Yogyakarta, zekriansyah.com – Banjir bandang kembali melanda beberapa wilayah di Bandung dan sekitarnya, meninggalkan jejak kehancuran yang tak sedikit. Saking parahnya, beberapa warga bahkan menyebut area terdampak ini seolah “Kawasan Texas”, menggambarkan tingkat kerusakan yang luar biasa, mirip dengan bencana besar yang pernah terjadi di Texas, Amerika Serikat.
Ilustrasi: Kawasan Texas Bandung porak-poranda pasca banjir bandang, menyisakan perjuangan warga menghadapi dampak dahsyat.
Artikel ini akan membahas tuntas bagaimana banjir di Bandung bisa menyebabkan kerusakan sedahsyat itu, dampaknya pada masyarakat, serta upaya apa saja yang sedang dan akan dilakukan untuk mengatasinya. Dengan membaca ini, Anda akan memahami kondisi terkini di lapangan dan pentingnya kewaspadaan kita bersama.
Banjir Terparah Landa Berbagai Wilayah Bandung
Beberapa waktu terakhir, Kota Bandung dan daerah sekitarnya memang tengah dilanda kekacauan akibat fenomena kemarau basah, di mana hujan deras tak terduga datang dan memicu bencana longsor serta banjir merata. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, bahkan langsung turun meninjau lokasi-lokasi terdampak, seperti di Kelurahan Lingkar Selatan (Lengkong), Arjuna (Cicendo), Hegarmanah (Cidadap), hingga Cipaganti (Coblong).
Kondisi ini menunjukkan bahwa seluruh penjuru kota – selatan, timur, barat, maupun utara – sangat rentan terhadap bencana. Di Kabupaten Bandung, khususnya di dataran tinggi Bandung Selatan seperti Desa Margamukti, Kecamatan Pengalengan, banjir bandang juga terjadi, merendam ratusan rumah. Penyebabnya beragam, mulai dari hutan yang gundul, berkurangnya area resapan air, Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kritis, hingga sungai yang dangkal dan penuh sampah.
Banjir bandang juga pernah melanda Komplek Jati Endah Regency, Pasirjati, Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Peristiwa ini dipicu jebolnya tanggul penahan air sungai saat hujan deras, mengakibatkan tujuh rumah rusak berat dan bahkan menewaskan tiga orang.
‘Kawasan Texas’: Gambaran Kerusakan yang Tak Main-Main
Meskipun tidak ada nama resmi ‘Kawasan Texas’ di Bandung, istilah ini kerap muncul dalam perbincangan warga untuk menggambarkan betapa parahnya kerusakan akibat banjir di beberapa titik. Analogi ini tidak berlebihan, mengingat banjir bandang di Kerr County, Texas, Amerika Serikat, pada Juli 2025 lalu juga menewaskan puluhan warga dan merusak infrastruktur secara masif.
Di Bandung dan sekitarnya, dampak yang dirasakan juga sangat memilukan. Contohnya di Kampung Balimbing, Cimahi Utara, Kota Cimahi. Dua rumah warga porak-poranda akibat terjangan banjir. Salah satu pemilik rumah, Raditya, menceritakan bagaimana rumahnya hancur tertimpa benteng lapangan mini soccer.
“Kerusakan hampir 100 persen, kemarin kejadiannya pas banjir sama hujan besar,” tutur Raditya. Ia menambahkan, “Parahnya karena itu, bukan karena banjirnya, tapi karena tertimpa benteng.”
Saat kejadian, istri dan adik Raditya sempat mengamankan barang-barang di tengah genangan air setinggi 60 sentimeter. Namun, air yang terus meninggi hingga sepinggang membuat benteng ambruk. Beruntung, istri dan adiknya selamat, meski mengalami luka ringan.
Warga lain, Didin, juga merasakan dampak parah. Air yang merendam rumahnya mencapai 1,5 meter.
“Kalau rumah saya air itu 1,5 meter, karena di bawah. Ya habis semua, yang penting anak istri selamat,” kata Didin.
Ketua RT 03, Muhtar, mengungkapkan bahwa total 10 rumah terdampak banjir di wilayahnya, dengan dua di antaranya rusak parah. Warga kini sangat membutuhkan bantuan darurat seperti pakaian, obat-obatan, dan air bersih. Banyak dari mereka terpaksa mengungsi ke rumah kerabat.
Upaya Penanganan dan Peringatan Pemerintah Kota
Melihat kondisi darurat ini, Pemerintah Kota Bandung tidak tinggal diam. Kerja sama dengan Bank BJB telah dilakukan untuk memberikan bantuan langsung sebesar Rp5 juta kepada para korban. Namun, Wali Kota Farhan menegaskan bahwa bantuan saja tidak cukup. Ia mendesak pentingnya relokasi warga dari bantaran sungai ke tempat yang lebih aman.
Pemerintah tidak akan melakukan penggusuran paksa, tetapi menghimbau keras agar masyarakat sadar dan segera pindah demi keselamatan. Farhan menekankan perlunya perubahan pola pikir agar tidak lagi memilih tinggal di daerah rawan bencana.
Rencana pengerukan sungai-sungai kecil juga tengah digodok untuk mengembalikan kedalaman normal, meskipun terkendala alat berat dan akses jalan yang sempit. Selain itu, Pemkot Bandung menggarisbawahi perlunya sinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menjaga kawasan Bandung utara yang hutannya kini rusak parah. Normalisasi Sungai Citarum menjadi sorotan utama, karena kondisinya yang tercemar dan rusak berdampak langsung pada frekuensi banjir di Bandung. Farhan bahkan mengajak Presiden turun tangan untuk mengatasi masalah ini agar bencana tidak terus berulang.
Dampak Banjir dan Kebutuhan Mendesak Warga:
- Kerusakan Rumah: Hampir 100% rusak, ada yang tertimpa benteng, ada yang terendam hingga 1,5 meter.
- Korban Jiwa/Luka: Beberapa kasus tewas di Pasirjati, luka ringan di Cimahi.
- Pengungsian: Banyak warga terpaksa mengungsi ke kerabat.
- Kebutuhan Darurat: Pakaian, obat-obatan, air bersih, perabot rumah tangga.
Kesimpulan
Banjir yang melanda Bandung dan sekitarnya telah menyebabkan dampak yang sangat parah, meninggalkan banyak warga dalam kondisi sulit dan kerugian material yang besar. Julukan ‘Kawasan Texas’ mungkin terdengar ekstrem, namun itu adalah cerminan dari tingkat kehancuran yang dirasakan warga.
Pemerintah terus berupaya, namun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan, terutama dalam menghindari tinggal di daerah rawan bencana. Mari kita bersama-sama lebih peduli terhadap lingkungan dan mendukung setiap upaya penanganan bencana demi Bandung yang lebih aman dan nyaman.