Balita 2 Tahun di Ngawi Tewas Usai Tenggak Pertalite, Ini Kronologi Pilunya

Dipublikasikan 3 Juli 2025 oleh admin
Kriminal

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka menyelimuti warga Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi, Jawa Timur. Seorang balita berusia 2 tahun berinisial MA meninggal dunia setelah tak sengaja meminum cairan Pertalite yang tersimpan dalam botol bekas air mineral di rumahnya. Tragedi pilu ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan bahaya benda-benda berbahaya yang seringkali luput dari pengawasan di sekitar anak-anak.

Balita 2 Tahun di Ngawi Tewas Usai Tenggak Pertalite, Ini Kronologi Pilunya

Ilustrasi: Kejadian tragis merenggut nyawa balita di Ngawi setelah menenggak Pertalite, sebuah pengingat pahit akan bahaya cairan berbahaya di sekitar anak.

Membaca artikel ini akan membantu Anda memahami kronologi lengkap kejadian nahas ini, serta pentingnya kewaspadaan orang tua dalam menjaga keamanan lingkungan bermain anak. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga agar tragedi serupa tidak terulang di kemudian hari.

Kronologi Tragis: Dari Botol Bekas Jadi Petaka

Peristiwa memilukan ini berawal dari kelalaian kecil yang berujung fatal. Balita MA, yang masih berusia 2 tahun, tinggal bersama keluarganya di Kelurahan Ketanggi, Ngawi.

Kejadian ini bermula pada Selasa (1/7/2025) malam, saat orang tua MA memperbaiki sepeda motor yang mengalami masalah pada tangki bahan bakar. Cairan Pertalite dari tangki motor terpaksa ditampung ke dalam botol bekas air mineral. Nahas, botol berisi Pertalite itu lupa dibuang dan dibiarkan berada di dalam rumah.

Pada Rabu (2/7/2025) pagi, sekitar pukul 07.00 WIB, MA bangun dan bermain di dalam rumah setelah dimandikan. Tanpa pengawasan ketat, balita polos itu menemukan botol berisi cairan berwarna kebiruan tersebut. Rasa penasaran mendorongnya untuk meminum cairan yang ternyata adalah Pertalite.

Merasakan bau dan rasa yang tidak enak, MA segera berlari ke arah neneknya untuk mengadu.

“Mainan lagi tahu-tahu ada bensin diminum dan lari ke mbahnya (neneknya),” ujar Harianto, kakek korban, kepada awak media.

Detik-detik Panik dan Upaya Penyelamatan Keluarga

Mengetahui sang cucu menenggak bensin, keluarga sontak panik. Mereka berusaha keras untuk membuat MA memuntahkan cairan yang sudah telanjur tertelan. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari menggosok-gosok punggung hingga memiringkan tubuh balita malang itu.

Namun, kondisi MA justru semakin memburuk. Balita tersebut kemudian pingsan dan tidak sadarkan diri.

“Punggungnya digosok-gosok, saya jungkir lagi dan langsung kita bawa ke RS karena tidak sadar,” tutur Harianto, menggambarkan detik-detik panik yang dialami keluarganya.

Tanpa membuang waktu, MA segera dilarikan ke RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk mendapatkan pertolongan medis darurat.

Penanganan Medis dan Hasil Akhir yang Menyedihkan

Setibanya di RSUD dr. Soeroto Ngawi, balita MA langsung mendapat penanganan intensif di ruang gawat darurat. Dokter jaga IGD, dr. Luthfy, menyatakan bahwa MA sudah dalam kondisi tidak sadar saat dibawa ke rumah sakit.

Pihak rumah sakit segera melakukan berbagai prosedur penyelamatan, seperti bilas lambung, pemberian obat muntah, hingga terapi anti pendarahan.

“Pasien datang dalam keadaan tidak sadar. Dari keterangan orang tua, bayi malang tersebut diduga meminum cairan berbahaya yang tersimpan dalam botol,” jelas dr. Luthfy.

Namun, meski sudah mendapatkan penanganan maksimal dari tim medis selama kurang lebih empat jam, kondisi MA terus menurun. Nyawa bocah mungil itu tidak dapat diselamatkan. MA dinyatakan meninggal dunia pada pukul 14.30 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis awal, penyebab kematian diduga akibat pendarahan serius pada saluran pencernaan karena keracunan zat berbahaya yang tertelan.

Polisi Turun Tangan Selidiki Kasus, Jadi Pelajaran Penting Bagi Orang Tua

Peristiwa tragis ini kini dalam penanganan pihak kepolisian. Kasat Reskrim Polres Ngawi AKP Atis Gunadi menyatakan bahwa pihaknya tengah mengumpulkan keterangan saksi dan barang bukti di lokasi kejadian untuk menyelidiki lebih lanjut kasus ini.

“Kami masih melakukan penyelidikan,” tegas AKP Atis Gunadi.

Kakek korban, Harianto, mengaku tak menyangka bahwa cairan Pertalite yang ditampung semalam bisa menjadi penyebab tragedi yang merenggut nyawa cucunya. Botol berisi cairan berbahaya itu berada di dalam rumah tanpa disadari dapat dijangkau dengan mudah oleh cucunya yang masih balita.

Kejadian ini menjadi pengingat keras bagi semua orang tua tentang pentingnya pengawasan ketat terhadap anak-anak, terutama balita yang memiliki rasa penasaran tinggi.

Pentingnya Keamanan Rumah untuk Anak-anak

Tragedi yang menimpa balita MA di Ngawi adalah pengingat pahit bahwa kelalaian sekecil apa pun dapat berakibat fatal, terutama jika berkaitan dengan keselamatan anak-anak. Pastikan rumah Anda adalah tempat yang aman bagi si kecil. Selalu jauhkan cairan berbahaya seperti Pertalite, oli, cairan pembersih, obat-obatan, dan benda tajam dari jangkauan anak-anak. Gunakan lemari terkunci atau tempat penyimpanan yang tidak dapat diakses oleh mereka.

Semoga kisah pilu ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih waspada dan teliti dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi buah hati kita.