Terkuak! Ini Alasan Kenapa Beberapa **Pemain Keturunan Resmi Gagal Perkuat Timnas Indonesia** di Berbagai Ajang

Dipublikasikan 28 Agustus 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Antusiasme para penggemar sepak bola Tanah Air terhadap kehadiran pemain keturunan di Timnas Indonesia memang selalu tinggi. Harapan akan skuad Garuda yang lebih kuat dan berprestasi seringkali disematkan pada nama-nama muda dengan darah Indonesia yang berlaga di kancah Eropa. Namun, di balik gemuruh dukungan itu, ada kalanya harapan harus pupus. Beberapa pemain keturunan resmi gagal perkuat Timnas Indonesia, baik di level senior maupun kelompok umur, karena berbagai alasan yang kompleks.

Terkuak! Ini Alasan Kenapa Beberapa **Pemain Keturunan Resmi Gagal Perkuat Timnas Indonesia** di Berbagai Ajang

Pemain keturunan jadi sorotan, artikel ini mengungkap alasan krusial di balik kegagalan beberapa di antaranya membela Timnas Indonesia dalam berbagai ajang.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa beberapa pemain berbakat ini belum bisa mengenakan seragam Merah Putih. Dari kendala administrasi hingga keputusan teknis pelatih, mari kita selami lebih dalam fakta-fakta di balik kegagalan ini, agar kita bisa memahami dinamika pembentukan skuad Garuda yang sesungguhnya.

Mengapa Harapan Itu Kandas? Berbagai Alasan di Balik Kegagalan Pemain Keturunan

Proses membawa pulang pemain keturunan ke Timnas Indonesia bukanlah perkara mudah. Ada banyak tahapan dan pertimbangan yang harus dilalui, mulai dari seleksi teknis hingga urusan birokrasi. Kegagalan seorang pemain keturunan untuk bergabung dengan Timnas seringkali disebabkan oleh beberapa faktor kunci.

Terganjal Proses Naturalisasi dan Administrasi

Salah satu alasan paling umum di balik kegagalan adalah masalah administrasi, khususnya terkait proses naturalisasi. Contoh paling nyata terjadi pada dua nama yang santer disebut akan memperkuat Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, yaitu Mauro Zijlstra dan Miliano Jonathans.

Meskipun kualitas mereka menarik perhatian pelatih, keduanya dipastikan absen karena proses naturalisasi mereka belum rampung saat periode pendaftaran pemain ditutup. Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, menjelaskan bahwa aturan AFC mewajibkan semua nama pemain sudah masuk paling lambat H-10 sebelum turnamen dimulai. Walaupun dokumen naturalisasi Mauro dan Miliano sudah sampai di DPR RI dan bahkan disetujui Komisi X dan Komisi XIII pada 26 Agustus 2025, waktu yang mepet membuat mereka tak bisa didaftarkan.

Ini menunjukkan bahwa semangat dan niat saja tidak cukup; kecepatan proses birokrasi juga memegang peranan krusial. Namun, PSSI optimis proses naturalisasi keduanya akan segera rampung dan mereka bisa membela Timnas di turnamen berikutnya.

Tidak Masuk Kriteria atau Pilihan Pelatih

Selain masalah administrasi, keputusan teknis dari pelatih juga menjadi faktor penentu. Pelatih memiliki standar dan visi sendiri dalam membangun tim, dan tidak semua pemain, termasuk pemain keturunan, akan selalu masuk dalam rencana mereka.

Misalnya, di Timnas Indonesia U-23 asuhan Gerald Vanenburg untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, beberapa nama yang diharapkan justru tidak dipanggil. Tim Geypens (FC Emmen), yang rutin bermain di Liga 2 Belanda, secara mengejutkan tidak masuk daftar. Begitu pula dengan Welber Jardim (Sao Paulo), gelandang serbaguna yang sebelumnya pernah memperkuat Timnas U-17 di Piala Dunia U-17 2023. Tenaga Welber sejatinya bisa memperkuat lini tengah atau bahkan fullback kanan Garuda Muda, namun Gerald Vanenburg memiliki pertimbangan lain.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai calon dan bintang, kunjungi: calon dan bintang.

Kasus serupa juga pernah terjadi di era Shin Tae-yong. Beberapa pemain keturunan seperti Jim Croque, Max Christoffel, dan Kai Boham pernah menjalani seleksi untuk Timnas Indonesia U-19 pada tahun 2022, namun dinilai belum memenuhi kriteria sang pelatih asal Korea Selatan tersebut. Demikian pula di Timnas U-17, Maori Ananda Yves dicoret setelah mengikuti pemusatan latihan di Jerman. Ini menegaskan bahwa performa dan kesesuaian dengan strategi pelatih adalah yang utama.

Aturan FIFA dan Garis Keturunan yang Terlalu Jauh

Ada juga kasus di mana pemain memiliki minat untuk membela Timnas Indonesia, namun terhalang oleh aturan ketat FIFA mengenai perubahan asosiasi. Salah satu contoh terbaru adalah Ryan Flamingo, bek muda PSV Eindhoven. Meskipun ada ketertarikan dari PSSI dan sinyal positif dari sang pemain, Ryan Flamingo sulit untuk memperkuat Timnas Indonesia.

Alasannya? Garis keturunan Indonesia dalam dirinya ternyata terlalu jauh, hanya sampai buyut, bukan kakek atau nenek, seperti yang disyaratkan oleh FIFA untuk perubahan federasi. Menurut aturan FIFA, jika garis keturunan terlalu jauh, pemain harus bermain di liga domestik Indonesia selama minimal lima tahun agar bisa membela Timnas. Tentu saja, ini bukan pilihan yang mudah bagi pemain muda yang sedang meniti karier di liga top Eropa.

Selain itu, ada juga kasus seperti Chow-Yun Damanik yang sebenarnya kualitasnya dikagumi pelatih Bima Sakti di Timnas U-17. Namun, ia tercatat sebagai warga negara Swiss dan membutuhkan proses naturalisasi agar bisa membela Garuda Asia, yang akhirnya tidak sempat terlaksana untuk Piala Dunia U-17 2023.

Potensi yang Terlewatkan: Siapa Saja Pemain Keturunan yang Gagal Membela Garuda?

Berikut adalah daftar beberapa pemain keturunan resmi gagal perkuat Timnas Indonesia di berbagai level, beserta alasan utamanya:

  • Tim Geypens (FC Emmen): Tidak dipanggil oleh pelatih Gerald Vanenburg untuk Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, meskipun rutin bermain di klubnya.
  • Welber Jardim (Sao Paulo): Tidak masuk daftar panggil Timnas U-23 untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, padahal memiliki potensi besar di lini tengah atau fullback kanan. Sebelumnya sempat membela Timnas U-17.
  • Mauro Zijlstra (FC Volendam): Gagal memperkuat Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 karena proses naturalisasi belum selesai saat pendaftaran ditutup.
  • Miliano Jonathans (FC Utrecht): Sama seperti Mauro Zijlstra, proses naturalisasi belum rampung untuk Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026.
  • Ryan Flamingo (PSV Eindhoven): Terganjal aturan FIFA karena garis keturunan Indonesia hanya sampai buyut, bukan kakek atau nenek, sehingga memerlukan syarat yang lebih berat.
  • Chow-Yun Damanik (Lausanne U-17): Gagal masuk skuad Timnas U-17 di Piala Dunia U-17 2023 karena belum dinaturalisasi menjadi WNI.
  • Jim Croque (Vitesse U-21): Tidak memenuhi kriteria pelatih Shin Tae-yong saat seleksi Timnas U-19 pada 2022.
  • Max Christoffel (Willem II U-21): Tidak memenuhi kriteria pelatih Shin Tae-yong saat seleksi Timnas U-19 pada 2022.
  • Kai Boham (Telstar U-21): Tidak memenuhi kriteria pelatih Shin Tae-yong saat seleksi Timnas U-19 pada 2022.
  • Maori Ananda Yves (Bali United EPA U-18): Dicoret dari skuad Timnas U-17 setelah pemusatan latihan di Jerman untuk Piala Dunia U-17 2023.

Asa Tetap Ada: Pemain Keturunan yang Berhasil Bersinar

Meskipun ada beberapa pemain keturunan resmi gagal perkuat Timnas Indonesia, program naturalisasi dan pencarian bakat keturunan tetap berjalan dan membuahkan hasil positif. Banyak pemain keturunan yang berhasil menjadi bagian penting dari skuad Garuda.

Untuk Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, pelatih Gerald Vanenburg memanggil tiga nama pemain naturalisasi yang diharapkan bisa memberikan kontribusi besar: Dion Markx (bek tengah dari NEC Nijmegen U-21), Rafael Struick (penyerang Dewa United), dan Jens Raven (penyerang Bali United), yang merupakan nama baru dari Timnas U-19.

Di level senior, kehadiran pemain seperti Kevin Diks (FC Copenhagen/Borussia Monchengladbach) yang baru saja diambil sumpah WNI pada November 2024, diharapkan bisa memperkuat lini belakang Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ini menunjukkan bahwa PSSI terus bekerja keras untuk membawa talenta-talenta terbaik ke dalam tim nasional, baik dari dalam negeri maupun diaspora.

Kesimpulan

Perjalanan pemain keturunan resmi gagal perkuat Timnas Indonesia adalah bagian dari dinamika sepak bola modern. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi, mulai dari kendala administrasi, keputusan teknis pelatih, hingga aturan ketat FIFA. Ini adalah sebuah proses seleksi yang ketat dan kompleks, di mana tidak semua harapan dapat terwujud.

Namun, semangat untuk memajukan sepak bola Indonesia tak pernah padam. PSSI dan tim pelatih terus berupaya mencari dan mengembangkan talenta terbaik, baik dari program naturalisasi maupun pembinaan lokal. Meski ada beberapa nama yang harus absen, pintu Timnas Indonesia tidak pernah tertutup bagi siapa pun yang memiliki kualitas dan memenuhi syarat. Mari kita terus mendukung Timnas Indonesia, karena setiap langkah, baik keberhasilan maupun kegagalan, adalah bagian dari perjalanan menuju Garuda yang mendunia!

FAQ

Tanya: Apa saja kendala administrasi utama yang sering dihadapi pemain keturunan untuk memperkuat Timnas Indonesia?
Jawab: Kendala administrasi utama meliputi proses naturalisasi yang rumit dan persyaratan dokumen yang harus dipenuhi sesuai regulasi FIFA dan Indonesia.

Tanya: Selain masalah administrasi, faktor apa lagi yang bisa menyebabkan pemain keturunan gagal bergabung dengan Timnas Indonesia?
Jawab: Faktor lain bisa meliputi keputusan teknis pelatih terkait kebutuhan tim, persaingan dengan pemain lokal yang ada, atau bahkan keputusan pribadi pemain itu sendiri.

Tanya: Apakah ada contoh spesifik pemain keturunan yang gagal memperkuat Timnas Indonesia karena alasan-alasan tersebut?
Jawab: Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai contoh-contoh spesifik tersebut, menjelaskan alasan di balik kegagalan mereka.