Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Dwi Harjanto di Sumbawa. Putranya, Septian Eka Rahmadi (22), mahasiswa berprestasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), meninggal dunia dalam kecelakaan kapal saat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Maluku Tenggara. Kepergian Septian menyisakan duka mendalam, terutama bagi sang ayah yang mengenang putranya sebagai sosok yang luar biasa.
Ilustrasi: Kenangan hangat seorang ayah tentang putranya yang cerdas, santun, dan telah berpulang dalam sebuah tragedi.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami kenangan manis sang ayah tentang Septian, kronologi kejadian tragis yang merenggut nyawanya, hingga respons dari pihak kampus. Mari kita kenang bersama sosok Septian Eka Rahmadi yang cerdas dan hangat ini.
Mengenang Sosok Septian Eka Rahmadi di Mata Keluarga dan Kampus
Dwi Harjanto, ayahanda Septian Eka Rahmadi, tak kuasa menahan kesedihan saat mengenang putra sulungnya. Bagi Dwi, Septian adalah permata keluarga yang selalu membanggakan.
“Mendiang anak saya dikenal berprestasi dan pribadi yang hangat. Septian ini dikenal akrab dengan adik-adiknya dan teman-teman di sekolah maupun lingkungan tempat tinggalnya,” tutur Dwi lirih, Jumat (4/7/2025).
Septian adalah mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI) UGM angkatan 2022 yang berhasil masuk melalui jalur beasiswa. Prestasi akademik dan kepribadiannya yang menyenangkan membuatnya dicintai banyak orang. Pihak UGM pun mengenang Septian sebagai pribadi yang cerdas, bersahaja, dan memiliki komitmen tinggi terhadap proses pembelajaran. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial, lingkungan, dan relawan kemanusiaan.
Kronologi Kecelakaan Tragis di Maluku Tenggara
Insiden nahas ini terjadi pada Selasa, 1 Juli 2025, sekitar pukul 14.06 WIT. Saat itu, Septian bersama rombongan mahasiswa KKN UGM lainnya menaiki longboat dari Desa Debut, Kecamatan Manyeuw, menuju Pulau Wahr. Tujuan mereka adalah mengangkut pasir untuk pembangunan tempat pembuangan sementara (TPS) di Desa Debut.
Namun, dalam perjalanan kembali menuju Desa Debut, perahu yang mereka tumpangi terbalik akibat kondisi laut yang tidak bersahabat, dihantam gelombang tinggi. Septian sempat dievakuasi dalam kondisi hidup, namun takdir berkata lain. Ia meninggal dunia setelah mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit. Dalam insiden ini, satu mahasiswa UGM lainnya, Bagus Adi Prayogo, juga turut menjadi korban meninggal dunia.
Firasat dan Komunikasi Terakhir Sang Ayah
Dwi Harjanto mengaku sangat syok dan sedih saat pertama kali menerima kabar duka tentang putranya. Ia sama sekali tidak memiliki firasat buruk sebelum kejadian. Bahkan, di pagi hari sebelum insiden, Dwi sempat berkomunikasi dengan Septian melalui pesan singkat WhatsApp seperti biasa.
“Tidak ada (firasat), karena paginya kita sempat berkomunikasi melalui pesan WhatsApp seperti biasa dan tidak memberikan kabar kalau ada kegiatan itu,” ucap Dwi.
Dwi juga mengungkapkan bahwa Septian tidak pernah menyampaikan akan menaiki perahu untuk mengangkut pasir di lokasi KKN. Kabar duka ini pertama kali ia terima dari teman Septian, alumnus SMAN 1 Sumbawa, sebelum akhirnya dikonfirmasi oleh pihak rektorat UGM sekitar pukul 17.00 WITA.
Pemakaman Penuh Haru di Sumbawa
Jenazah Septian Eka Rahmadi tiba di Sumbawa menggunakan ambulans Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB pada Kamis, 3 Juli 2025, sekitar pukul 15.00 WITA. Kedatangan jenazah yang sudah ditunggu keluarga dan teman-teman sejak kemarin itu langsung disambut tangis haru.
Septian dimakamkan di pemakaman umum setempat pada Kamis sore. Sejumlah pelayat, termasuk keluarga, sahabat, teman mahasiswa KKN, dosen, dan civitas akademika UGM, terlihat memadati rumah duka dan pemakaman untuk memberikan doa serta penghormatan terakhir. Suasana duka menyelimuti seluruh prosesi pemakaman.
Respons UGM dan Komitmen Keamanan KKN
Universitas Gadjah Mada menyatakan duka mendalam atas meninggalnya Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo. Pihak kampus bergerak cepat dengan mengirimkan tim ke lokasi kejadian, berkoordinasi dengan otoritas setempat, serta memfasilitasi evakuasi dan pemulangan jenazah kedua mahasiswa.
UGM juga menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelaksanaan KKN, khususnya terkait aspek keamanan dan kesiapan lapangan di daerah-daerah terpencil atau rawan. Mereka berkomitmen untuk memperketat protokol keselamatan dan meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait demi memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Septian Eka Rahmadi adalah contoh nyata dari mahasiswa berprestasi dengan hati yang tulus untuk mengabdi. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam, namun kenangan akan kecerdasan, kesantunan, dan kehangatannya akan selalu hidup di hati orang-orang yang mengenalnya. Semoga semangat pengabdian yang ia miliki dapat terus menginspirasi, dan tragedi ini menjadi pengingat pentingnya prioritas keselamatan dalam setiap kegiatan pengabdian masyarakat.