Yogyakarta, zekriansyah.com – siap ya! Dalam dua tahun ke depan, kemacetan di Kota Kembang diprediksi bakal makin parah. Bukan tanpa alasan, ini bagian dari “rasa sakit sementara” demi transportasi Bandung yang jauh lebih baik di masa depan. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, sudah buka suara soal rencana besar ini.
Ilustrasi: Jalanan Bandung diprediksi semakin padat dalam dua tahun mendatang, seiring upaya pembenahan transportasi publik.
Penasaran kenapa Bandung harus rela macet dulu demi masa depan yang lebih lancar? Yuk, baca terus artikel ini sampai habis! Anda akan tahu apa saja penyebab kemacetan Bandung saat ini dan solusi jangka panjang yang sedang disiapkan pemerintah kota.
Mengapa Bandung Begitu Macet Saat Ini?
Sebelum membahas solusinya, kita perlu tahu dulu kenapa sih Bandung bisa semacet ini? Data terbaru menunjukkan angka yang bikin kaget:
- Jumlah kendaraan pribadi yang luar biasa banyak. Jumlah penduduk Kota Bandung sekitar 2,6 juta jiwa. Tapi, jumlah kendaraan pribadi berpelat D Bandung sudah mencapai 2,3 juta unit. Artinya, hampir setiap warga punya kendaraan pribadi! Ini rasio yang nyaris satu banding satu.
- Bandung kota termacet di Indonesia. Tak heran, survei TomTom Traffic Index 2024 dan laporan tahun 2025 menempatkan Bandung sebagai kota termacet di Indonesia, bahkan masuk jajaran kota termacet di dunia. Rata-rata waktu tempuh di Bandung mencapai 33 menit untuk setiap 10 kilometer perjalanan.
- Jalanan terbatas dan sulit ditambah. Wali Kota Farhan menyebut, salah satu penyebab utamanya adalah terbatasnya jumlah jalan.
> “Jumlah jalan sedikit dan kita tidak mungkin menambah jumlah jalan,” kata Farhan. - Kurangnya kepercayaan pada transportasi publik. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap transportasi umum. Banyak warga merasa kendaraan pribadi lebih praktis, padahal justru bikin jalanan makin padat.
- Titik-titik kemacetan parah. Sering terjadi di pusat kota, seperti Dago, Sukajadi, Pasteur, atau jalur wisata menuju Lembang. Proyek pembangunan jalan layang Nurtanio yang belum selesai sejak pertengahan 2025 juga turut menambah tekanan lalu lintas di sekitarnya.
- Dampak kemacetan yang serius. Kemacetan parah ini bukan cuma bikin pusing, tapi juga menghambat ekonomi kota yang mengandalkan jasa dan pariwisata. Bahkan, layanan darurat seperti ambulans atau pemadam kebakaran bisa terhambat karena terjebak macet!
Proyek BRT: “Rasa Sakit Sementara” untuk Transportasi Lebih Baik
Untuk mengatasi masalah kemacetan yang akut ini, Pemerintah Kota Bandung punya rencana besar: membangun sistem Bus Rapid Transit (BRT).
BRT adalah sistem transportasi massal yang dirancang agar lebih cepat, nyaman, dan terjangkau karena punya jalur dan halte khusus. Nah, pembangunan infrastruktur pendukung BRT inilah yang akan memicu kemacetan selama dua tahun ke depan.
“Kita akan membangun konstruksi BRT yang akan membuat Bandung macet sampai dua tahun ke depan. Tapi ini investasi jangka panjang untuk perbaikan transportasi,” ujar Wali Kota Muhammad Farhan, dikutip dari laman Pemkot Bandung.
Pembangunan ini meliputi jalur khusus dan halte BRT di berbagai titik jalan di Kota Bandung. Meski bakal bikin macet, Farhan menegaskan ini adalah “jalan satu-satunya” untuk memperbaiki transportasi publik.
Proyek BRT Bandung Raya ini didukung oleh Bank Dunia dan ditargetkan mulai uji coba pada tahun 2025. Rencananya, BRT akan memiliki rute utama yang menghubungkan pusat Kota Bandung dengan daerah sekitarnya seperti Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Sumedang. Saat ini, Bandung sudah punya beberapa rute BRT, seperti Kiaracondong-Cibeureum dan Tegallega-Alun-Alun. Pemerintah berencana membuka 20 rute baru pada tahun 2026, dan butuh sekitar 400 unit bus untuk operasionalnya.
Inovasi Lain untuk Urai Kemacetan: Angkot Pintar hingga Perbaikan Trotoar
Selain BRT, Pemkot Bandung juga menyiapkan beberapa terobosan lain untuk mengurai kemacetan dan meningkatkan kualitas transportasi umum:
Angkot Pintar
Wali Kota Farhan berencana merombak total sistem angkutan kota (angkot) yang dinilai sudah tidak relevan. Angkot konvensional kalah saing dengan ojek online karena terikat trayek.
Nantinya, angkot akan diubah jadi “angkot pintar” yang tidak lagi menggunakan sistem trayek. Pengguna bisa memesan lewat aplikasi, mirip seperti ojek online. Angkot ini juga akan dilengkapi layar digital dan sistem pemantauan posisi real-time (IoT). Uji coba angkot pintar ini diharapkan bisa dimulai tahun ini dan paling lambat bisa digunakan pada tahun 2029.
Penyelesaian Flyover Nurtanio
Kemacetan juga diperparah oleh proyek Flyover Nurtanio yang belum juga rampung sejak pertengahan 2025. Proyek ini merupakan kewenangan pemerintah pusat. Wali Kota Farhan berkomitmen untuk berkoordinasi langsung dengan pemerintah pusat dan provinsi agar proyek ini segera diselesaikan.
Perbaikan Trotoar
Untuk kenyamanan pejalan kaki, trotoar di beberapa jalan utama seperti Jalan Sumatera, Aceh, dan Belitung juga akan dibenahi agar lebih ramah untuk semua.
Melihat kondisi kemacetan Bandung yang sudah parah, langkah-langkah yang diambil Pemerintah Kota Bandung ini memang sangat dibutuhkan. Meski ada “rasa sakit sementara” berupa kemacetan selama pembangunan BRT, ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan kota yang lebih baik.
Sebagai warga, kita juga bisa ikut berkontribusi. Mulai dari mencoba beralih ke transportasi umum yang akan terus diperbaiki, mengatur waktu perjalanan, hingga mendukung kebijakan pemerintah demi Bandung yang lebih lancar dan nyaman untuk semua.