Yogyakarta, zekriansyah.com – Warga Kendari, Sulawesi Tenggara, dilanda banjir besar yang menyebabkan ratusan keluarga terpaksa meninggalkan rumah dan mengungsi. Artikel ini akan mengupas tuntas penyebab, dampak, dan upaya penanganan bencana ini, serta memberikan informasi penting agar Anda lebih waspada terhadap potensi banjir di musim hujan.
Ilustrasi: Air bah setinggi hampir dua meter memaksa ratusan warga Kendari mengungsi dari rumah mereka.
Kendari Dilanda Banjir Terparah dalam Lima Tahun Terakhir
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, diterjang banjir besar sejak Sabtu (28/6/2025) sore. Kondisi ini makin parah pada Minggu (29/6/2025) dini hari, dengan ketinggian air mencapai leher orang dewasa, bahkan di beberapa titik mencapai hampir dua meter. Akibatnya, ratusan rumah terendam dan banyak warga harus mengungsi.
Banjir paling parah terjadi di Jalan H Lamuse, Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga. Ketua RT 12 RW 6 Kelurahan Lepo-Lepo, Sarman, mengatakan bahwa banjir kali ini adalah yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
“Memang ini lokasi banjir setiap tahun, tetapi selalu cepat surut. Baru kali ini banjir besar lagi,” ungkap Sarman di tenda pengungsiannya, Minggu (29/6/2025).
Dinas Sosial Provinsi Sultra mencatat, hingga Senin (30/6/2025), total ada 172 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak banjir di Kelurahan Lepo-Lepo. Sekitar 402 jiwa di antaranya masih mengungsi di masjid, rumah kerabat, dan tenda-tenda darurat yang didirikan di Jalan H Lamuse. Selain Lepo-Lepo, bencana banjir juga dilaporkan melanda 16 kelurahan di 7 kecamatan lain di Kendari, termasuk Kampung Salo, Punggaloba, dan Tipulu.
Penyebab Banjir: Luapan Sungai Wanggu dan Cuaca Ekstrem
Apa sebenarnya yang menyebabkan banjir sebesar ini? Menurut Sarman, banjir terjadi akibat luapan Sungai Wanggu setelah hujan deras mengguyur Kota Kendari selama beberapa hari. Selain itu, kondisi air laut yang sedang pasang juga memperparah banjir karena menghambat aliran air sungai menuju laut. Ini membuat air sungai meluap dan tidak bisa surut dengan cepat.
Pemerintah Provinsi Sultra juga mengonfirmasi hal ini. Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka, menjelaskan bahwa Sungai Wanggu terakhir meluap besar pada tahun 2019.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menambahkan, cuaca ekstrem ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:
- Puncak musim hujan
- Aktivitas gelombang atmosfer Madden-Julian Oscillation (MJO)
- Suhu laut yang hangat di wilayah Sultra
Kombinasi faktor ini meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Tak hanya banjir, bencana lain juga melanda Kendari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari melaporkan, ada 11 rumah warga yang tertimbun longsor di Kelurahan Alolama, Sanua, dan Sodoha. Selain itu, beberapa kejadian pohon tumbang juga terjadi di berbagai wilayah. Satu remaja (17) mengalami luka ringan dan syok akibat tertimbun longsor.
Bantuan dan Penanganan Darurat untuk Korban Banjir
Melihat kondisi darurat ini, berbagai pihak langsung bergerak cepat. Pemerintah Provinsi Sultra dan Pemerintah Kota Kendari, bersama PMI dan Dinas Sosial, telah mendirikan posko pengungsian dan menyalurkan bantuan.
Beberapa bantuan mendesak yang sudah didistribusikan antara lain:
Jenis Bantuan | Instansi Pemberi |
---|---|
Makanan Siap Saji | Dinas Sosial (Dinsos), Palang Merah Indonesia (PMI) |
Air Bersih | Dinsos, PMI |
Matras/Kasur Lipat | Dinsos, PMI |
Family Kit | Dinsos, PMI |
Dapur Umum | Dinsos, PMI |
Tenda Pengungsian | Pemprov Sultra, Pemkot Kendari |
Meskipun begitu, warga masih membutuhkan bantuan lain, terutama obat-obatan. Sarman mengungkapkan, banyak warga yang mengalami gatal-gatal pada kulit akibat terendam air banjir.
“Bantuan sosial sudah kami terima, hanya obat-obatan ini kami masih butuh karena banjir ini bikin gatal-gatal kulit,” katanya.
Plt Kepala Dinas Sosial Provinsi Sultra, Wawan Arianto, menyatakan pihaknya terus mendata jumlah jiwa yang terdampak. Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kendari, Sudirham, telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk segera mendirikan posko khusus kesehatan.
Gubernur Sultra Andi Sumangerukka bahkan langsung meninjau lokasi banjir menggunakan perahu karet Basarnas. Ia juga mengecek tenda pengungsi dan tenda logistik, serta memerintahkan penanganan segera bagi warga terdampak, termasuk dua lansia yang dilarikan ke rumah sakit karena demam.
Solusi Jangka Panjang: Pembangunan Tanggul Sungai Wanggu
Untuk mencegah banjir berulang di masa depan, Gubernur Sultra Andi Sumangerukka menegaskan pentingnya solusi jangka panjang. Menurutnya, pembangunan tanggul di dekat Sungai Wanggu adalah langkah krusial.
“Kalau tidak segera dibangun tanggul, warga akan terus menjadi korban. Ini jadi prioritas anggaran,” ujar Gubernur.
Gubernur juga menyinggung bahwa sebelumnya warga sudah pernah ditawari untuk direlokasi dari bantaran sungai, namun tidak ada yang bersedia. Oleh karena itu, pembangunan tanggul menjadi pilihan utama. Ia berjanji akan membantu Pemerintah Kota Kendari dalam mencari dana untuk proyek pembangunan tanggul ini. Harapannya, dengan tanggul yang lebih tinggi dan kuat, luapan Sungai Wanggu dapat ditahan dan banjir besar tidak lagi terjadi setiap tahun.
Banjir besar yang melanda Kendari kali ini menjadi pengingat serius akan dampak cuaca ekstrem dan pentingnya penataan lingkungan. Ratusan keluarga telah merasakan langsung dampaknya, kehilangan harta benda dan harus mengungsi.
Pemerintah dan berbagai pihak terus berupaya memberikan bantuan dan penanganan darurat. Namun, perhatian juga harus dialihkan pada solusi jangka panjang, seperti pembangunan tanggul, agar warga tidak terus-menerus menjadi korban. Mari bersama-sama meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya penanggulangan bencana demi Kendari yang lebih aman di masa depan.