Arief Rosyid Bereaksi Keras: Tanggapan Menohok atas Pernyataan Cak Imin yang Sentil HMI

Dipublikasikan 14 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Belakangan ini, jagat pergerakan mahasiswa Islam dihebohkan oleh sebuah pernyataan kontroversial. Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, selaku Menko Pemberdayaan Masyarakat, melontarkan sindiran yang cukup pedas kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pernyataan ini sontak memancing reaksi keras, terutama dari mantan Ketua Umum PB HMI, Arief Rosyid Hasan.

Arief Rosyid Bereaksi Keras: Tanggapan Menohok atas Pernyataan Cak Imin yang Sentil HMI

Arief Rosyid Hasan lontarkan tanggapan menohok atas pernyataan Muhaimin Iskandar yang dinilai menyentil HMI.

Lalu, apa sebenarnya yang dikatakan Cak Imin? Dan mengapa tanggapan Arief Rosyid begitu menohok? Mari kita bedah lebih lanjut duduk perkaranya.

Sindiran Cak Imin: “Kalau HMI Tidak Tumbuh dari Bawah…”

Kejadian bermula saat Cak Imin menghadiri acara pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni PMII (PB IKA PMII) periode 2025-2030 di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Minggu malam, 13 Juli 2025. Dalam suasana yang seharusnya penuh keakraban, Ketua Umum PKB ini melontarkan kalimat yang langsung menyentil HMI.

“Nggak ada PMII, nggak tumbuh dari bawah,” ucap Cak Imin. “Kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI.”

Pernyataan ini, yang disampaikan dengan gaya khas Cak Imin yang penuh kelakar, seolah menuding HMI sebagai organisasi yang tidak berakar pada perjuangan “dari bawah” atau akar rumput. Sebuah sindiran yang tentu saja tidak bisa diterima begitu saja oleh keluarga besar HMI yang memiliki sejarah panjang dalam pergerakan bangsa.

Arief Rosyid Hasan Turun Tangan: Meluruskan Sejarah yang “Menyesatkan”

Begitu kabar pernyataan Cak Imin menyebar, mantan Ketua Umum PB HMI periode 2013-2015, Arief Rosyid Hasan, langsung memberikan tanggapan tegas. Ia menilai bahwa ucapan Cak Imin ini tidak hanya tidak tepat, tetapi juga berpotensi memecah belah solidaritas antarorganisasi kemahasiswaan.

“Pernyataan Saudara Muhaimin Iskandar dalam acara Pengukuhan PB IKA PMII yang menyebutkan, ‘Kalau ada yang tak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI’, adalah pernyataan ahistoris, simplistik, dan menyesatkan,” tegas Arief.

Ia menjelaskan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, yang berdiri sejak 5 Februari 1947, di tengah sengitnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan. HMI tumbuh bukan dari elit kekuasaan atau “ruang istana”, melainkan dari semangat keumatan dan kebangsaan yang mengakar kuat di kalangan mahasiswa, bahkan dari kampus-kampus daerah, pesantren, dan keluarga sederhana.

HMI: Tangga Perjuangan untuk “Naik Kelas”

Arief Rosyid Hasan juga menyoroti bagaimana jutaan kader HMI lahir dari berbagai latar belakang, menjadikan organisasi ini sebagai “kendaraan perjuangan untuk naik kelas melalui ilmu, iman, dan amal.” Ini jelas membantah anggapan bahwa HMI tidak tumbuh dari bawah. Justru, HMI menjadi jembatan bagi banyak anak muda untuk mengembangkan pemikiran kritis dan berkontribusi pada dinamika kebangsaan.

“Sejarah mencatat, HMI turut membentuk arus pemikiran kritis dan menjadi bagian penting dari dinamika kebangsaan sejak awal Indonesia berdiri,” ungkap Arief, mengingatkan Cak Imin tentang rekam jejak historis HMI.

Etika Berucap Seorang Pejabat Publik

Sebagai seorang tokoh publik yang kini menjabat sebagai Menko PMK, Cak Imin seharusnya lebih bijak dan berhati-hati dalam melontarkan pernyataan. Arief Rosyid menekankan bahwa menyudutkan HMI sebagai organisasi yang “tidak tumbuh dari bawah” adalah bentuk ketidakpahaman atas sejarah dan kontribusi besar HMI terhadap bangsa dan negara.

Ia juga mengingatkan bahwa Cak Imin adalah tokoh politik yang selama ini turut mendapat dukungan dari berbagai elemen umat Islam, termasuk kader dan alumni HMI. Oleh karena itu, pernyataan semacam itu dinilai tidak mendidik publik, apalagi generasi muda, yang seharusnya diajak bersatu menghadapi tantangan bangsa.

Seruan Persatuan: Kompetisi Ide, Bukan Benturan Identitas

Meski ada gesekan, Arief Rosyid Hasan menegaskan bahwa HMI tetap menghormati PMII sebagai saudara seperjuangan dalam gerakan mahasiswa Islam Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa menjadikan perbedaan pendekatan sebagai alasan untuk saling merendahkan adalah keliru dan tidak bijak.

“Persaingan dalam sejarah gerakan mahasiswa adalah untuk memperkaya gagasan, bukan membenturkan identitas,” pungkas Arief. Senada dengan itu, A. Iwan Dwi Laksono, mantan Ketum LMND, juga ikut angkat bicara, menekankan bahwa OKP (Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda) seharusnya saling menguatkan, bukan merendahkan.

Kesimpulan

Pernyataan Cak Imin yang menyentil HMI memang memicu perdebatan, namun tanggapan Arief Rosyid Hasan hadir untuk meluruskan sejarah dan mengingatkan pentingnya etika dalam berucap, terutama bagi seorang pejabat publik. Insiden ini menjadi pengingat bahwa organisasi-organisasi mahasiswa memiliki peran penting dalam sejarah bangsa, dan perbedaan seharusnya menjadi dasar untuk memperkaya gagasan, bukan untuk saling menjatuhkan. Mari kita belajar dari dinamika ini untuk terus membangun semangat persatuan dan kolaborasi demi kemajuan bangsa.