Yogyakarta, zekriansyah.com – Anak-anak muda di Sleman punya cara keren untuk menyiapkan diri menghadapi masa depan. Mereka tidak cuma nongkrong atau main game, tapi juga aktif kumpul-kumpul membahas isu sosial dan politik yang lagi hangat, apalagi di era digital sekarang.
Ilustrasi: Semangat generasi muda Sleman beradu gagasan tentang isu sosial politik digital, membekali diri untuk masa depan.
Acara seperti ini penting banget, lho! Kenapa? Karena dengan membaca artikel ini, Anda akan tahu bagaimana generasi muda di Sleman berusaha melek informasi, menyaring berita, dan bahkan ikut berkontribusi membangun daerahnya. Di zaman serba cepat ini, kemampuan memilah informasi dan berpikir kritis jadi modal utama, dan anak-anak muda Sleman ternyata sudah mulai mempraktikkannya. Yuk, kita intip lebih jauh!
Mengapa Anak Muda Penting Bicara Sosial Politik?
Baru-baru ini, Yayasan Dahana Pramoda, sebuah organisasi yang fokus pada kepemudaan, mengadakan acara seru bertajuk “Sarasehan Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik”. Acara ini digelar di Jogja Cozy Space, Ngaglik, Sleman, pada Minggu, 6 Juli 2025, dan diikuti oleh sekitar 120 peserta dari berbagai wilayah di Sleman.
Bekti Gunawan, Ketua Panitia dari Yayasan Dahana Pramoda, menjelaskan tujuan utama acara ini:
“Kami ingin melihat karakter anak muda dari berbagai perspektif, kami gali dan diskusikan. Tujuannya agar anak-anak muda melek literasi digital. Mereka diharapkan bisa memanfaatkan sosial media dengan baik. Mereka bisa filterisasi isu di media dan memaksimalkan sistem kurasi dalam diri.”
Ini penting sekali, mengingat Generasi Z atau pemilih pemula seringkali menjadi target informasi hoaks atau bahkan politik uang, terutama menjelang Pilkada seperti yang pernah disuarakan anak-anak muda Sleman di Bawaslu pada November 2024 lalu. Diskusi semacam ini jadi bekal agar mereka bisa menjadi pemilih dan warga negara yang cerdas, tidak mudah termakan isu yang menyesatkan.
Peran Berbagai Pihak dalam Membentuk Karakter Pemuda Sleman
Acara sarasehan ini tidak main-main. Panitia sengaja menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, pekerja kreatif, hingga pengarsip budaya. Ada Wakil Rektor UGM, Arie Sujito; vokalis band sekaligus YouTuber lingkungan, Momo Zima; serta pengarsip budaya Nusantara, Bonbon Yosafat.
Menurut Arie Sujito, kesuksesan anak muda itu tidak bisa lepas dari dukungan banyak pihak, terutama kebijakan dari negara:
“Anak muda tonggak masa depan. Negara harus hadir dengan serius karena masih ada kasus kekerasan, gangster, judi online dan hal-hal negatif lainnya. Pemerintah dan inisiatif masyarakat harus berjalan beriringan menciptakan ekosistem yang baik.”
Beliau juga menekankan bahwa membangun karakter pemuda harus jadi isu penting bagi negara, bukan cuma memuji mereka yang berprestasi, tapi juga membuka peluang bagi mereka yang potensial.
Sementara itu, Bonbon Yosafat, yang punya pengalaman keliling Indonesia selama 13 tahun untuk mengarsipkan visual budaya, mengajak anak muda untuk lebih mencintai negeri ini:
“Bagaimana anak muda kami ajak mencintai negeri ini. Tak hanya tergantung pemerintahan tapi punya karakter sendiri yang menjadi hal baik bagi dirinya. Tantangan anak muda di era digital lebih kompleks. Anak muda harus bijaksana, berpikir mandiri dengan karakter yang dipelajari dalam budaya.”
Upaya membentuk karakter pemuda di Sleman juga terlihat dari berbagai program lain, seperti “Satpol PP Goes To School” yang gencar dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja dan kejahatan jalanan. Selain itu, ada juga acara seperti “Temu Hati Anak Sleman” yang diselenggarakan oleh Dinas P3AP2KB Sleman, sebagai wadah anak-anak mengembangkan diri dan menyuarakan aspirasi mereka. Bahkan, di masa lalu, tokoh seperti Romo Mangun juga dikenal peduli terhadap pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di pinggiran Kali Code, Sleman, menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap generasi muda dan masyarakat.
Tantangan dan Harapan untuk Generasi Digital Sleman
Di era digital ini, informasi datang bak air bah. Ini bisa jadi keuntungan, tapi juga tantangan besar. Anak-anak muda harus punya literasi digital yang kuat agar tidak mudah terjerumus pada hoaks atau informasi negatif.
Dari diskusi yang digagas Yayasan Dahana Pramoda ini, harapannya adalah muncul ide-ide kreatif dan positif dari para peserta. Ini sejalan dengan pesan Arie Sujito:
“Era digital bisa dimanfaatkan dengan positif oleh anak muda. Jangan justru sebaliknya. Kenali karakter anak-anak muda, tugas bersama memfasilitasi agar ketemu karakternya.”
Bonbon Yosafat juga menambahkan bahwa di tengah tantangan era digital yang makin kompleks, anak muda harus tetap bijaksana dan mampu berpikir mandiri. Dengan begitu, mereka bisa menjadi agen perubahan yang positif bagi lingkungan, bangsa, dan negara.
Kesimpulan
Pertemuan anak-anak muda di Sleman untuk membahas isu sosial politik di era digital ini menunjukkan bahwa generasi muda punya semangat dan kepedulian yang tinggi terhadap masa depan. Dengan kolaborasi antara yayasan, akademisi, pekerja kreatif, dan pemerintah, diharapkan anak-anak muda Sleman bisa makin melek literasi digital, mampu menyaring informasi, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan. Mari terus dukung dan fasilitasi inisiatif positif seperti ini agar lahir generasi penerus yang cerdas, kritis, dan berkarakter kuat!
FAQ
Tanya: Apa tujuan utama diadakannya acara “Sarasehan Pembentukan Karakter Pemuda di Era Digital Menyikapi Dinamika Sosial Politik” di Sleman?
Jawab: Tujuan utamanya adalah agar anak muda melek literasi digital, dapat memanfaatkan media sosial dengan baik, serta mampu memfilterisasi isu dan memaksimalkan sistem kurasi informasi dalam diri mereka.
Tanya: Siapa penyelenggara acara sarasehan tersebut dan di mana lokasinya?
Jawab: Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Dahana Pramoda di Jogja Cozy Space, Ngaglik, Sleman.
Tanya: Berapa banyak peserta yang hadir dalam acara tersebut?
Jawab: Acara tersebut diikuti oleh sekitar 120 peserta dari berbagai wilayah di Sleman.