Bedah Rumah di Kota Jogja: Tiga Keluarga Kini Bisa Tinggal di Hunian Layak dan Sehat Berkat Gotong Royong

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas hidup warganya. Kali ini, program bedah rumah menyasar tiga keluarga di tiga kelurahan berbeda yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH). Bukan sekadar memperbaiki bangunan, program ini diharapkan bisa membawa angin segar dan meningkatkan kesehatan warga di Kota Pelajar.

Bedah Rumah di Kota Jogja: Tiga Keluarga Kini Bisa Tinggal di Hunian Layak dan Sehat Berkat Gotong Royong

Ilustrasi: Senyum bahagia terpancar dari tiga keluarga di Jogja yang kini menempati rumah baru nan layak setelah program bedah rumah sukses terwujud berkat semangat gotong royong.

Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana kolaborasi berbagai pihak di Jogja mampu mewujudkan hunian yang lebih baik. Anda akan tahu siapa saja yang menerima bantuan, bagaimana kondisi rumah mereka sebelumnya, dan betapa pentingnya semangat gotong royong dalam program ini. Yuk, simak selengkapnya!

Tiga Keluarga Penerima Manfaat Program Bedah Rumah di Jogja

Program bedah rumah Pemkot Jogja kali ini fokus pada tiga lokasi yang memang sangat membutuhkan. Kondisi rumah ketiga penerima bantuan ini sebelumnya sangat memprihatinkan dan tidak memenuhi standar kelayakan huni.

Berikut adalah rincian keluarga penerima bantuan bedah rumah terbaru ini:

  • Ibu Sulastri
    • Alamat: Kampung Sapen RT 28 RW 08 Demangan, Gondokusuman.
    • Kondisi Rumah: Rusak parah, terutama di dinding dan atap yang sering bocor saat hujan.
  • Ibu Yulianti
    • Alamat: Kampung Cokrodiningratan, Kelurahan Cokrodiningratan, Jetis.
    • Kondisi Rumah: Kumuh dan bau, dengan bagian atap, kamar mandi, dan dapur yang hampir rubuh.
  • Bapak Slamet Widodo
    • Alamat: Kampung Karanganyar RT 84 RW 19 Brontokusuman, Mergangsan.
    • Kondisi Rumah: Sama seperti lainnya, kondisinya kumuh, bau, dan di beberapa bagian bangunan rusak parah bahkan hampir rubuh.

“Senang sekali, karena akhirnya rumah saya bisa direnovasi. Rusaknya memang cukup parah, sudah lama, terutama di dinding dan atap, kalau hujan bocor,” ungkap Ibu Sulastri dengan nada gembira, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya.

Senada dengan Sulastri, Ibu Yulianti juga merasa lega. “Alhamdulillah, bantuan ini sangat bermanfaat untuk kami. Kami merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Kami sangat bersyukur sekali,” ujarnya.

Kolaborasi Kuat Wujudkan Hunian Layak

Program bedah rumah ini tidak bisa berjalan tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini adalah buah dari semangat gotong royong yang kuat.

“Bedah rumah bisa terealisasi berkat gotong royong antara pemerintah, korporasi, warga, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK),” jelas Wali Kota Hasto.

Dua korporasi besar turut ambil bagian dalam penyaluran dana Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TSLP):

  • Bank BPD DIY: Menggelontorkan dana sebesar Rp20 juta untuk perbaikan rumah Ibu Sulastri dan Bapak Slamet Widodo.
  • PDAM Tirtamarta: Memberikan bantuan dengan nominal yang sama, yaitu Rp20 juta, untuk perbaikan rumah Ibu Yulianti.

Tak hanya itu, Wali Kota Hasto sendiri juga menyumbangkan 20 sak semen untuk masing-masing rumah, menunjukkan kepedulian langsung terhadap kondisi warganya.

Bukan Sekadar Bedah Rumah, Tapi Jaga Kesehatan Warga

Lebih dari sekadar memperbaiki fisik bangunan, program bedah rumah ini juga memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Hasto Wardoyo menekankan pentingnya lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat.

“Kalau rumah kumuh dan kotor maka akan menimbulkan masalah kebersihan dan berdampak pada potensi penyakit yang bisa menyebar ke lingkungan sekitarnya,” tegas Hasto.

Ia memberi contoh kasus leptospirosis yang sempat menyerang warga di Ngadiwinatan beberapa waktu lalu. Kondisi rumah yang tidak layak huni, minim cahaya, dan lembap, memang bisa menjadi sarang penyakit seperti TBC yang bahkan berpotensi menyebabkan stunting pada anak-anak.

Untuk itu, Wali Kota Hasto berpesan kepada para penerima bantuan agar merawat rumah yang sudah direnovasi dengan sebaik mungkin. “Setelah rumahnya direnovasi harus ditempati dan dirawat, jangan malah dikontrakan atau rumahnya dijual,” pesannya.

Komitmen Pemkot Jogja Berantas Rumah Tak Layak Huni

Wali Kota Hasto menargetkan untuk menyelesaikan permasalahan rumah tidak layak huni (RTLH) di Kota Jogja dalam lima tahun masa jabatannya. Ini adalah komitmen serius dari Pemkot Jogja untuk memastikan setiap warganya memiliki hunian yang layak.

Namun, Hasto menyadari bahwa ini bukan tugas yang bisa diemban sendiri oleh Pemkot. “Karena tidak mungkin kalau dilakukan oleh Pemkot Jogja sendiri. Kami membutuhkan gotong royong dari semua pihak,” ujarnya.

Semangat “Segoro Amarto” (Semangat Gotong Royong Agawe Majune NgaJogja) menjadi kunci dalam mempercepat program ini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, korporasi, masyarakat, dan berbagai lembaga, diharapkan tidak ada lagi warga Jogja yang tinggal di rumah yang membahayakan kesehatan dan keselamatan.

Penutup

Program bedah rumah di Kota Jogja ini adalah bukti nyata bahwa dengan kolaborasi dan semangat gotong royong, masalah sosial yang kompleks seperti rumah tak layak huni bisa diatasi. Tiga keluarga di Demangan, Cokrodiningratan, dan Brontokusuman kini bisa bernapas lega, menempati hunian yang lebih aman, nyaman, dan sehat. Semoga program ini terus berlanjut dan menginspirasi lebih banyak pihak untuk peduli, sehingga seluruh warga Jogja bisa menikmati hak dasar berupa hunian yang layak dan berkualitas.