Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar tentang naturalisasi Jairo Riedewald yang batal untuk memperkuat Timnas Indonesia menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air. Pemain yang digadang-gadang bisa menjadi kekuatan baru di lini tengah skuad Garuda ini ternyata harus mengubur mimpinya berseragam Merah Putih. Lantas, apa sebenarnya alasan PSSI batalkan naturalisasi Jairo Riedewald timnas? Mari kita bedah lebih dalam.
PSSI akhirnya membeberkan alasan resmi pembatalan naturalisasi Jairo Riedewald, mengakhiri spekulasi yang beredar di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa proses naturalisasi Jairo Riedewald begitu rumit dan akhirnya tidak bisa dilanjutkan, mulai dari kendala regulasi FIFA hingga masalah administrasi. Dengan memahami poin-poin ini, Anda akan mendapatkan gambaran jelas tentang tantangan yang dihadapi PSSI dalam mendatangkan pemain diaspora berkualitas.
Mengapa Jairo Riedewald Begitu Diinginkan Timnas Indonesia?
Sebelum membahas pembatalan, penting untuk tahu mengapa nama Jairo Riedewald begitu mencuat. Gelandang berusia 28 tahun ini punya rekam jejak yang mentereng. Ia merupakan pemain Royal Antwerp di Liga Belgia, dan sebelumnya pernah merasakan atmosfer Liga Inggris bersama Crystal Palace. Kualitasnya sebagai gelandang bertahan atau bek tengah tentu sangat menjanjikan untuk meningkatkan kekuatan Timnas Indonesia.
Ketertarikan ini juga diungkapkan langsung oleh pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, yang sempat menjalin komunikasi dengannya. Harapan besar pun muncul dari para penggemar agar Jairo bisa segera bergabung. Sayangnya, harapan itu kini harus pupus.
Kendala Utama: Regulasi Ketat FIFA Jadi Batu Sandungan
Penyebab utama di balik batalnya naturalisasi Jairo Riedewald adalah regulasi ketat dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Ini adalah poin paling krusial yang membuat kasus Jairo lebih rumit dibanding kasus naturalisasi lainnya.
Menurut Statuta FIFA, khususnya Pasal 9 Ayat 2 poin C tentang Perpindahan Asosiasi, ada aturan yang sangat spesifik:
- Pemain yang pernah membela tim nasional senior suatu negara dalam kompetisi resmi sebelum berusia 21 tahun tidak boleh berpindah federasi.
- Jairo Riedewald tercatat pernah tampil sebanyak tiga kali untuk tim senior Belanda pada tahun 2015. Saat itu, usianya masih 18 hingga 20 tahun.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, menegaskan hal ini. “Jairo berat, dia sudah pernah bermain untuk Timnas Belanda (senior) beberapa kali, berarti sudah enggak bisa (lagi),” ujarnya. Ini mengakhiri spekulasi dan mengkonfirmasi bahwa Jairo secara regulasi tidak memenuhi syarat FIFA untuk pindah federasi karena telah terikat dengan Timnas Belanda di level senior pada usia muda.
Hambatan Administrasi dan Dokumen yang Belum Lengkap
Selain kendala regulasi FIFA, masalah administrasi dan kelengkapan dokumen juga menjadi faktor penting. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjelaskan bahwa surat-surat pendukung untuk proses naturalisasi Jairo dinilai belum memadai. Hal ini juga diperkuat oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo.
“Untuk Jairo Riedewald, Pak Erick Thohir menyampaikan bahwa paperwork ada yang belum bisa,” ujar Dito. “Daripada bisa bermasalah di kemudian hari, jadi memang diputuskan untuk tidak diproses dulu.”
Artinya, ada berkas-berkas penting yang belum bisa dipenuhi, kemungkinan terkait dengan silsilah atau dokumen lain yang diperlukan untuk proses naturalisasi. PSSI memilih untuk tidak memaksakan proses jika ada potensi masalah di kemudian hari, demi menghindari risiko penolakan formal oleh FIFA.
Lebih Sulit dari Kasus Maarten Paes?
Kasus naturalisasi Jairo Riedewald ini bahkan disebut lebih rumit dibandingkan dengan kasus kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes. Seperti diketahui, Maarten Paes juga sempat menghadapi kendala regulasi FIFA karena pernah membela Timnas U21 Belanda saat usianya sudah 22 tahun. Namun, Maarten Paes akhirnya bisa membela Timnas Indonesia berkat adanya “celah” dalam aturan.
Sayangnya, untuk Jairo, celah tersebut tampaknya tidak ditemukan. Arya Sinulingga menyatakan, “Jairo ini prosesnya lebih berat daripada Maarten Paes, lebih berat, jadi bukan kita gak mau, kita mau banget, tapi ada masalah di sana.” Ini menunjukkan bahwa batasan regulasi yang dihadapi Jairo jauh lebih fundamental dan sulit diakali.
Prioritas PSSI dan Fokus ke Pemain Lain
Dengan adanya kendala besar ini, PSSI akhirnya memutuskan untuk membatalkan naturalisasi Jairo Riedewald dan mengalihkan fokus pada kandidat pemain keturunan lainnya yang lebih memungkinkan. Saat ini, PSSI memprioritaskan proses naturalisasi tiga pemain lain, yaitu Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy, yang diharapkan bisa segera memperkuat Timnas Indonesia dalam waktu dekat. Pembatalan ini juga berarti Jairo tidak akan bisa memenuhi kebutuhan Timnas untuk putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang dijadwalkan pada Oktober.
Kesimpulan
Pembatalan naturalisasi Jairo Riedewald untuk Timnas Indonesia adalah kabar yang mengecewakan, namun perlu dipahami bahwa ini adalah keputusan yang diambil PSSI berdasarkan pertimbangan matang terhadap regulasi FIFA yang ketat serta kendala administrasi yang tak bisa diabaikan. Jairo Riedewald memang memiliki keinginan kuat untuk membela Merah Putih, namun riwayat caps-nya di tim senior Belanda pada usia muda menjadi tembok penghalang yang sulit ditembus.
Meskipun demikian, PSSI terus berupaya memperkuat Timnas Indonesia dengan mencari dan memproses pemain diaspora lain yang memenuhi syarat. Mari kita terus mendukung langkah-langkah PSSI demi kemajuan sepak bola Indonesia!