Dunia perpolitikan dan ekonomi global sedang hangat-hangatnya. Belakangan ini, aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang dikenal sebagai BRICS semakin menunjukkan taringnya. Kabar terbaru yang bikin heboh adalah bertambahnya daftar anggota tetap BRICS, termasuk Indonesia! Nah, perluasan ini ternyata sukses membuat mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sewot dan melontarkan ancaman serius. Kira-kira, kenapa ya Trump bisa sampai segitunya? Dan apa dampaknya buat kita di Indonesia? Yuk, kita bedah tuntas!
Ilustrasi untuk artikel tentang Daftar Anggota Tetap BRICS Bikin Donald Trump Sewot, Ada Indonesia Kena Dampak?
BRICS Makin Berotot: Siapa Saja Anggota Tetapnya Sekarang?
Awalnya, BRICS adalah singkatan dari lima negara pendiri: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Mereka bersatu dengan tujuan mulia: memperkuat kerja sama global, mendorong perdagangan yang lebih adil, dan mencoba menyeimbangkan dominasi negara-negara Barat dalam tata kelola dunia.
Seiring berjalannya waktu, BRICS terus berkembang. Pada awal tahun 2024, beberapa negara baru resmi bergabung, dan yang paling mengejutkan adalah masuknya Indonesia di awal 2025. Dengan ini, jumlah anggota BRICS kini bertambah menjadi 11 negara.
Berikut adalah daftar anggota tetap BRICS beserta tahun bergabung dan sedikit peran pentingnya:
Negara | Tahun Bergabung | Peran dan Kontribusi Utama |
---|---|---|
Brasil | 2006 (Pendiri) | Kekuatan pertanian dan energi, mendorong agenda keberlanjutan dan perdagangan adil. Ketua BRICS 2025. |
Rusia | 2006 (Pendiri) | Mendorong reformasi lembaga global (PBB, IMF), kekuatan energi, teknologi militer, dan eksplorasi luar angkasa. |
India | 2006 (Pendiri) | Kekuatan teknologi informasi, farmasi, dan diplomasi global. Penting dalam kerja sama teknologi dan pengembangan kapasitas. |
China | 2006 (Pendiri) | Ekonomi terbesar di BRICS, motor utama pendanaan proyek infrastruktur dan investasi melalui New Development Bank (BRICS Bank). |
Afrika Selatan | 2010 | Wakil benua Afrika, fokus pada pembangunan berkelanjutan dan penguatan suara Global South. |
Mesir | 2024 | Kekuatan di Afrika Utara, memberikan kedalaman geopolitik di Mediterania dan Afrika, penting dalam isu energi dan perdagangan lintas kawasan. |
Ethiopia | 2024 | Perspektif Afrika Timur, pembangunan inklusif, memperkuat dimensi pembangunan jangka panjang BRICS. |
Iran | 2024 | Kekuatan energi (minyak dan gas), mencerminkan upaya BRICS menyeimbangkan kekuatan ekonomi dan politik global dominasi Barat. |
Uni Emirat Arab (UEA) | 2024 | Memperkaya kekuatan finansial, penghubung strategis Timur Tengah dan Asia, berperan dalam teknologi masa depan dan logistik global. |
Arab Saudi | 2024 | Pengekspor minyak terbesar di dunia, membawa kekuatan strategis di sektor energi global, memperkuat pengaruh BRICS di Timur Tengah. (Status formal masih dalam proses, tapi sudah aktif). |
Indonesia | 2025 | Wakil utama Asia Tenggara, jembatan BRICS dan Indo-Pasifik, ekonomi terbesar di ASEAN, kontribusi kerja sama Selatan-Selatan dan reformasi tata kelola global. |
Kehadiran Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan BRICS adalah langkah strategis. Ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan ikut menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di panggung global.
Kenapa Trump Sampai Sewot dan Ancam Tarif Tambahan?
Ekspansi anggota BRICS dan semakin kuatnya aliansi ini jelas bukan kabar baik bagi Amerika Serikat, setidaknya di mata Donald Trump. Ada beberapa alasan utama yang membuat Trump merasa dongkol dan melontarkan ancaman tarif impor gila-gilaan:
1. Kritik Pedas BRICS Terhadap Kebijakan AS
Saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, negara-negara anggota BRICS merilis pernyataan bersama yang cukup menohok. Mereka secara terbuka mengkritik tindakan Amerika Serikat terkait:
- Tarif Perdagangan Sepihak: BRICS mengecam langkah-langkah yang membatasi perdagangan global, seperti kenaikan bea impor yang tidak sesuai aturan WTO. Meski tidak menyebut AS secara langsung, semua tahu siapa yang dimaksud.
- Serangan ke Iran: BRICS mengutuk serangan militer Israel dan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran, yang disebut melanggar hukum internasional.
- Agresi di Palestina: BRICS juga menyuarakan keprihatinan serius dan mengutuk agresi Israel di Palestina, termasuk penggunaan kelaparan sebagai metode perang.
Pernyataan bersama yang mengkritik “Negeri Paman Sam” ini jelas membuat Trump geram.
2. Isu “Dedolarisasi” yang Mengancam Dolar AS
Salah satu kekhawatiran terbesar Trump adalah gerakan dedolarisasi yang didorong oleh BRICS. Ini berarti upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang utama dalam perdagangan internasional. BRICS bahkan punya rencana untuk membuat mata uang bersama dan memperkuat platform pembayaran digital antar anggota.
Seperti yang diungkapkan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, prospek ini mengancam posisi dolar AS sebagai sistem mata uang internasional. Trump sendiri menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan dolar AS kehilangan kekuatannya di dunia.
“BRICS dibentuk untuk mendegradasi dolar kita dan mencopotnya sebagai standar, dan tidak apa-apa jika mereka ingin memainkan permainan itu, tetapi saya juga dapat memainkan permainan itu,” tegas Trump, dikutip dari Reuters.
3. Kekuatan Ekonomi BRICS yang Menggeser Dominasi G7
Menurut data Indef, prospek ekonomi BRICS diperkirakan akan mencapai 38% dari ekonomi global pada tahun 2029. Bandingkan dengan kelompok G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS) yang diproyeksikan turun menjadi 27,5%.
Kekuatan ekonomi BRICS yang terus tumbuh ini menjadi ancaman serius bagi dominasi ekonomi AS dan aliansi blok Barat. Ini seperti melihat ada raksasa baru yang siap menantang posisi adidaya yang sudah lama dipegang.
4. Alternatif Pembiayaan Global: New Development Bank (NDB)
BRICS juga memiliki lembaga perbankan multilateral sendiri bernama New Development Bank (NDB), yang sering disebut sebagai “BRICS Bank”. NDB ini dibentuk sebagai alternatif dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang selama ini dianggap berada di bawah pengaruh AS.
NDB menyediakan pendanaan signifikan bagi negara-negara anggotanya, bahkan memiliki Contingent Reserve Arrangement (CRA) sebesar $100 miliar. Ini menjadi jaring pengaman keuangan yang mengurangi ketergantungan anggota BRICS pada lembaga keuangan internasional Barat. Tentu saja, kehadiran NDB ini sedikit banyak “mengganggu” peran IMF dan Bank Dunia.
5. Perdagangan Intra-BRICS yang Mandiri
Faktor lain yang membuat Trump khawatir adalah peningkatan perdagangan antaranggota BRICS (intra-BRICS trade). Sistem ini memungkinkan negara-negara BRICS untuk melepaskan ketergantungan mereka pada komoditas unggulan milik AS dan G7, seperti pangan, farmasi, besi, baja, elektronik, dan energi. Semakin kuat perdagangan internal BRICS, semakin mandiri mereka dari pengaruh Barat.
Ancaman Tarif 10% Trump: Apa Artinya Bagi Indonesia?
Menanggapi “provokasi” dari BRICS, Donald Trump langsung bereaksi keras. Ia mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara mana pun yang berpihak pada kebijakan “anti-Amerika” BRICS.
“Negara mana pun yang berpihak pada kebijakan Anti-Amerika dari BRICS, akan dikenakan TARIF TAMBAHAN sebesar 10%. Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini,” tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social.
Ancaman ini tentu saja berlaku juga untuk Indonesia yang baru saja resmi menjadi anggota BRICS di awal 2025. Jika Trump benar-benar serius dengan pernyataannya dan terpilih kembali sebagai Presiden AS, maka produk-produk ekspor Indonesia ke AS berpotensi terkena tarif tambahan ini.
Sebelumnya, Indonesia juga sempat diancam tarif impor sebesar 32% oleh Trump pada April lalu, yang kemudian ditunda. Ancaman baru ini menambah daftar tantangan ekonomi yang harus dihadapi Indonesia di kancah global.
Masa Depan Multi-Polar: BRICS, Trump, dan Kita
Situasi ini jelas menggambarkan pergeseran kekuatan di panggung global. BRICS bukan lagi sekadar klub ekonomi, tapi telah menjadi platform geopolitik penting yang memperjuangkan suara negara-negara berkembang. Ekspansi anggota BRICS menunjukkan keinginan banyak negara untuk mencari alternatif di tengah sistem internasional yang semakin multipolar.
Di sisi lain, ancaman tarif impor dari Donald Trump menyoroti bagaimana persaingan ekonomi dan politik antarblok kekuatan bisa memengaruhi perdagangan global. Bagi Indonesia, keanggotaan di BRICS membuka peluang pasar dan kerja sama baru, namun juga menuntut kehati-hatian dalam menavigasi dinamika hubungan dengan kekuatan ekonomi besar seperti Amerika Serikat.
Kita patut terus memantau perkembangan ini, karena dampaknya bisa terasa langsung pada perekonomian dan kehidupan sehari-hari kita. Semoga Indonesia bisa terus menjaga posisi strategisnya dan mengambil manfaat maksimal dari setiap peluang yang ada.
FAQ
Tanya: Siapa saja anggota tetap BRICS saat ini setelah ada penambahan anggota baru?
Jawab: Anggota tetap BRICS kini berjumlah 11 negara, yaitu Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, ditambah beberapa negara baru yang resmi bergabung pada awal 2024, dan Indonesia yang akan bergabung di awal 2025.
Tanya: Mengapa Donald Trump bereaksi negatif terhadap perluasan anggota BRICS?
Jawab: Donald Trump kemungkinan melihat perluasan BRICS sebagai ancaman terhadap dominasi ekonomi dan politik Amerika Serikat, yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan global.
Tanya: Apa dampak bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS bagi negara kita?
Jawab: Bergabungnya Indonesia ke BRICS berpotensi membuka peluang kerja sama ekonomi yang lebih luas, meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah internasional, dan memperkuat peran dalam tata kelola global.