Ancaman Demam Berdarah di Kediri: Anomali Cuaca Picu Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan

Dipublikasikan 21 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Cuaca akhir-akhir ini memang sering bikin bingung, ya? Kadang hujan deras tiba-tiba, lalu panas terik lagi. Nah, kondisi anomali cuaca semacam ini ternyata membawa ancaman serius, terutama bagi warga Kabupaten Kediri dan sekitarnya: meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Penting sekali bagi kita untuk memahami mengapa ini terjadi dan bagaimana cara melindungi diri serta keluarga. Mari kita bahas lebih lanjut!

Cuaca Tak Menentu, Ancaman DBD Meningkat di Kediri Raya

Pergeseran musim yang diakibatkan oleh anomali cuaca dan fenomena El Niño memang terasa dampaknya. Musim penghujan yang biasanya dimulai lebih awal, kini mundur hingga awal tahun. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak, lantas memicu lonjakan kasus DBD.

Di Kota Kediri saja, data menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2023 total kasus DBD tercatat 85 temuan, angka ini melonjak drastis hingga 241 kasus hanya dalam periode Januari-November 2024. Bahkan, pada Januari 2024, Dinas Kesehatan Kota Kediri mencatat 31 kasus, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Februari seiring dengan puncak musim hujan.

Bagaimana dengan Kabupaten Kediri? Bupati Kediri, Mas Dhito, sudah sejak lama mengimbau warganya untuk waspada terhadap bahaya DBD, terutama saat musim hujan tiba. Pada tahun 2021, tercatat 182 kasus DBD di Kabupaten Kediri dengan dua kematian. Angka ini bahkan sempat mencapai 209 kasus di periode lain, menunjukkan bahwa ancaman ini nyata dan terus mengintai.

Mengapa Nyamuk Aedes aegypti Makin Merajalela?

Mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa sih DBD jadi makin banyak akhir-akhir ini? Jawabannya ada pada perilaku si nyamuk Aedes aegypti dan kondisi iklim yang berubah:

  • Telur Tahan Lama, Menetas Massal: Telur nyamuk Aedes aegypti ternyata sangat tangguh. Mereka bisa bertahan hingga delapan bulan dalam kondisi kering. Nah, saat musim kemarau berkepanjangan akibat El Niño, stok telur nyamuk ini menumpuk. Begitu hujan datang dan ada genangan air, telur-telur ini menetas secara bersamaan dalam jumlah yang jauh lebih besar dari biasanya.
  • Lebih Agresif di Suhu Tinggi: Nyamuk Aedes aegypti cenderung lebih “ganas” atau aktif menggigit saat suhu udara meningkat di atas 30 derajat Celcius. Frekuensi gigitannya bisa meningkat tiga sampai lima kali lipat, membuat risiko penularan virus dengue semakin tinggi.

Kombinasi antara telur yang menumpuk dan nyamuk dewasa yang lebih agresif inilah yang membuat populasi mereka meledak dan kasus DBD pun melonjak.

Kenali Gejala dan Fase Kritis DBD: Pembunuh Diam-diam

Seringkali, gejala DBD disalahartikan sebagai penyakit lain seperti tifus, karena sama-sama menyebabkan demam tinggi. Padahal, ada perbedaan penting yang harus kita tahu:

  • Demam DBD: Biasanya demam tinggi muncul secara mendadak dan terus-menerus.
  • Demam Tifus: Demamnya cenderung naik-turun, seringkali mencapai puncaknya di malam hari.

Selain demam tinggi, gejala DBD lainnya meliputi nyeri di belakang mata, nyeri sendi atau tulang, mual, muntah, hingga munculnya bintik-bintik merah pada kulit.

Yang paling berbahaya dari DBD adalah fase kritis yang seringkali mengecoh. Fase ini terjadi sekitar hari ketiga hingga keenam, di mana demam pasien justru terlihat menurun. Banyak yang mengira sudah sembuh dan mulai beraktivitas, padahal di sinilah risiko kebocoran plasma, syok, pendarahan, bahkan gangguan organ sangat tinggi. Oleh karena itu, DBD sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam”.

Waspada dan Bertindak: Peran Serta Masyarakat dan Pemerintah

Melihat ancaman DBD yang kian nyata di Kabupaten Kediri dan sekitarnya, upaya pencegahan harus digencarkan. Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan, baik di Kota Kediri maupun Kabupaten Kediri, telah melakukan berbagai langkah, mulai dari sosialisasi, pengaktifan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik), hingga gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak. Fogging (pengasapan) juga dilakukan, namun hanya setelah penyelidikan epidemiologi (PE) terbukti ada kasus dan nyamuk dewasa.

Namun, upaya ini tidak akan maksimal tanpa peran aktif masyarakat. Kunci utama pencegahan DBD adalah dengan menerapkan Gerakan 3M Plus:

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin (bak mandi, vas bunga, penampung dispenser).
  • Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
  • Mendaur ulang atau menyingkirkan barang-barang bekas yang berpotensi menjadi genangan air.
  • Plus upaya lain seperti memelihara ikan pemakan jentik (seperti ikan cupang), menaburkan bubuk abate, dan menggunakan losion antinyamuk.

Seperti pesan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kediri, Hendik Suprianto, “Kalau nggak mau kedatangan nyamuk, ya jangan diberi rumah.” Ini adalah analogi sederhana yang sangat tepat. Mari kita pastikan lingkungan di sekitar kita bersih dari genangan air dan sarang nyamuk.

Kesimpulan

Ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kediri dan wilayah sekitarnya adalah kenyataan yang tak bisa kita abaikan, terutama dengan adanya anomali cuaca yang memicu lonjakan kasus. Penting bagi kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan, mengenali gejala, dan yang terpenting, secara aktif melakukan pencegahan. Dengan kerja sama antara pemerintah dan kesadaran tinggi dari seluruh masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui Gerakan 3M Plus dan PSN, kita bisa bersama-sama memutus rantai penyebaran DBD dan melindungi diri serta orang-orang tercinta dari penyakit berbahaya ini.

FAQ

Tanya: Mengapa anomali cuaca bisa meningkatkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)?
Jawab: Anomali cuaca menciptakan genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.

Tanya: Berapa peningkatan kasus DBD di Kota Kediri pada awal 2024 dibandingkan tahun sebelumnya?
Jawab: Kasus DBD di Kota Kediri melonjak dari 85 kasus di tahun 2023 menjadi 241 kasus pada periode Januari-November 2024.

Tanya: Apa yang bisa dilakukan warga untuk mencegah DBD di tengah cuaca yang tidak menentu?
Jawab: Warga diimbau untuk waspada dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk serta menjaga kebersihan lingkungan.

Ancaman Demam Berdarah di Kediri: Anomali Cuaca Picu Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan - zekriansyah.com