Catatan Menyentuh Taufik Hidayat: Duka Mendalam Mengenang Kepergian Iie Sumirat, Sang Legenda Bulu Tangkis

Dipublikasikan 23 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kehilangan seseorang yang sangat berjasa dalam hidup memang selalu meninggalkan luka mendalam. Hal inilah yang dirasakan oleh legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat, atas berpulangnya sang mentor, pelatih, sekaligus sosok ayah baginya, Iie Sumirat. Kabar kepergian Iie Sumirat pada Selasa, 22 Juli 2025, menyelimuti dunia bulu tangkis Indonesia dengan duka. Artikel ini akan membawa Anda menyelami catatan menyentuh Taufik Hidayat dalam mengenang jasa dan warisan Kang Iie, yang tak hanya membentuknya sebagai atlet, tetapi juga sebagai pribadi. Mari kita pahami lebih dekat bagaimana sosok ini meninggalkan jejak yang tak terlupakan.

Catatan Menyentuh Taufik Hidayat: Duka Mendalam Mengenang Kepergian Iie Sumirat, Sang Legenda Bulu Tangkis

Taufik Hidayat berduka cita mendalam atas berpulangnya Iie Sumirat, mentor dan sosok ayah yang berperan besar dalam membentuk karier bulu tangkisnya.

Sosok Iie Sumirat di Mata Taufik Hidayat: Lebih dari Sekadar Pelatih

Bagi Taufik Hidayat, nama Iie Sumirat bukan hanya sekadar ukiran dalam daftar pelatihnya. Ia adalah figur yang sangat fundamental, jauh melampaui peran seorang instruktur. Saat mendengar kabar duka itu, Taufik, yang dikenal selalu tegar, tak kuasa menahan air mata.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Dunia bulu tangkis Indonesia berduka. Salah satu legenda, Iie Sumirat, hari ini berpulang. Saya sebagai salah satu anak didiknya merasa sangat kehilangan dengan kepergian Kang Iie,” ujar Taufik dengan suara bergetar.

Taufik Hidayat mengenal Iie sejak awal kariernya sebagai atlet junior di klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Bandung, pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Kala itu, Kang Iie menjadi pelatih yang memperkenalkan dasar-dasar permainan dan membentuk karakter Taufik di lapangan. “Beliau pelatih yang membangun dan meletakkan dasar-dasar bermain bulu tangkis saya,” kenang peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu.

Kedekatan mereka bukan hanya sebatas di lapangan. Mengingat rumah Taufik yang cukup jauh di Pangalengan, ia sering menginap di rumah Kang Iie agar tidak terlambat latihan keesokan harinya. Dari interaksi inilah, tumbuh ikatan yang kuat, bahkan Taufik menganggap Kang Iie sebagai sosok ayah dan orang tua baginya. Ikatan emosional ini menjelaskan mengapa duka Taufik Hidayat begitu mendalam.

Teknik “Aneh” yang Mengukir Sejarah Emas

Salah satu warisan paling berharga dari Iie Sumirat kepada Taufik adalah metode pelatihannya yang unik dan inovatif. Taufik mengungkapkan bahwa banyak teknik pukulan yang diajarkan Kang Iie dianggap “aneh” oleh sebagian orang, namun justru terbukti menjadi keunggulan tersendiri yang membedakannya dari pemain lain.

“Kang Iie lah yang mampu membuat permainan saya begitu istimewa. Pukulan-pukulan istimewa itu saya dapat dari Kang Iie. Teknik-teknik itu tidak bisa ditemukan di buku manapun,” ungkap Taufik, mengenang betapa spesialnya ilmu yang diberikan pelatih Iie Sumirat kepadanya. Berkat polesan tangan dingin Kang Iie, Taufik berhasil meraih berbagai prestasi gemilang, termasuk emas Olimpiade Athena 2004, Kejuaraan Dunia 2005, serta medali emas Asian Games 2002 dan 2006.

Tak hanya itu, Taufik juga mengaku terinspirasi dari perjalanan karier Kang Iie saat masih aktif membela tim nasional. “Saat kecil, saya begitu takjub dan kagum dengan catatan prestasi Kang Iie, terutama dengan penampilan hebat dan heroiknya saat bermain di Piala Thomas Indonesia,” tuturnya. Ini menunjukkan bagaimana mentor Iie Sumirat tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi.

Jejak Gemilang Iie Sumirat: Pahlawan Bulu Tangkis Indonesia

Iie Sumirat bukan hanya seorang pelatih ulung, tetapi juga seorang legenda yang turut membangun fondasi kejayaan bulu tangkis Indonesia di era 1970-an. Ia dikenal luas atas kontribusinya dalam mengantarkan tim Merah Putih merebut berbagai gelar bergengsi di level internasional.

Prestasi beregu Iie Sumirat termasuk bagian dari skuad yang sukses menjuarai Piala Thomas pada edisi 1976. Empat tahun berselang, ia kembali dipercaya memperkuat tim nasional sebagai tunggal utama dan membawa Indonesia kembali menjuarai turnamen beregu paling prestisius di dunia itu pada 1979.

Selain prestasi beregu, Iie juga mencetak pencapaian penting di nomor perorangan:

  • Medali Perunggu Kejuaraan Dunia 1977: Ini merupakan edisi perdana dari ajang tersebut.
  • Juara Kejuaraan Invitasi Asia 1976 di Bangkok: Mengalahkan pemain unggulan China, Hou Jiachang, di partai final tunggal putra.

Setelah pensiun, dedikasi Iie tak pernah pudar. Ia tetap aktif membina atlet-atlet muda di klub SGS Bandung, tempat ia pertama kali menemukan dan menggembleng Taufik Hidayat. Perannya dalam pembinaan ini menjadi inspirasi bagi banyak pebulu tangkis generasi berikutnya.

Mengabadikan Semangat dan Dedikasi

Kepergian Iie Sumirat adalah kehilangan besar bagi dunia olahraga nasional, khususnya bulu tangkis Indonesia. Namun, seperti yang diungkapkan Taufik Hidayat, prestasi, semangat juang, dan teladan yang ia tinggalkan akan terus dikenang sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah emas bulu tangkis Tanah Air.

“Tanpa beliau, saya bukanlah siapa-siapa. Bagi kita sekarang, semangat dan torehan prestasi yang telah ditorehkan Kang Iie wajib kita teruskan dan lestarikan,” tegas Taufik.

Catatan menyentuh Taufik Hidayat mengenang kepergian Iie ini adalah pengingat betapa pentingnya peran seorang mentor dalam membentuk karakter dan meraih impian. Selamat jalan, Kang Iie. Jasa dan dedikasimu untuk kejayaan prestasi bulu tangkis Indonesia akan terus kami kenang. Semoga semangat juang dan warisanmu terus menginspirasi generasi-generasi penerus bulu tangkis Indonesia.