Siapa sih yang tidak ingin terlihat sukses di mata orang lain? Kadang, keinginan untuk diakui ini membuat kita terdorong untuk membeli barang-barang yang dianggap sebagai simbol keberhasilan, seperti motor Honda PCX. Apalagi kalau tujuannya adalah untuk pamer sukses tetangga. Tapi, benarkah definisi sukses sesederhana itu? Dan apa jadinya kalau ambisi ini justru berujung pada masalah? Mari kita selami kisah nyata yang mungkin bisa jadi pelajaran berharga.
**Demi terlihat sukses di mata tetangga, Silo rela membeli Honda PCX yang membebani finansialnya, sebuah kisah yang membuat kita berpikir ulang tentang prioritas hidup.**
Bagi sebagian orang, terutama di lingkungan pedesaan, kesuksesan seringkali diukur dari apa yang terlihat. Punya rumah megah, mobil mewah, atau motor yang harganya di atas rata-rata, semua itu bisa jadi tolok ukur. Nah, di sinilah Honda PCX seringkali masuk dalam daftar “barang bukti” kesuksesan. Motor matik bongsor dengan desain elegan ini memang sering jadi incaran banyak orang. Namun, seperti cerita Silo dari Rembang, Jawa Tengah, upaya untuk pamer sukses dengan membeli PCX ternyata bisa berujung memprihatinkan.
Saat Motor Jadi Simbol ‘Sukses’ di Mata Tetangga
Di banyak daerah, ada semacam “standar tak tertulis” tentang apa itu sukses. Mau setinggi apapun pendidikan atau sehebat apapun pekerjaan, jika wujud materi tidak terlihat, orang bisa dianggap belum berhasil. Sebaliknya, punya barang motor mahal seperti Honda PCX bisa langsung mendongkrak status sosial.
Silo, seorang kuli proyek yang merantau, merasakan betul tekanan ini. Di desanya, Honda PCX adalah barang langka dan mahal di awal 2019. Motor ini jadi simbol prestise. Merasa perlu membuktikan diri, Silo rela menyisihkan upahnya dan membeli Honda PCX secara tunai. Tujuannya jelas: untuk pamer sukses tetangga.
Kisah Silo: Dari Kebanggaan ke Jurang Keprihatinan
Begitu Honda PCX itu terparkir di rumahnya, Silo langsung dielu-elukan. Ia menjadi pemuda pertama di desanya yang punya motor bongsor tersebut. Setiap kali ditanya harganya, Silo dengan bangga menyebut angka di atas Rp20 juta. Sanjungan pun datang bertubi-tubi: “Keren bener kamu, Lo!”, “Motor mahal ini, uangnya pasti banyak!”, “Begini loh kalau sungguh-sungguh kerja, ada hasilnya, nyata wujudnya.”
Kata-kata ini membuat dada Silo membusung. Bahkan keponakannya pun sampai berteriak mengenali motornya saat melihat iklan PCX di TV. Silo merasa luput dari perbandingan dengan saudara-saudaranya yang masih harus minta bantuan orang tua untuk beli motor atau HP. Kebanggaan itu membutakan Silo. Ia terlena dalam pujian dan merasa di atas angin.
Namun, kebanggaan ini tak bertahan lama. Terbuai dengan “kesuksesan” semu, Silo justru terjerumus ke dalam judi online (judol). Ujung-ujungnya, Honda PCX yang dibelinya untuk pamer sukses tetangga itu harus digadaikan. Kisah ini jadi pengingat keras bahwa mengejar pengakuan lewat materi bisa membawa kita ke lubang yang lebih dalam.
Di Balik Kilau PCX: Bukan Sekadar Motor, Ada Cerita di Baliknya
Honda PCX memang punya daya tarik tersendiri. Motor matik bongsor ini dikenal dengan desainnya yang mewah dan performa mesin yang mumpuni. Sejarahnya di Indonesia pun cukup panjang, dimulai dari PCX 125 yang diimpor utuh dari Thailand pada 2010, hingga akhirnya diproduksi lokal pada 2017. Produksi lokal inilah yang membuat harganya lebih terjangkau dan semakin diminati, bahkan menjadi penantang serius bagi Yamaha NMAX.
Perjalanan Honda PCX di Indonesia: Dari Barang Mewah Hingga Pilihan Populer
Awalnya, Honda PCX yang diimpor utuh dari Thailand memiliki harga sekitar Rp32 jutaan di tahun 2010, menjadikannya motor premium yang tidak semua orang bisa memilikinya. Namun, seiring berjalannya waktu, Honda terus melakukan inovasi.
Evolusi Honda PCX di Indonesia:
- 2010: PCX 125 (CBU Thailand), harga sekitar Rp32 jutaan.
- 2012: PCX 150 (CBU Thailand/Vietnam), harga sekitar Rp33,3 juta – Rp39,8 juta.
- 2017: PCX 150 (Produksi Lokal), harga sekitar Rp27 jutaan, menjadi lebih terjangkau.
- 2021: PCX 160 (Produksi Lokal), dengan mesin 157 cc eSP+, performa lebih unggul, harga mulai Rp30 jutaan.
Dengan performa yang terus meningkat dan fitur-fitur modern seperti keyless hingga power charger, tidak heran jika Honda PCX menjadi salah satu motor favorit. Namun, popularitasnya bukan hanya karena kemewahan, tetapi juga karena kepraktisan dan kenyamanan yang ditawarkan.
Bukan Cuma Pamer: Saat PCX Jadi Pilihan Praktis (atau Saran Istri!)
Tidak semua orang membeli Honda PCX untuk pamer sukses tetangga. Ada juga yang membelinya karena kebutuhan atau alasan praktis lainnya. Misalnya, karena bodi motor yang bongsor cocok dengan postur tubuh, atau karena fitur-fitur canggihnya yang menunjang aktivitas sehari-hari.
Bahkan ada kisah unik dari seorang penulis di Mojok.co yang sebenarnya mengincar Honda PCX atau Yamaha NMAX karena bodi besarnya cocok dengan badannya. Namun, karena “saran” dari sang istri (yang sebenarnya adalah perintah halus), ia akhirnya memilih Honda Vario 160. Kisah ini menunjukkan bahwa di balik pilihan motor, ada banyak pertimbangan lain selain sekadar pamer, mulai dari kepraktisan hingga keharmonisan rumah tangga.
Ada pula cerita inspiratif tentang seseorang yang mendapatkan Honda PCX secara gratis dari sebuah kuis! Kisah ini menunjukkan bahwa rezeki bisa datang dari mana saja, dan tidak selalu harus dibeli dengan susah payah hanya untuk unjuk gigi. Ia bahkan merasa enggan untuk memamerkannya di media sosial, karena baginya, semua itu hanyalah titipan.
Memahami Arti Sukses Sejati: Lebih dari Sekadar Tumpukan Materi
Kisah Silo adalah pengingat bahwa kesuksesan sejati tidak bisa diukur hanya dari kepemilikan materi. Terlalu fokus pada pamer sukses tetangga bisa menjebak kita dalam lingkaran setan ambisi dan utang, seperti yang terjadi pada Silo yang berakhir menggadaikan motornya karena judi online.
Sukses itu multidimensional. Ini tentang kesehatan mental dan fisik, kebahagiaan, hubungan baik dengan keluarga dan tetangga, serta ketenangan hati. Motor Honda PCX atau barang mahal lainnya mungkin bisa memberikan kebanggaan sesaat, tapi kebahagiaan dan ketenangan yang abadi datang dari hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Kesimpulan
Membeli Honda PCX adalah pilihan pribadi yang sah-sah saja, apalagi jika motor matik bongsor ini memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial Anda. Namun, jika motivasi utamanya adalah untuk pamer sukses tetangga, ada baiknya kita berpikir ulang. Kisah-kisah nyata menunjukkan bahwa obsesi terhadap materi dan pengakuan semu bisa berujung pada keprihatinan.
Ingatlah, kesuksesan sejati adalah ketika Anda merasa cukup, bahagia, dan memiliki kedamaian batin, terlepas dari apa yang orang lain lihat atau pikirkan. Prioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan diri, bukan sekadar memuaskan pandangan orang lain dengan barang-barang yang mungkin justru membebani.