Ilmuwan Kehilangan Antartika: Ancaman Serius bagi Laut dan Iklim Global yang Kian Nyata

Dipublikasikan 21 Agustus 2025 oleh admin
Pendidikan Dan Pengetahuan Umum

Yogyakarta, zekriansyah.com – Antartika, benua es di ujung selatan Bumi, selama ini dikenal sebagai “kulkas” raksasa yang menjaga keseimbangan iklim planet kita. Namun, kabar terbaru dari para ilmuwan sangat mengkhawatirkan: es Antartika mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan mencapai titik terendah dalam sejarah. Kondisi ini bukan sekadar fenomena alam biasa, melainkan ancaman serius yang bisa mengubah wajah laut dan iklim global secara drastis. Mari kita selami lebih dalam mengapa para ahli begitu cemas dan apa dampaknya bagi kita semua.

Ilmuwan Kehilangan Antartika: Ancaman Serius bagi Laut dan Iklim Global yang Kian Nyata

Ancaman serius bagi laut dan iklim global kini semakin nyata seiring hilangnya sebagian besar es Antartika, yang selama ini berfungsi sebagai penyeimbang iklim planet.

Antartika: Dari Kulkas Bumi Menjadi Radiator?

Bayangkan lemari es besar yang menjaga seluruh rumah tetap sejuk. Itulah peran Antartika bagi Bumi. Permukaan esnya yang putih bersih memantulkan kembali sebagian besar energi matahari ke atmosfer, membantu mendinginkan air laut di sekitarnya dan mengatur suhu planet. Namun, data satelit terbaru menunjukkan bahwa jumlah es di lautan yang mengelilingi Antartika kini jauh di bawah level musim dingin yang pernah tercatat. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir, luas minimum es laut Antartika berada di bawah dua juta kilometer persegi selama berbulan-bulan, sebuah rekor terendah sejak pencatatan dimulai 46 tahun lalu.

Menurut Walter Meier dari Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSDC) Amerika Serikat, situasi ini “jauh sekali di luar apa pun yang pernah kita amati, bahkan bisa dibilang menakjubkan.” Jika es laut ini terus berkurang, permukaan air laut yang lebih gelap akan semakin terekspos. Air gelap ini justru menyerap sinar matahari alih-alih memantulkannya, sehingga menambah panas ke lautan. Para ilmuwan menyebutnya efek es-albedo. Artinya, Antartika bisa berubah dari “kulkas” menjadi “radiator” Bumi, mempercepat pemanasan global dan memicu dampak berantai yang tak terbayangkan.

Dampak Berantai yang Mengkhawatirkan

Hilangnya es di Antartika memicu serangkaian efek domino yang mengancam berbagai aspek kehidupan di Bumi.

Kenaikan Permukaan Laut yang Tak Terhindarkan

Meskipun pencairan es laut (yang sudah mengapung di air) tidak secara langsung menaikkan permukaan laut, hilangnya lapisan pelindung ini akan mempercepat pencairan es daratan dan gletser raksasa di Antartika. Sejak tahun 1990-an, hilangnya es darat dari Antartika telah berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut sebanyak 7,2 milimeter. Laju pencairan ini terus meningkat, bahkan empat kali lipat dalam beberapa dekade terakhir.

Para peneliti memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, permukaan laut bisa naik hingga 10 sentimeter per tahun, atau 1 meter per abad jika kondisi tidak terkendali. Bayangkan dampaknya: ratusan juta orang yang tinggal di wilayah pesisir akan terpaksa migrasi besar-besaran, kehilangan tempat tinggal akibat banjir rob dan erosi pantai yang tak terelakkan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bangkok, New York, dan Shanghai menghadapi risiko serius.

Mengancam Kehidupan Laut dan Arus Samudra

Hilangnya es Antartika juga menjadi pukulan telak bagi ekosistem laut yang rapuh. Satwa seperti penguin kaisar sangat bergantung pada es untuk berkembang biak. Populasi krill, udang kecil yang menjadi dasar rantai makanan di Antartika, juga terancam karena mereka bergantung pada lapisan es di perairan.

Selain itu, air permukaan yang semakin hangat akan mengurangi populasi fitoplankton, organisme mikroskopis yang berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar dari atmosfer. Lebih jauh lagi, pelemahan Antarctic Overturning Circulation, arus laut raksasa yang mendistribusikan panas, nutrisi, dan mengatur cuaca global, dapat menyebabkan perubahan iklim yang lebih ekstrem di berbagai belahan dunia.

Fenomena “Penghijauan” yang Menipu

Secara mengejutkan, dampak pemanasan global di Antartika juga terlihat dari fenomena “penghijauan.” Vegetasi seperti lumut, lumut kerak, dan ganggang kini meluas dengan cepat di Semenanjung Antartika, meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dalam 40 tahun terakhir. Sekilas, ini mungkin terdengar positif, tapi faktanya ini adalah alarm bahaya!

Peningkatan suhu di Semenanjung Antartika yang mencapai sekitar 3°C dalam 50 tahun terakhir telah membuka lahan baru yang sebelumnya tertutup es. Namun, penghijauan ini dapat memicu masuknya spesies invasif, mengurangi albedo (daya pantul permukaan), sehingga lebih banyak panas matahari terserap dan mempercepat pemanasan. Perubahan ini juga memengaruhi siklus karbon, karena meskipun lumut menyerap CO2, mereka akan melepaskannya kembali saat mati dan membusuk, memperburuk konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Mengapa Ini Terjadi dan Apa yang Ilmuwan Katakan?

Para ilmuwan sepakat bahwa akar masalahnya adalah perubahan iklim yang didorong oleh aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Antartika, yang dulu dianggap relatif terisolasi, kini menunjukkan betapa rentannya terhadap dampak ini. Bahkan, pada Maret 2022, gelombang panas ekstrem melanda Antartika Timur, menaikkan suhu ke -10°C padahal seharusnya mendekati -50°C.

“Ini berpotensi menjadi tanda perubahan iklim Antartika yang sangat mengkhawatirkan dan belum pernah ada selama 40 tahun terakhir,” ungkap Dr. Robbie Mallet dari University of Manitoba. Ilmuwan juga menyebut bahwa es laut Antartika mungkin salah satu titik balik iklim dalam sistem Bumi. Ini berarti, setelah melewati ambang batas tertentu, perubahan yang terjadi bisa menjadi tidak dapat dipulihkan dalam skala waktu manusia.

Meskipun ada laporan anomali di mana beberapa wilayah Antartika Timur menunjukkan penambahan massa es pada 2021-2023 akibat peningkatan curah salju (karena atmosfer yang lebih hangat mampu menahan lebih banyak uap air), para ahli menegaskan bahwa ini hanyalah fenomena kompleks dan sementara. Jumlah es yang hilang selama dua dekade terakhir jauh lebih besar daripada penambahan yang terjadi baru-baru ini, sehingga tidak dapat dianggap sebagai bukti pembalikan tren pemanasan global.

Miguel Angel de Pablo, ahli geologi planet asal Spanyol, menyatakan, “Kami sangat khawatir karena kami tidak tahu bagaimana kami bisa mengatasi persoalan ini sendirian. Semakin banyak peringatan yang sampaikan untuk membuat masyarakat sadar akan apa yang terjadi, sepertinya kami tidak didengarkan, bahwa kami (dianggap) menakut-nakuti meskipun ada buktinya.”

Solusi atau Ilusi? Perdebatan Geoengineering

Melihat kondisi yang makin kritis, beberapa ilmuwan mulai serius mempertimbangkan “solusi” ekstrem seperti geoengineering, yaitu upaya untuk memanipulasi iklim Bumi secara sengaja. Salah satu idenya adalah “meredupkan Matahari” dengan menyemprotkan jutaan ton sulfur dioksida ke stratosfer untuk memantulkan kembali sinar matahari.

Penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini mungkin bisa menunda keruntuhan lapisan es Antartika Barat, tetapi hanya jika digabungkan dengan upaya dekarbonisasi yang masif dan hanya pada jalur emisi sedang atau rendah. Bahkan jika berhasil, geoengineering harus dilanjutkan selama berabad-abad atau bahkan ribuan tahun. Menghentikannya secara tiba-tiba justru akan memicu “kejutan penghentian” dengan peningkatan suhu yang lebih mendadak. Selain itu, geoengineering tidak mengatasi dampak buruk lain dari peningkatan CO2 di atmosfer, seperti pengasaman laut.

Para ahli menegaskan, tindakan berisiko seperti meredupkan Matahari tidaklah cukup. Satu-satunya solusi jangka panjang yang efektif, yang telah kita abaikan selama empat dekade terakhir, adalah berhenti menggunakan bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis.

Waktu Kian Menipis, Aksi Nyata Mendesak

Kondisi Antartika saat ini adalah cerminan nyata dari krisis iklim yang mendesak. Ilmuwan di seluruh dunia telah memperingatkan bahwa kita mungkin telah melewati ambang batas aman untuk menjaga kestabilan lapisan es utama Bumi. Dengan es Antartika mencair pada tingkat yang mengkhawatirkan, ancaman serius bagi laut dan kehidupan di planet kita semakin nyata di depan mata.

Kita tidak bisa lagi menunda. Setiap tindakan kecil untuk mengurangi jejak karbon kita, setiap dukungan terhadap energi terbarukan, dan setiap dorongan kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih ambisius dalam mengurangi gas rumah kaca adalah langkah penting. Masa depan planet kita, termasuk nasib Antartika yang selama ini menjadi penjaga iklim, bergantung pada kesadaran dan aksi kolektif kita semua. Mari bersama-sama menjadi bagian dari solusi, sebelum “kulkas” Bumi ini benar-benar kehilangan fungsinya.