Perdarahan Hebat Saat Hamil: Kisah Pilu Bunda Kyleigh Tak Mendapat Penanganan Medis yang Layak

Dipublikasikan 7 September 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Membayangkan momen kehamilan seharusnya penuh kebahagiaan dan harapan. Namun, bagi sebagian wanita, perjalanan ini bisa berubah menjadi mimpi buruk, terutama ketika menghadapi komplikasi serius seperti perdarahan saat hamil yang tidak mendapat penanganan yang semestinya. Salah satu kisah yang mengiris hati datang dari seorang bunda bernama Kyleigh Thurman, yang mengalami kehamilan ektopik namun justru ditolak penanganan di rumah sakit, berujung pada kondisi yang nyaris merenggut nyawanya.

Artikel ini akan mengupas tuntas kisah bunda alami perdarahan tak mendapat penanganan yang dialami Kyleigh, mengapa kehamilan ektopik begitu berbahaya, serta pentingnya akses terhadap layanan kesehatan yang cepat dan tepat bagi ibu hamil. Mari kita pahami bersama agar kejadian serupa tidak terulang.

Kisah Pilu Kyleigh: Ditolak Perawatan Meski Berdarah Hebat

Pada Februari 2023, Kyleigh Thurman mendatangi Ascension Seton Williamson Hospital di Amerika Serikat dengan keluhan serius: ia mengalami perdarahan vagina akibat kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik adalah kondisi di mana sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim, paling sering di saluran tuba falopi, dan ini sangat berbahaya jika tidak ditangani segera.

Alih-alih mendapatkan penanganan medis yang dibutuhkan, Kyleigh justru dipulangkan oleh pihak rumah sakit. Tragisnya, ia hanya diberi pamflet tentang keguguran. Padahal, kondisinya terus memburuk.

“Ia kemudian kembali (ke rumah sakit) lantaran perdarahan vagina nan terus-menerus, tetapi tetap tidak mendapatkan perawatan,” demikian pernyataan dalam arsip pengadilan.

Keterlambatan penanganan ini berakibat fatal. Kehamilan ektopik Kyleigh pecah, menyebabkan perdarahan hebat yang mengancam nyawanya. Pada kunjungan ketiga, barulah ia diberitahu bahwa kondisinya kritis.

“[Dokter kandungan saya] datang dan beliau berkata, ‘Kami kudu menjalani transfusi darah, menjalani operasi, alias Anda bakal kehabisan darah’,” kata Thurman kepada Associated Press (AP). “Saat itulah saya seperti berpikir, ‘Ya Tuhan, saya, saya sekarat’.”

Kyleigh akhirnya menjalani operasi darurat untuk mengangkat salah satu tuba falopi yang pecah. Operasi ini, tentu saja, membahayakan kesuburannya di masa depan. Kasus ini kemudian memicu penyelidikan federal oleh Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS), yang menemukan bahwa rumah sakit tersebut melanggar Undang-Undang Perawatan Medis Darurat dan Persalinan federal (EMTALA).

Mengenal Lebih Dekat Kehamilan Ektopik: Bahaya yang Mengintai

Kisah Kyleigh menjadi pengingat betapa seriusnya kehamilan ektopik. Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi tidak menempel di dinding rahim, melainkan di tempat lain, seperti:

  • Saluran tuba falopi (lebih dari 90% kasus)
  • Ovarium
  • Perut
  • Leher rahim (serviks)

Meskipun test pack positif, embrio tidak dapat bertahan hidup di luar rahim. Jika terus tumbuh, organ tempat embrio menempel bisa pecah, menyebabkan perdarahan internal yang masif dan dapat berujung pada kematian ibu.

Tanda-tanda Kehamilan Ektopik yang Perlu Diwaspadai:

Penting bagi setiap wanita untuk mengenali gejala kehamilan ektopik agar bisa mencari penanganan medis secepatnya. Beberapa tanda yang sering muncul antara lain:

  • Perdarahan vagina tidak normal: Bisa berupa flek ringan hingga perdarahan hebat.
  • Nyeri punggung bawah yang tak kunjung hilang.
  • Nyeri ringan hingga kram di perut atau panggul, seringkali terasa di satu sisi.
  • Rasa pusing atau ingin pingsan.
  • Kulit pucat dan tubuh terasa lemah.
  • Nyeri mendadak yang hebat di perut jika terjadi pecah.

Dokter Nana Agustina, SpOG, juga pernah membagikan kisah wanita hamil di luar kandungan yang alami perdarahan dan pingsan, menunjukkan bahwa gejala-gejala ini adalah sinyal bahaya yang tidak boleh diabaikan.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab pasti kehamilan ektopik seringkali tidak diketahui. Namun, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko meliputi:

  • Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
  • Peradangan atau jaringan parut pada saluran tuba akibat infeksi (seperti Infeksi Menular Seksual/IMS gonore atau klamidia) atau pembedahan.
  • Penyakit radang panggul (PID).
  • Endometriosis.
  • Faktor hormonal atau kelainan genetik.
  • Usia di atas 35 tahun.
  • Riwayat infertilitas atau menjalani program bayi tabung.
  • Kebiasaan merokok.

Pentingnya Penanganan Cepat untuk Selamatkan Nyawa dan Kesuburan

Penanganan kehamilan ektopik adalah sebuah kegawatdaruratan medis. Semakin cepat didiagnosis dan ditangani, semakin besar peluang untuk menyelamatkan nyawa ibu dan menjaga kesuburannya. Ada dua pilihan penanganan utama:

  1. Pemberian Obat-obatan: Biasanya dengan suntikan methotrexate, untuk menghentikan pertumbuhan sel dan mencegah massa ektopik pecah, jika kondisi terdeteksi dini dan stabil.
  2. Operasi: Untuk mengangkat embrio dan memperbaiki atau mengangkat saluran tuba falopi yang rusak atau pecah. Ini sering menjadi pilihan jika perdarahan sudah terjadi atau kondisi ibu tidak stabil.

Kisah Kyleigh menegaskan bahwa penolakan atau penundaan penanganan medis dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan. Bukan hanya nyawa yang terancam, tetapi juga harapan untuk memiliki buah hati di masa depan. Ia berharap, penyelidikan atas kasusnya akan memberikan pesan yang lebih jelas bahwa kehamilan ektopik kudu ditangani dengan serius oleh rumah sakit.

Kesimpulan

Kisah bunda alami perdarahan tak mendapat penanganan seperti yang dialami Kyleigh Thurman adalah cerminan masalah serius dalam sistem layanan kesehatan. Setiap ibu hamil berhak mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat, terutama saat menghadapi komplikasi seperti kehamilan ektopik atau perdarahan hebat.

Jangan pernah ragu untuk segera mencari bantuan medis jika Anda mengalami gejala perdarahan abnormal saat hamil atau nyeri hebat di perut. Kepekaan dan respons cepat dari tenaga medis serta kesadaran masyarakat adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terulang. Mari bersama-sama pastikan bahwa tidak ada lagi bunda yang harus berjuang sendirian melawan komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.