi kerugian bagi industri perhotelan di sekitar kawasan Sudirman-Thamrin. Banyak hotel di area tersebut sering menjadi lokasi acara pernikahan yang biasanya baru selesai hingga pukul 22.00 WIB malam.

    “Saya tidak mau Car Free Night itu mengganggu hotel-hotel yang kemudian menerima tamu untuk pernikahan yang biasanya baru selesai jam 10 malam,” ucap Pramono.

  • Penutupan Jalan Beruntun yang Berpotensi “Heboh”:
    Selain CFN, ada juga acara besar lain yang dijadwalkan pada hari Minggu, 6 Juli 2025, yaitu acara pencak silat pemecah rekor MURI di Bundaran HI. Jika jalan ditutup sejak Jumat malam (untuk persiapan), Sabtu malam (untuk CFN dan Festival Muharram), dan berlanjut hingga Minggu, Pramono khawatir kondisi lalu lintas akan sangat kacau.

    “Hari minggu besok ini kan ada acara pencak silat yang akan memecahkan rekor MURI cukup besar… kalau kemudian ditutup dari hari Jumat malam, Sabtu malam, Minggu, itu heboh banget,” jelas Pramono.

  • Pengalihan Konsep Acara ke Komunitas:
    Pembatalan Jakarta Muharram Festival 2025 yang menjadi bagian dari rencana CFN, juga menjadi alasan. Pemprov DKI memutuskan untuk mendorong perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah di tingkat komunitas dan wilayah kota administrasi masing-masing, bukan lagi dalam format festival berskala besar yang terpusat.

    “Jadi yang batal konsep acaranya, bukan peringatan 1 Muharram,” kata Chico, menjelaskan bahwa semangat perayaan tetap ada.

Awal Mula Wacana Car Free Night dan Festival Muharram

Ide untuk mengadakan Car Free Night pertama kali dicetuskan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, pada 8 Juni 2025. Tujuannya adalah untuk memberikan alternatif hiburan malam bagi warga yang gemar beraktivitas fisik di malam hari, sekaligus upaya mengurangi emisi karbon.

CFN rencananya akan dipusatkan di sekitar Bundaran HI, sama seperti Car Free Day, dan dimulai pukul 22.00 WIB. Wacana ini sempat disambut positif oleh masyarakat, bahkan polling Kumparan menunjukkan 52,48 persen pembaca tertarik untuk hadir.

Kemudian, rencana uji coba CFN ini digabungkan dengan acara Jakarta Muharram Festival 2025. Festival ini dijadwalkan berlangsung meriah dengan pawai obor yang melibatkan sekitar 10.000 peserta. Menariknya, obor yang digunakan adalah obor elektrik yang ramah lingkungan.

“Satu memang menyambut Muharram, kedua memang kita mau coba car free night, gitu loh,” ujar Rano Karno.

Pawai obor direncanakan dimulai pukul 18.00 WIB dari Monas menuju Bundaran HI melalui Jalan MH Thamrin, diikuti dengan tausiah keagamaan dan penampilan musisi ternama seperti Opick dan band legendaris Gigi. Persiapan bahkan sudah terlihat dengan pemasangan panggung besar dan videotron di Bundaran HI.

Perayaan 1 Muharram Tetap Berjalan, Tapi Berbeda Format

Meskipun konsep besar Jakarta Muharram Festival 2025 dan uji coba Car Free Night dibatalkan, Pemprov DKI Jakarta memastikan bahwa semangat perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah tidak akan pudar.

Gubernur Pramono Anung menegaskan bahwa perayaan tersebut tetap akan dilaksanakan, namun dialihkan ke masing-masing wilayah kota administrasi di Jakarta. Hal ini dilakukan agar masyarakat tetap dapat merayakan momen penting ini tanpa harus terganggu oleh penutupan jalan dan kemacetan.

Menariknya, panggung besar yang sudah terpasang di Bundaran HI tidak akan dibongkar. Panggung tersebut akan tetap digunakan untuk acara “Jakarta dalam Warna” yang digelar Pemprov DKI pada Minggu pagi, 6 Juli 2025, bertepatan dengan Car Free Day. Acara ini akan dimeriahkan oleh 5.000 pesilat, 2.000 penari tradisional Betawi, atraksi marching band, hingga penampilan artis ternama seperti Ayu Ting Ting dan Maudy Koesnaedi.

Kesimpulan

Pembatalan Car Free Night Jakarta dan Jakarta Muharram Festival 2025 memang sempat menimbulkan kekecewaan, namun keputusan ini diambil Pemprov DKI Jakarta dengan pertimbangan matang. Prioritas utama adalah memastikan kelancaran lalu lintas dan tidak mengganggu aktivitas vital masyarakat serta sektor bisnis seperti perhotelan, terutama dengan adanya acara-acara besar lain yang berdekatan.

Meski demikian, semangat perayaan Tahun Baru Islam tetap akan bergema di setiap sudut Jakarta melalui kegiatan-kegiatan yang didorong di tingkat komunitas. Semoga dengan pemahaman ini, kita bisa lebih bijak menyikapi setiap kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk kebaikan bersama.