Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa yang tak kenal Carlo Ancelotti? Pelatih berjuluk “Don Carlo” ini adalah salah satu manajer paling sukses di dunia sepak bola, terutama bersama Real Madrid. Namun, di balik gelar-gelar bergengsi dan kemenangan dramatis, ada satu filosofi kepelatihan yang seringkali menjadi sorotan: Carlo Ancelotti memberi kebebasan kapten Real Madrid dan para pemainnya. Pendekatan unik ini, yang mungkin terlihat “longgar” bagi sebagian orang, justru menjadi resep rahasia di balik keajaiban Los Blancos.
Kebebasan strategis Carlo Ancelotti memberikan ruang bagi kapten dan para bintang Real Madrid untuk berkreasi, kunci kesuksesan unik Los Blancos.
Baru-baru ini, Dani Carvajal, kapten Real Madrid, memberikan pandangannya tentang perbedaan gaya kepelatihan Ancelotti dengan suksesornya, Xabi Alonso. Perbandingan ini membuka mata kita lebih jauh tentang bagaimana kebebasan yang diberikan Ancelotti membentuk mental juara di Santiago Bernabeu.
Rahasia ‘Don Carlo’: Kebebasan yang Berbuah Manis
Filosofi kepelatihan Ancelotti seringkali digambarkan sebagai “anti-taktik” oleh beberapa pihak, terutama di era modern yang didominasi oleh pelatih-pelatih “filsuf” dengan sistem yang sangat rigid. Namun, justru di sinilah letak kejeniusan Ancelotti. Ia percaya bahwa pemain kelas dunia tidak perlu terlalu banyak dibatasi, melainkan diberi ruang untuk berkreasi dan menunjukkan bakat alami mereka.
Contoh nyata dari filosofi Carlo Ancelotti memberi kebebasan ini terlihat pada banyak bintangnya. Ingat bagaimana Cristiano Ronaldo diizinkan memilih posisi bermainnya sendiri, apakah sebagai striker atau di sayap kiri? Atau bagaimana pemain seperti Isco dan Mesut Ozil diberikan kebebasan penuh untuk berkreasi di lini depan dan tengah. Bahkan, musim debut gemilang Jude Bellingham di Madrid juga diyakini berkat kebebasan yang diberikan Ancelotti.
Ancelotti sendiri pernah menjelaskan pemikirannya ini dengan sangat jelas:
“Jika Vinicius atau Rodrygo merasa lebih nyaman membuka sayap ketika tim menguasai bola, saya tidak akan menyuruh mereka untuk tetap berada di dalam, karena itu adalah interpretasi individu terhadap permainan.”
“Kesalahan yang dilakukan pelatih generasi baru adalah memberikan terlalu banyak informasi kepada pemain saat bermain bola. Hal ini menghilangkan kreativitas.”
Ini bukan berarti Madrid bermain tanpa taktik. Disiplin tetap menjadi kunci saat tanpa bola, menjaga kekompakan tim. Namun, begitu bola berada di kaki mereka, para pemain bebas melepaskan imajinasi dan spontanitas yang seringkali menghasilkan gol-gol ajaib.
Dani Carvajal Ungkap Perbedaan Gaya Ancelotti dan Alonso
Perubahan kepelatihan di Real Madrid dengan kedatangan Xabi Alonso setelah kepergian Ancelotti memicu perbandingan menarik dari para pemain. Dani Carvajal, yang telah lama merasakan sentuhan “Don Carlo” dan juga pernah bermain bersama Alonso, adalah salah satu yang paling vokal.
Menurut Carvajal, perbedaan mencolok terletak pada tingkat disiplin. Ancelotti dikenal lebih memberi kelonggaran, sementara Alonso menuntut kedisiplinan yang lebih tinggi.
“Setiap pelatih punya metodenya sendiri, seperti yang Anda katakan, mereka beda generasi. Memang benar, misalnya, dengan Carletto, kami punya lebih banyak kebebasan dalam hal itu, yah, Anda keluar agak terlambat, meskipun ia sempat marah pada kami,” beber Carvajal.
“Xabi sedikit lebih terbuka, lebih disiplin, tapi ya, di dalam diri masing-masing, ada ide-idenya sendiri. Sepak bola diciptakan bertahun-tahun lalu, jadi masing-masing pelatih mengambil konsep yang menurut mereka terbaik.”
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa gaya Carlo Ancelotti memberi kebebasan kapten Real Madrid dan pemain lain adalah ciri khasnya, yang berbeda dengan pendekatan yang lebih terstruktur.
Ancelotti: Sang ‘Man-Manager’ Terbaik
Reputasi Carlo Ancelotti sebagai “man-manager” terbaik tak terbantahkan. Ia bukan pelatih yang dikenal dengan inovasi taktik revolusioner, melainkan kemampuannya dalam mengelola manusia, memahami karakter setiap pemain, dan menciptakan atmosfer tim yang positif.
Mantan gelandang serang, Kaka, yang pernah meraih Ballon d’Or di bawah Ancelotti di AC Milan, mengakui hal ini:
“Carlo adalah yang terbaik bagi saya. Karakteristik paling mengesankan yang dia miliki, menurut pendapat saya, adalah kemampuannya dalam mengatur orang. Manajemen manusia sangat penting. Tentu saja, dia sangat bagus dalam taktik dan dia memahami permainan dan segalanya, tapi begitulah cara dia mengatur para pemainnya.”
Bahkan, Ancelotti pernah belajar dari kesalahannya di masa lalu, ketika ia menolak Roberto Baggio karena tidak cocok dengan sistem 4-4-2-nya. Pelajaran itu membentuknya menjadi manajer yang memanjakan bakat. Ia bahkan berkelakar tentang Cristiano Ronaldo, “Sebenarnya, justru dialah yang memecahkan masalah saya,” menunjukkan bagaimana ia mampu mengoptimalkan pemain bintang tanpa perlu mengekang.
Di luar Real Madrid, Ancelotti juga sangat menghargai kepemimpinan. Ia pernah menyebut mantan kapten Chelsea, John Terry, sebagai “kapten dari semua kapten,” sosok yang lahir dengan ban kapten di lengannya dan secara alami memimpin. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemimpin di mata Ancelotti, dan bagaimana ia memberi kepercayaan penuh pada sosok tersebut.
Keberhasilan Ancelotti di Real Madrid: Lebih dari Sekadar Taktik
Carlo Ancelotti telah mengukir namanya sebagai pelatih tersukses dalam sejarah Real Madrid, melampaui legenda Miguel Munoz dengan total 15 trofi dalam dua periode kepelatihannya.
Berikut beberapa capaian pentingnya:
- Liga Champions: 3 trofi (membuatnya menjadi pelatih dengan gelar Liga Champions terbanyak)
- La Liga: 2 trofi
- Copa del Rey: 2 trofi
- Piala Super Spanyol: 2 trofi
- Piala Super Eropa: 2 trofi
- Piala Dunia Antarklub: 2 trofi
- Piala Interkontinental FIFA: 2 trofi
Rekor luar biasa ini dicapai Ancelotti dengan jumlah pertandingan yang jauh lebih sedikit dibandingkan Munoz. Ini membuktikan bahwa gaya kepelatihannya, yang sering disebut “longgar” dan memberi kebebasan kapten Real Madrid serta para pemain, bukanlah kelemahan, melainkan sebuah taktik cerdas. Ia menyadari bahwa di klub sebesar Real Madrid, dengan deretan pemain bintang, yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang bisa menyatukan ego, memotivasi, dan melepaskan potensi, bukan semata-mata seorang ahli taktik yang kaku.
Kesimpulan
Gaya kepelatihan Carlo Ancelotti yang memberi kebebasan kapten Real Madrid dan para bintangnya adalah sebuah anomali yang sukses di sepak bola modern. Di tengah dominasi taktik yang rumit dan sistematis, Ancelotti membuktikan bahwa manajemen manusia, kepercayaan pada insting pemain, dan kemampuan menciptakan suasana harmonis adalah kunci yang tak kalah penting, bahkan seringkali lebih efektif.
Pengakuan dari Dani Carvajal menegaskan bahwa pendekatan “Don Carlo” ini tidak hanya dirasakan oleh para kapten, tetapi juga seluruh tim, membentuk fondasi mental juara yang sulit ditiru. Kebebasan yang diberikan Ancelotti bukanlah tanpa arah, melainkan sebuah taktik cerdas untuk mengoptimalkan kreativitas dan bakat luar biasa yang dimiliki Los Blancos. Inilah yang menjadikan Ancelotti legenda sejati, bukan hanya di Real Madrid, tetapi juga di kancah sepak bola dunia.